Home / Rumah Tangga / Bukan Suami Sempurna / 7. Perempuan Mudah Cemburu

Share

7. Perempuan Mudah Cemburu

Author: ISMI
last update Last Updated: 2024-06-06 10:53:56

*** 

Zul baru saja selesai mandi, ia terkejut saat melihat Alisya menangis sesenggukan. “Sya, kenapa menangis?” tanya Zul nenatap istrinya.

Alisya tak menjawabnya, ia hanya menunjukan ponsel suaminya, “Siapa orang yang mengirim pesan padamu? Kenapa kamu menamakannya dengan emoji hati?’ suara Alisya bergetar.

Zul langsung menghampiri istrinya, “Kontak di ponsel Abang semuanya pakai nama, enggak ada yang aneh-aneh,” sahutnya heran.

“Kamu pikir, aku bodoh dan mudah ditipu?” lalu, ini apa?” teriak Alisya.

“Alisya, jangan marah dulu! Sini Abang lihat, siapa memangnya yang kirim pesan,” kata Zul dengan lembut.

“Jangan mencari alasan, kamu! Katakan siapa perempuan itu? Apa dia yang menjadi kamu jarang pulang ke rumah? Apa kamu selingkuh?” cerca Alisya menatap tajam.

“Sya, Istighfar … kita bicarakan baik-baik dulu! Abang lihat dulu siapa yang kirim, nanti setelah tahu siapa yang kirim pesan ini, kamu bebas mau marah atau benci sama Abang,” ucap Zul lembut.

“Kenapa ponselmu menggunakan kata sandi yang tidak aku ketahui? Kenapa bukan tanggal pernikahan kita atau tanggal lahirku? Apa kamu menyembunyikan sesuatu?” Alisya tetap tak bergeming.

Zul menghela napas, ia harus tetap waras dan bersabar menghadapi kecemburuan dan rasa curiga yang berlebihan dari istrinya, ia memang harus lebih mendinginkan suasana sebab resiko dari dirinya jarang pulang ke rumah, pasti akan membuat Alisya gampang curiga. “Abang ganti kata sandi karena  ada yang tahu kata sandi ponsel Abang. Kamu tahu kan teman-teman Abang yang suka iseng? Mereka selalu jahil dan ini kata sandi-nya, coba kamu lihat dan ingat,” Zul memencet nomor untuk membuka kunci ponsel-nya.

Ponsel Zul terbuka, lalu ia menunjukan pesan yang membuat istrinya sangat marah, “Sya, lihat ini teman kerja Abang, dia itu laki-laki. Dia iseng lagi mengganti namanya dengan emoji hati,” ucap Zul menerangkan.

“Video Call dia!” tantang Alisya.

“Kamu enggak percaya sama Abang?” tanyanya.

“Aku akan percaya sama kamu, asal kamu detik ini juga hubungi dia!” tukasnya.

Zul mengangguk, ia memang harus mengalah jika istrinya sedang emosi, lalu ia melakukan panggilan video dan di jawabnya.

‘Ada apa, Boss? Tumben video call?’ tanya suara lelaki di sebrang.

‘Kamu mengganti namamu jadi simbol hati? Apa kamu ingin aku hukum nanti saat aku datang ke sana?’ kesal Zul.

‘Hehehe … iseng saja, Boss. Lagian Boss kemarin ponsel-nya diletakan sembarangan, coba kalau ada orang yang berniat jahat, pasti ponsel Boss diambil,” celetuknya.

‘Ya sudah! Lain kali, awas kalau iseng!’ ucap Zul mengingatkan.

Panggilan video berakhir, lalu di tatapnya netra Alisya dengan tersenyum, “Bagaimana, sudah percaya?” tanya Zul.

Alisya langsung memeluk suaminya, ia merasa bersalah karena menuduh suaminya bermain api dibelakangnya, “Maafin aku, Bang. Tadi aku kaget dan juga terlalu buru-buru marah sama Abang. Bagaimana aku tidak curiga dan juga cemburu, kita jarang ketemu dan Abang juga jarang memberi kabar. Aku takut… takut kalau Abang di sana tergoda dengan perempuan yang lebih cantik dan juga lebih muda, aku takut, Bang…”

Zul langsung menghapus air mata Alisya, “Wajar kalau kamu cemburu, kita kan LDR, tapi sebelum kamu curiga, ada baiknya bertanya, tanpa perlu marah atau emosi. Abang memang jarang kasih kabar ke kamu karena proyek jalan tol ini sangat menyita waktu. Abang minta maaf yah, Abang akan usahain selalu kasih kabar ke kamu dan juga anak-anak,” janji Zul. “Dan kamu harus tahu, secantik apapun perempuan di luar sana, kamu paling cantik di hati dan mata Abang. Kamu  sudah melahirkan empat orang anak yang pintar dan lucu-lucu, mengurus mereka sendirian, mendidik mereka tanpa lelah. Kamu adalah perempuan hebat, belum tentu perempuan lain bisa sepertimu. Abang  sangat bersyukur ditakdirkan menjadi pendampingmu, Sya. Jangan ragu dengan kesetiaan Abang! Kamu percaya, kan?” tanya Zul.

Alisya mengangguk, “Iya Bang. Maafkan aku yang terlalu cemburu karena takut kehilangan Abang,” sesalnya.

Zul langsung mengecup puncak kepala istrinya dengan lembut, “Jangan takut, Sya. Abang akan selalu ada di sisimu dan juga anak-anak,” janjinya. “Tapi, malam nanti kamu harus siap-siap menerima hukuman.”

“Hukuman apa?” tanya Alisya.

“Hukuman karena kamu sudah menuduh Abang enggak setia,” sahut Zul.

“Hukumannya apa?” tanya Alisya pelan.

Zul tersenyum penuh arti, “Hukumannya… kamu akan dibuat capek sampai pagi,” bisiknya menggoda.

Alisya tertawa renyah, “Kalau itu mau  sampai siang juga tak masalah, aku akan meladeninya sampai Abang kewalahan,” ucapnya malah balik menggoda.

Mereka berdua tersenyum, lalu keduanya larut dalam ciuman yang hangat.

*** 

Sudah dua hari Kanaya berada di rumah kedua orang tuanya, ia merasa bahagia karena akhirnya bisa bebas melakukan apa saja tanpa ada sindiran dari ibu mertuanya. Anak-anaknya pun bisa bebas bermain, tanpa kena omelan dari eyang-nya itu. 

Kanaya bersiap menghadiri pernikahan sahabatnya, saat ia akan pergi mendadak kedua anaknya tak mau ikut dengannya.

“Kenapa kalian tidak mau ikut? Bukannya semalam bersemangat sekali mau ikut Bunda keluar?” tanya Kanaya.

“Maryam sama Adam di rumah nenek saja, kita mau lihat kolam ikan dan juga sawah dibelakang,” sahut Maryam.

“Kasihan nenek, nanti capek,” Kanaya mencoba memberitahu Maryam.

“Enggak apa-apa, Nay. Mamah enggak capek kok, masa sama cucu sendiri capek,” bela Santi.

“Tapi, ngurus mereka bikin lelah lho, Mah. Enggak apa-apa Nay tinggal?” tanya Kanaya ragu.

“Enggak masalah, kamu pergi saja. Kan Mamah juga jarang ketemu dengan cucu sendiri, nanti ada papahmu bantu jaga juga,” jawab Santi.

“Kalau begitu, Nay pergi dulu yah, Mah. Titip anak-anak,” ucap Kanaya pamit.

“Hati-hati di jalan,” ucap Santi.

Kanaya mengangguk dan mencium punggung tangan Santi, “Assalamu’alaikum …”

“Wa’alaikumussalam …”

*** 

Setelah selesai menghadiri pernikahan sahabat SMA-nya dulu, Kanaya bergegas pergi meninggalkan pesta. Kanaya langsung mengingat kedua anaknya, meski ia tahu kedua orang tuanya akan menjaga Maryam dan Adam dengan baik, tetap saja hatinya tidak tenang, karena ia tak pernah lama berpisah dengan anaknya. Padahal baru tiga jam tak bertemu, tapi hatinya tetap merasa kosong. Kanaya tetap merindukan anak-anaknya.

Kanaya buru-buru pergi dan tanpa sadar menabrak tubuh seseorang dan membuatnya hampir jatuh, beruntung ada tangan yang memegang tangannya dan membuat ia tidak terjatuh.

“Maaf … “ ucap Kanaya tak enak.

Saat ia akan melihat orang yang ditabraknya, ia terkejut dengan sosok lelaki itu.

“Bara!” pekik Kanaya kaget.

Lelaki itu tersenyum. “Sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu, Bagaimana kabarmu, Nay?” tanya Bara ramah.

“Alhamdulillah, baik. Memang sudah sangat lama kita tidak bertemu. Kamu kabarnya bagaimana? Sudah lama pulang dari Tokyo?” tanya Kanaya basa-basi.

“Aku baru pulang MInggu lalu,” jawabnya. “Kamu sekarang tinggal di Bandung?” tanya Bara penasaran.

“Enggak, aku lagi main ke rumah mamah saja dengan anak-anak, kebetulan suamiku juga lagi dinas ke luar kota. Jadi aku ambil kesempatan saja untuk mengunjungi kedua orang tuaku,” jawab Kanaya. “Eh, mana istrimu?” tanyanya baru sadar.

Bara tersenyum, “Aku belum punya istri, Nay,” balasnya.

“Lho, kenapa?” tanya Kanaya terkejut.

‘Karena alasan aku masih sendiri itu kamu, Nay. Kamu yang membuatku susah untuk jatuh cinta lagi,’ balas Bara  bergumam dalam hati.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukan Suami Sempurna    143. Mari Saling Mengenggam Tangan (TAMAT)

    ***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap

  • Bukan Suami Sempurna    142. Ingin Bahagia

    ***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng

  • Bukan Suami Sempurna    141. Hati yang Terlalu Berharga

    ***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi

  • Bukan Suami Sempurna    140. Sedekat Denyut Nadi

    ***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie

  • Bukan Suami Sempurna    139. Badai Kehancuran Telah Datang

    ***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p

  • Bukan Suami Sempurna    138. Dendam yang Tak Bisa Dipadamkan

    ***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status