Home / Romansa / Bukan Suami Pilihan / Nyaman Di Dekatmu

Share

Nyaman Di Dekatmu

last update Huling Na-update: 2023-08-10 22:34:57

“Kamu harus semangat, ingat Adara hanya delapan bulan saja kamu menderita. Setelah itu kamu bisa menghirup udara segar di luar sana!” batinnya.

Dari dulu Adara tak pernah melakukan pekerjaan yang sering para asisten rumah tangganya lakukan, namun setelah menikah dengan Raka, Adara harus merasakan semua-nya.

“Adara!” teriak Raka.

Adara yang sedang membersihkan rak buku di ruang baca lari tergopoh-gopoh menghampiri Raka yang berada di kamar. Ia terkejut melihat Raka yang sudah tergeletak di lantai.

“Astaga! Kamu kenapa? Kenapa bisa jatuh begini!” ucap Adara seraya membantu Raka dengan sekuat tenaga duduk di ranjang.

Raka tak bisa berbuat apa-apa, yang ia rasakan hanya rasa sakit yang sangat teramat di bagian tangan dan kepalanya.

Raka terdiam, dia masih syok dengan kejadian yang baru saja ia alami. “Raka, lihat aku. Kamu baik-baik saja kan?” tanya Adara, ia meraup wajah Raka dan menatap-nya khawatir.

“Minumlah dulu, aku akan memanggil bu Hanifah sebentar,” ucap Adara bergegas beranjak dari ranjang.

Raka menarik lengan Adara, ia membalikan badan seraya melihat Raka menggenggam tangannya. “Jangan pergi!” ucap Raka memohon.

Adara kembali duduk di samping ranjang menatap Raka dengan penuh tanya. “Jangan pergi, temani aku di sini!” jelas Raka.

“Kenapa, apa ada yang sakit?”

Raka mengangguk. “Ambil ponselku dan telepon dokter Farhan,” pinta Raka.

Adara segera mencari nama dokter tersebut di layar ponsel. Bu Hanifah dan juga Lim datang dengan tergesa-gesa karena mendengar suara Raka berteriak memanggil Adara.

“Ada apa, Nyonya?” tanya bu Hanifah panik.

“Bu, apa bisa anda mencarikan nomor dokter Farhan? Raka barus aja jatuh dari ranjang dan dia mengeluh sakit kepala,” ucap Adara.

Bu Hanifah dengan segera memanggil dokter keluarga untuk segera datang ke kediaman Raka. Adara sangat panik karena Raka sejak tadi hanya diam dan terus menatap Adara tanpa henti.

“Tuan, apa anda baik-baik saja? Nyonya, Bagaimana kronologinya hingga Tuan bisa seperti ini?” tanya Lim.

“Aku mendengar Raka teriak memanggilku, aku langsung berlari menuju kamar. Pas aku tiba, Raka sudah tergeletak di lantai!” jelas Adara panik.

“Mohon tunggu sebentar, dokter Farhan sedang berada dalam perjalanan kemari. Bersabarlah, Tuan!” jelas bu Hanifah.

Raka terus menggenggam tangan Adara dengan erat, entah apa yang terjadi kepadanya sehingga ia tak mau melepaskan genggaman tangannya dari Adara.

Tak berselang lama dokter Farhan pun tiba di kediaman Raka dan langsung memeriksanya. Semua nampak tegang dan cemas ingin segera mendengar hasil pemeriksaan.

“Bagaimana keadaan suami saya, Dok?” tanya Adara.

“Bisa bicara di luar? saya akan menjelaskannya kepada anda!” jelas dokter Farhan.

Adara dan juga bu Hanifah serta dokter Farhan kini duduk di ruang keluarga untuk membahas apa yang sebenarnya terjadi kepada Raka.

“Sebelumnya saya mau memberi tahu Nyonya tentang kondisi suami anda. Tuan Raka mengalami trauma akibat kecelakaan dua tahun yang lalu, tergantung apa yang membuatnya trauma kembali. Nyonya tidak usah khawatir, saya sudah resepkan obat untuk beberapa hari kedepan, dan diusahakan jangan dulu banyak beraktifitas!” jelas dokter Farhan.

“Apa karena kejadian jatuh tadi yang membuat dia seperti ini?” batinnya.

Adara mulai paham dengan keadaan Raka yang sebenarnya, ia mulai mencoba mengerti kondisi suaminya yang sebenarnya.

Bu Hanifah mengusap punggung Adara untuk menguatkan dirinya, karena Adara tak pernah mengetahui keadaan Raka yang sebenarnya. “Yang sabar Nyonya, kita akan merawat tuan hingga sembuh!” jelas bu Hanifah.

Adara mengangguk dan tersenyum simpul pada bu Hanifah. “Iya, Bu. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk kesembuhan raka.”

Adara beranjak dari sofa dan kembali ke kamar menghampiri Raka. Ia tatap wajah Raka yang terlihat pucat dan nampak tidurnya pun masih terlihat gelisah.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Adara.

Raka membuka matanya dengan perlahan, ia menatap Adara yang kini sudah ada di sampingnya. “Kamu dari mana?” tanya Raka lirih.

Adara tersenyum simpul dan menggenggam kedua tangan Raka. “A-aku baru saja mengantarkan dokter Farhan ke depan, apa kamu baik-baik saja?” tanya Adara.

Raka mengangguk dengan perlahan, di dalam hatinya ia masih takut jika kejadian dua tahun silam menghantuinya kembali.

“Sudah jangan takut, ada aku disini. Sekrang kamu istirahat ya, untuk sementra waktu kamu jangan dulu ke kantor.”

Raka mengangguk dan kembali menggenggam tangan Adara, untuk kali ini Raka tak mau sendiri. Dia belum bisa terbuka mengenai penyebab kecelakaan dua tau lalu.

“Kenapa hatiku tak karuan begini, kenapa jika seperti ini aku merasa tenang dan nyaman. Apa yang membuat dirimu seistimewa ini, Adara?” batinnya.

Adara tak meninggalkan Raka sedikit pun. Dia masih mengingat apa yang dikatakan dokter Farhan kepadanya. Ia tatap dan belai lembut wajah Raka, baru kali ini Adara melihat dari dekat wajah Raka yang tampan rupawan.

“Kenapa di saat seperti ini kamu sangat membuatku nyaman! bagaimanapun aku, aku adalah istrimu. Aku meminta kepadamu cintai aku apa adanya dan jadikan aku istrimu yang sesungguhnya, bukan pembantu!” ucap Adara lirih.

Ketukan pintu membuyarkan konsentrasi Adara, ia melihat ke arah pintu dan melihat bu Hanifah masuk kedalam kamar.

“Maaf, Nyonya. Di luar ada ayah anda!” jelas Bu Hanifah.

“Ayah? dia sama siapa kesini?” tanya Adara.

“Beliau datang sendiri, Nyonya!”

Adara beranjak dari duduknya dan menghampiri sang ayah. “Maaf, apa bisa bu Hanifah menjaga Raka sebentar? Aku mau menemui ayah!” pinta Adara kepada bu Hanifah.

Senyum menganbang di wajah Adara kali ini, kerinduannya yang sangat mendalam kepada sang ayah akhirnya terbayar sudah.

Adara berlari menghampiri sang ayah dan memeluknya erat. “Ayah, aku sangat merindukanmu!” ucap Adara seraya memeluk erat lelaki tua yang ia panggil ayah.

“Adara, Ayah juga sangat merindukanmu, Sayang! bagaimana kabarmu? Setelah menikah, kamu tak pernah menemui ayah!” ucap Handoko dengan penuh tanya.

Adara nampak murung, bukan ia tak mau menemui sang Ayah, tetapi permintaan Raka dan surat perjanjian yang ia sepakati dengan Raka membuat Adara tak bisa kemana-mana. Apa lagi melihat kondisi Raka yang kini sangat mengkhawatirkan.

“Maaf, Ayah bukan aku tak mau mengunjungi Ayah. Oh iya bagaimana keadaan Ayah? Ayah sehat kan?” tanya Adara mengalihkan pembicaraannya.

Dalam hatinya ingin sekali menceritakan keluh kesahnya kepada sang Ayah, namun semua hanya bisa Adara kubur dalam-dalam.

“Maaf, Ayah ada hal yang tak bisa Adara jelaskan sekarang. Nanti jika waktunya sudah tepat pasti Adara ceritakan semua kepada, Ayah!” batinnya.

“Ayah sehat, Ayah mengunjungimu karena Ayah rindu sekali kepada putri Ayah yang cantik ini. ngomong-ngomong kemana suamimu?” tanya Handoko.

“Raka sedang kurang sehat, dia sedang istirahat di kamar!” jelas Adara.

“Memangnya Raka sakit apa? apa boleh Ayah menjenguknya?”

Adara dan sang Ayah beranjak dari duduk nya, mereka menemui Raka yang tengah tidur pulas karena pengaruh obat.

Handoko nampak prihatin dengan kondisi Raka kali ini, ia tak menyangka jika Raka harus merasakan kesakitan yang teramat dalam hidupnya.

Menantu yang sangat ia banggakan dan sangat ia sayangi kini tergeletak lemas tak berdaya. “Semoga Raka segera pulih dan bisa berjalan kembali!” jelas Handoko.

Handoko menatap Adara dengan penuh tanya, banyak sekali pertanyaan dalam isi kepalanya mengenai kedua anaknya itu.

“Sayang, apa raka memperlakukanmu dengan baik?” tanya Handoko.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Bukan Suami Pilihan   Nonton Bersama

    Akhirnya mau tak mau Adara mengalah dan mengajak Julio untuk menonton bioskop bersama, terlihat raut wajah Julio yang sangat senang mereka ajak. Namun itu semua karena ide brilian Mariana yang ingin sekali dekat dengan Julio.Memang tak dipungkiri paras Julio yang sangat tampan dan juga berkarisma membuat Mariana jatuh hati pada lelaki tinggi maskulin itu. Berbanding terbalik dengan Adara yang sama sekali terlihat biasa saja di depan Julio.Dalam perjalanan menuju mall, Mariana sangat aktif mengajak Julio berbincang ketimbang Adara, ia sangat senang sekali bisa sedekat itu dengan lelaki yang ia sukai.“Jul, kamu sedang tidak kita ajak nonton?” tanya Mariana dengan penuh senyuman.Julio menyunggingkan senyumnya seraya melirik ke arah Adara. “Suka kok, lagi pula kebetulan sekali sudah lama aku ingin nonton, ya cuman aku ngak tau mau ke bioskop sama siapa,”“Ya kali aja ajak pacar kamu untuk nonton bersama gitu!”“Pacar? Aku masih single, lagipula aku sedang fokus kuliah saja!” jelas Jul

  • Bukan Suami Pilihan   Perayu Handal

    Lagi-lagi sofia membalasnya hanya dengan candaan, ia sama sekali sudah menganggap Raka sebagai teman dan partner kerja, namun Raka ingin sekali menganggap lebih dari itu.Raka yang sangat tergoda dengan bibir ranum Sofia langsung melumat dengan buas, Sofia yang terkejut memberontak dan mendorong tubuh kekar Raka, namun lagi-lagi ia tidak bisa terlepas dari kecupan panas itu.Raka yang sangat tergoda melakukan apa saja kepada Sofia hingga ia luluh dan pasrah. “Aku merindukanmu Sofia,”“Lepas, Raka. Apa yang telah kamu lakukan!”“Ayolah sayang, aku sangat merindukanmu. Aku ingin kita seperti dulu,”“Astaga, sadar Sofia dia sudah memiliki istri, apa jadinya jika istrinya tahu aku dan Raka berbuat seperti ini!” batinnya.“Sadar Raka, aku datang kesini bukan untuk reunian. Aku kesini untuk membahas bisnis, bagaimana jika istrimu tahu apa yang telah kita lakukan! Tidak, aku tidak mau dicap sebagai perebut suami orang, meski aku hanya mantan kekasihmu, tetapi aku tidak mau di cap jelek oleh

  • Bukan Suami Pilihan   Tergoda Mantan

    “Bagaimana hari ini di kampus, Nyonya?” tanya Lim yang masih fokus pada jalanan. Kali ini Adara sangat terbantu dengan kedatangan lelaki yang baru saja ia kenal. Jika bukan karena dia, mungkin Adara akan terlambat pulang ke rumah karena masih sibuk dengan tugasnya. “Lumayan menguras pikiranku, belum lagi minggu-minggu ini aku harus mengejar tugas yang tertinggal. Menyebalkan sekali bukan, begitu keluar dari rumah sakit aku harus kerja rodi mengerjakan tugas!” “Kuncinya hanya sabar, Nyonya. Yang terpenting perlahan tapi pasti semua akan selesai tepat waktu.” Kali ini Lim membelokan mobilnya ke sebuah gedung yang menjulang tinggi. Ia langsung masuk ke dalam parkiran menuju atap dari gedung tersebut. “Mau kemana kita, pak Lim? Bukankah ini kantor?” “Iya, Nyonya. Saya di minta tuan untuk mengajak anda ke kantor, karena tuan sedang ada rapat dadakan!” jelas Lim segera keluar dari mobil. Adara menatap bangunan yang menjulang tinggi itu dengan kagum, nampaknya kantor suaminya ini sanga

  • Bukan Suami Pilihan   Siapa Dia?

    Adra memandang teduh pada wanita di hadapannya, ia mengusap lengan bu Marisa dengan lembut, bagaimana bisa menolak permintaan wanita sebaik bu Marisa, namun di sisi lain jika melihat Raka dia sama sekali tak mau itu terjadi. Tatapan hangat yang terpancar dari wajah bu Marisa yang sangat membuat dia nyaman. Wanita yang sangat sempurna dan tak pernah ia melihat beliau marah kepada siapapun. “Andai saja mendiang ibuku masih ada, mungkin ini rasanya. Ya Tuhan, maafkan aku jika selama ini aku selalu mengeluh dan selalu membicarakan yang mustahil, istigfar Adara!” Adara meminta izin untuk memeluk bu Marisa, ia merasa rindu kepada mendiang ibunya. Bu Marisa dengan senang hati membuka tangan nya lebar-lebar untuk memeluk Adara. Begitu rindunya Adara hingga ia memejamkan kedua matanya. Rasanya begitu hangat dan terasa nyata, seakan ia memeluk ibunya yang telah tiada. “Aku sangat merindukanmu, Bu. Begitu banyak hal sulit yang aku lalui bu, aku merindukanmu.” Adara berkata seakan ia sedang

  • Bukan Suami Pilihan   Memperbaiki Diri

    Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia baru menyadari jika ia memiliki bidadari yang sangat cantik di kehidupannya.“Ya Tuhan, kemana saja aku selama ini. Aku selalu melewatkan istriku yang cantik ini. Maaf jika aku sudah telat menyadarinya. Mulai sekarang aku akan berusaha menjadi suami yang lebih baik lagi!” Raka menggenggam tangan Adara dan mengecup punggung tangannya.“Ini orang kesambet setan apa coba? kenapa dia berbicara seolah-olah meyakinkan aku dan membuat aku terbang ke awan. Sadar Adara … kamu jangan termakan rayuan dan perkataan Raka, yang sudah-sudah saja kamu selalu di kecewakan sama dia, iya kamu harus waspada!” batinnya.

  • Bukan Suami Pilihan   Menyadari Kesalahan

    Raka teringat kembali mimpinya, ia melihat wajah Adara yang sangat sedih dan pergi meninggalkan dirinya. Raka merasa bersalah, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan mengakhiri fantasinya bersama Viona, namun lagi-lagi Raka selalu tersesat.Viona terkejut dengan perlakuan Raka terhadapnya, biasanya Raka dengan buas langsung menerkam Viona tanpa ampun.“Kenapa kamu seperti ini? apa yang kamu pikirkan hingga kamu tidak mau menyentuhku?” tanya Viona yang tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.Dengan pakaian yang berantakan dan tubuh penuh tanda yang Raka berikan, Viona terus menatap Raka dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa kamu tidak melakukannya? Biasanya di manapun kamu mau kamu melakukannya dengan penuh gairah!” jelas Viona kesal dan kecewa.“Cukup! Pakai pakaianmu dan pergi dari sini, aku tak mau melihat wajahmu lagi. Mulai detik ini aku tak akan peduli lagi kamu mau berbuat apa, aku tak mau berurusan lagi denganmu.”Raka keluar membanting pintu mobil dengan keras, ia kesal se

  • Bukan Suami Pilihan   Lebih Baik Jujur

    Lim terheran-heran mendengar Tuannya menceritakan mimpinya. Karena memang terkadang arti dari mimpi adalah sebuah pertanda untuk kita, atau bunga tidur yang indah. Namun kembali lagi bagaimana kita menyikapi mimpi itu sendiri.“Itu hanya bunga tidur saja, Tuan. Sudah jangan terlalu dipikirkan, apa Tuan mau kopi? Memang hanya kopi pinggir jalan tetapi ini sangat enak, kopi café yang mahal saja kalah dengan rasa kopi di sini!” jelas Lim.Raka tak lagi mempermasalahkan mimpinya, benar apa yang dikatakan Lim itu hanya bunga tidur yang bila mana di artikan tak akan cukup satu hari membahasnya. “Apa kopi di sini seenak yang kamu katakan?”Lim segera memesankan kopi yang sama persis ia pesan tadi, tak lama pesanan Lim datang dan ia memberikan nya kepada Tuan nya.“Silahkan, Tuan. Meski tampilan nya sederhana tetapi rasanya sangat berkelas,”Ternyata kopi yang Raka minum rasanya sangat berkelas, benar apa yang dikatakan Lim, seperti kopi-kopi di kedai atau café kopi yang sering dikunjungi.“

  • Bukan Suami Pilihan   Cucu Untuk Ibu

    Saing pun berganti malam, setelah shalat isya bu Marisa kini menyiapkan camilan. Begitu sangat senang sekali ada bu Marisa di sini.Sembari ngemil-ngemil cantik bersama bu Marisa, kami banyak bercerita dan Ibu bercerita tentang masa kecil Raka yang sangat menggemaskan, dan juga banyak sekali kejadian yang selalu membuat Ibu menggelengkan kepala.Bukan itu saja, kadang banyak laporan dari teman-teman nya jika Raka sering berkelahi karena hal yang sepele. Apa lagi anak lelaki itu sering terlihat tengil dari teman sebayanya.Bu Marisa menceritakan semua sedetail itu, hingga hari naas di mana Raka mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia duduk di kursi roda. Pada akhirnya Raka bertemu dengan Adara, dan ia mampu mengurus Raka hingga Raka bisa berjalan kembali.Semua perkembangan dan perubahan Raka membuat bu Marisa sangat senang, lambat laun semua hal buruk yang sering Raka lakukan perlahan ia tinggalkan. Bu Marisa sangat senang karena tidak salah memilih menantu.“Ibu sangat senang kar

  • Bukan Suami Pilihan   Semua Demi Kamu

    Lim tertunduk merasa bersalah karena pergi dari tugasnya. “Maaf, Tuan. Saya tadi ke luar untuk membeli kopi dan camilan, apa Tuan mau?” ucap Lim menawarkan secangkir kopi.Raka melihat Lim membawa secangkir kopi dan kantong plastik yang berisikan camilan. “Belikan saya satu, rasanya tak enak tidur di rumah sakit. Dari tadi aku mencium bau obat membuat kepalaku sakit!” jelas Raka.Lim memberikan secangkir kopi dan camilan yang ia beli tadi. “Ini buat Tuan saja, biar saya beli lagi,”“Terimakasih banyak, Lim. Ini kamu beli lagi!” ucap Raka menyodorkan dua lembar uang ratusan.“Terimakasih banyak, Tuan. Saya permisi dulu!” jelas Lim segera pergi untuk membeli secangkir kopi ke tempat yang sama.Di sana dia masih melihat Viona duduk di kursi yang sama. Ia melihat lelaki yang bersama Viona itu tengah mendekap dan mencium si wanita di depan umum tanpa ragu.Lim memalingkan pandangannya, ia merasa jijik melihat orang yang mengumbar kemesraan di depan umum. Apa lagi sampai berbuat yang tidak-

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status