Beranda / Rumah Tangga / Bukan Suami Sempurna / 6. Senyummu adalah Bahagiaku

Share

6. Senyummu adalah Bahagiaku

Penulis: ISMI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-03 16:23:54

*** 

Akhirnya Raka bisa melihat senyum mengembang di wajah Kanaya, kedua anaknya pun sangat bahagia karena mereka  bisa jalan-jalan dengannya. Raka memang salah, ia tidak menyempatkan waktu yang banyak untuk keluarga kecilnya. Semua disebabkan oleh proyek yang sedang dikerjakannya di kantor.

Maryam dan Adam terus saja bermain dengan riang di wahana permainan di salah satu Mall besar di Jakarta. Kanaya dan Raka melihatnya sambil mengulas senyum.

“Mas, ke Riau berapa lama?” tanya Kanaya.

“Seminggu, Sayang. Insya Allah Senin pagi sudah di Jakarta lagi, mau dibawa oleh-oleh apa?”

Kanaya menggeleng lemah, “Aku maunya Mas pulang cepat saja,” sahutnya manja.

Raka tertawa pelan, lalu ia genggam erat tangan Kanaya dan mengecupnya. “Nanti setelah proyek ini selesai, kita jalan-jalan ke Bali, kamu mau?” 

Kedua mata Kanaya membulat sempurna dan di mata Raka itu sangat menggemaskan. “Mau banget, Mas. Sudah lama kita tidak liburan bareng-bareng. Tapi, kapan proyeknya selesai?” tanya Kanaya.

"Akhir tahun biasanya sudah hampir selesai,” jawab Raka.

“Masih lama,” keluh Kanaya.

“Sabar, Sayang. Mas janji mau ngambil cuti panjang buat kalian,” janji Raka.

“Mas …,” lirih Kanaya.

“Ada apa?”

“Aku kangen sama mama,” balasnya pelan.

“Kamu mau pulang ke Bandung?” 

Kanaya mengangguk, “Kanaya kangen sama keluarga di Bandung dan juga sudah lama mereka tidak ketemu cucu-cucunya, boleh enggak?” 

“Boleh saja, tapi nanti nunggu Mas pulang dari Riau ya, Mas pingin antar kamu dan anak-anak,” pintanya.

Kanaya menggelengkan kepalanya, “Maunya Minggu ini, Mas. Soalnya lusa ada temanku yang nikah, kebetulan Mas juga kan lagi dinas ke luar kota. Enggak lama kok, pokoknya Mas pulang, aku dan anak-anak sudah sampai Jakarta.”

“Tapi, Mas pingin antar kalian.”

“Kapan-kapan saja, Mas. Kan Mas juga lagi sibuk. Boleh ya, Mas,” cicit Kanaya dengan manja.

Raka menghela napas, lalu ia mengangguk. “Boleh, tapi ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?” tanya Kanaya antusias.

“Malam ini, Mas pingin kamu ya, Sayang,” bisiknya menggoda.

Kanaya langsung merona dibuatnya, “Apaan sih, Mas. Kalau mau enggak usah izin segala,” balas Kanaya malu-malu.

“Mas harus izinlah, Mood-mu itu selalu tidak mendukung kalau Mas lagi pingin,” ucap Raka.

“Makanya Mas harus buat istri bahagia terus, biar Mood-nya juga bagus. Nanti, kan Mas dapat pelayanan VVIP,” tukas Kanaya.

“Jadi, kalau Mood-mu tidak bagus dan Mas bikin kamu kesal, Mas enggak dapat pelayanan VVIP?” tanya Raka.

“Iya, Mas harus turun kelas, Mas dapatnya pelayanan ekonomi,” sahut Kanaya sambil terkekeh.

“Kamu ada-ada saja, Sayang,” kata Raka tersenyum. 

Raka senang melihat Kanaya kembali menggemaskan, baginya senyum Kanaya adalah bahagianya. Raka berjanji akan lebih banyak meluangkan waktu untuk istri dan kedua anaknya.

“Sayang, I love you so much,” bisik Raka di telinga Kanaya.

Kanaya hanya tersenyum dan menatap suaminya dengan hangat, “I love you, More,” balasnya dengan pipi yang merona.

*** 

“Mas-mu belum pulang?” tanya Maharani pada Rieke.

“Belum, Bu. Kan lagi jalan-jalan,” jawab Rieke.

“Kamu sudah mengurus kepindahanmu ke sini?” tanya Maharani.

“Sudah dong, Bu. Tapi, yah mungkin agak lama prosesnya.”

“Besok Adrian dan Salsa mau ke sini,” ucap Maharani.

“Sama Mas Rama juga?” tanya Rieke.

“Iyalah, Rama itu ayah mereka,” jawab Maharani.

“Adrian sama Salsa mau lama di sini?”

“Sepertinya. Katanya di sana Mas-mu itu keteteran. Dan pengasuh mereka tiba-tiba berhenti karena ibunya sendirian di kampung,” jawab Maharani.

“Bagus dong, Bu. Nanti rumah kan ramai. Nanti Adam dan Maryam ada teman mainnya,” tukas Rieke.

“Ibu hanya menyesal saja dengan Mas-mu itu. Dia kok bisa salah pilih istri! Di keluarga kita tidak ada yang bercerai, tapi  Rama malah bercerai. Ibu dari awal memang enggak sreg sama pilihan Mas-mu itu. Dia tidak nurut sama Ibu. Coba saja dulu Rama mau Ibu jodohkan dengan anaknya teman Ibu yang di Solo, mungkin rumah tangga mereka baik-baik saja,” kesal Maharani.

“Ibu memang selalu enggak setuju sama pilihan anak-anak Ibu. Ibu juga dari awal enggak setuju Mas Raka nikah sama Kanaya, alasan Ibu karena suku-nya berbeda.”

“Ibu maunya kan mantu orang Jawa juga. Padahal Manda itu Ibu sudah suka, dia dari Yogyakarta dan ada turunan darah biru, tapi Raka malah putus dengannya,” sesal Maharani.

“Bu, sudahlah, namanya juga jodoh. Jodoh itu yang ngatur Gusti Allah, bukan ibu,” celetuk Rieke.

“Hush! Kamu itu. Ibu hanya menyayangkan saja pilihan kedua Mas-mu itu, tidak pernah nurut sama Ibu. Kamu harus nurut sama Ibu, kalau bisa nanti Ibu kenalkan sama anak teman ibu. Dia kerjaannya sudah mapan, seorang dokter dan sudah jadi PNS. Kamu nanti akan terjamin hidupnya.”

“Bu, biar aku saja yang cari. Kan yang mau nikah itu aku, bukan Ibu. Jadi, Ibu cukup doakan saja,” kata Rieke.

“Enggak! Ibu enggak mau ngalah lagi, kamu harus nurut sama Ibu!” tegas Maharani.

“Gara-gara sikap Ibu membuatku sampai saat ini sulit ketemu jodoh!” kesal Rieke, lalu ia pergi ke kamarnya.

“Duh, Gusti … kenapa semua anakku tidak ada yang nurut!” keluh Maharani sambil memijit keningnya.

*** 

Alisya menatap saku celana suaminya dengan perasaan gusar, ada sapu tangan berwarna pink bergambar hati yang terselip di saku kemeja Zul. Alisya ingat bahwa ia tidak mempunyai sapu tangan seperti ini.

Alisya curiga, ia takut bahwa apa yang dikatakan oleh teman-temannya yang mengatakan suaminya bermain dengan wanita lain terbukti. Alisya langsung menggelengkan kepalanya, ia menepis pikiran buruk tentang suaminya itu.

Alisya tahu bahwa Zul adalah suami setia dan sangat sayang padanya dan juga pada ke-empat anaknya. Ia langsung mengumpulkan baju suaminya yang kotor untuk dicuci.

“Bang, bangun. Sudah mau sore,” bisik Alisya lembut.

Zul membuka kedua matanya dengan berat, lalu ia merentangkan kedua tangannya agar Alisya menghampirinya.

Alisya tersenyum malu, lalu ia memeluk suaminya dengan perasaan rindu yang tak tertahankan.

“Aku sangat rindu sama kamu, Bang. Kamu sangat sibuk, sampai pulang ke rumah dua minggu sekali,” ucap Alisya.

“Abang juga rindu kamu dan anak-anak, tapi bagaimana lagi, kerjaan Abang tidak bisa ditunda lagi,” balasnya sambil mengecup puncak kepala Alisya.

“Tapi, Bang … apa kita tidak bisa ikut ke sana?” tanya Alisya.

“Kalau kamu ikut, anak-anak sekolah bagaimana?”

Alisya langsung mengangguk, “Ah … iya, anak-anak bagaimana nanti sekolahnya. Tapi, kita kangen terus sama Abang. Aku suka nangis sendirian, kalau anak-anak lagi sakit atau pada berantem, aku butuh Abang sebagai sandaran,” keluhnya.

“Sabar yah, cinta. Pahala kamu mengalir deras mengurus anak-anak. Abang janji nanti pulangnya akan lebih sering. Tapi, untuk saat ini kamu dan anak-anak harus bersabar,” ucap Zul menenangkan.

“Aku selalu sabar ngurus anak-anak, tapi aku juga butuh perhatian dari Abang. Abang sulit dihubungi, balas pesanku juga sangat lama. Sesibuk itu, kah?”

Zul mengangguk, “Waktu untuk diri sendiri saja sulit. Di sana Abang kadang makan hanya sekali karena saking sibuknya.”

“Kasihan sekali suamiku, tidak ada yang merhatiin di sana,” sesal Alisya sedih.

“Jika lelah, Abang selalu ingat kalian. Abang  kerja keras demi kalian, demi masa depan kita,” ucap Zul.

Alisya mengangguk dan tersenyum. “Ya udah Abang mandi dulu. Anak-anak minta malam ini jalan-jalan, mereka nagih.”

“Oke, Bidadari hatiku. Malam ini Abang akan ajak kalian jalan-jalan sepuasnya,” balas Zul, lalu ia pergi ke kamar mandi.

Alisya tersenyum melihat tingkah suaminya itu. Lalu, ia merapihkan kamar, saat ia akan melipat selimut, ponsel suaminya berbunyi. Ada pesan yang masuk, tadinya Alisya tak mempedulikannya, tapi matanya langsung terkejut, ketika melihat tanda hati yang mengirim pesan padanya.

Alisya langsung membuka ponsel Zul, tapi saat ia membuka kode layar kunci ponsel Zul, kata sandi salah. Lalu, ia mencobanya sampai tiga kali, tapi tetap saja gagal. Ponsel Zul tidak bisa ia buka.

Alisya langsung lemas, ia harus tahu siapa Inisial tanda hati yang mengirim pesan pada suaminya itu.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Suami Sempurna    143. Mari Saling Mengenggam Tangan (TAMAT)

    ***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap

  • Bukan Suami Sempurna    142. Ingin Bahagia

    ***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng

  • Bukan Suami Sempurna    141. Hati yang Terlalu Berharga

    ***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi

  • Bukan Suami Sempurna    140. Sedekat Denyut Nadi

    ***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie

  • Bukan Suami Sempurna    139. Badai Kehancuran Telah Datang

    ***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p

  • Bukan Suami Sempurna    138. Dendam yang Tak Bisa Dipadamkan

    ***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status