Bagi Raka, menikah dengan Kanaya adalah kebahagiaan yang takkan pernah ada akhirnya. Kanaya adalah obat untuk menyembuhkan luka patah hatinya. Raka berjanji akan menciptakan kebahagiaan sempurna untuk Kanaya, meski ia bukan suami yang sempurna. Namun, kehadiran dua orang di masa lalu keduanya mengusik keutuhan rumah tangga mereka. Kehadiran Manda yang menjadi rekan kerja Raka membuat Kanaya mudah curiga dan tersulut api cemburu. Datangnya Bara, lelaki masa lalu Kanaya menambah rumitnya permasalahan rumah tangga mereka. Bisakah Raka menjaga keutuhan rumah tangganya dan menghapus keraguan di hati Kanaya tentang janji setianya? Atau ia harus melepaskan Kanaya untuk lelaki lain yang lebih sempurna darinya?
Lihat lebih banyak***
"Begitu caramu memperlakukanku?" tanya Kanaya, ia langsung menatap suaminya dengan tatapan yang kecewa.
"Maksudmu apa, sayang?" Raka bertanya balik, ia ingin memeluk Kanaya dan istrinya itu menolak. Raka menghela napas, ia tidak tahu kenapa istrinya tiba-tiba marah padanya. "Katakan apa yang membuatmu marah lagi?"
Kanaya tak menjawab, ia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Kanaya sudah bosan dan lelah karena Raka tak juga paham dengan sebab kemarahannya. Ia merasa hidup dengan Raka selama tujuh tahun seperti orang asing saja, merasa lelaki itu jauh dari jangkauannya. Raka sibuk dengan dunianya, bahkan hampir melupakannya dan kedua anak mereka. Kanaya ingin meluapkan amarahnya, namun ia tidak bisa... ia tak sanggup karena takut pada akhirnya akan kehilangan Raka.
Kanaya takut.
Raka tersenyum samar, ia tahu kemarahan Kanaya pasti ada sesuatu yang istrinya itu pendam terlalu dalam. Raka memang tak paham dengan bahasa diam yang sering diungkapkan oleh Kanaya. "Sayang, Mas harus bagaimana? Diammu itu membuat Mas bingung. Mas tidak bisa membaca apa yang ada dipikiranmu. Katakan saja semuanya! Katakan tanpa sisa dan tak perlu disimpan rapat-rapat dalam hati. Jangan memendamnya! Katakan semuanya!"
Kanaya hanya menatap Raka dengan tatapan kosong, jika memang mau, ia pasti akan mengungkapkan semua yang selama ini ada di dalam hatinya. Kanaya bingung harus memulainya dari mana dan ia bingung sebab banyak hal yang ingin ia tanyakan. "Apa di hatimu ada aku, Mas?" suara Kanaya bergetar.
Raka tersentak, ia tak percaya jika Kanaya mengatakan hal yang omong kosong seperti itu. "Sayang, kamu kenapa? Kenapa kamu bertanya hal yang sudah tahu jawabannya? Kamu tahu sendiri kan, Nay... Kamu adalah satu-satunya wanita yang ada di hati dan juga pikiranku. Hati dan pikiranku tidak akan pernah sudi memikirkan wanita lain. Hanya kamu yang selalu Mas rindukan. Kenapa kamu meragukannya?"
Kanaya tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat di kedua sudut bibir indahnya, ia menghapus air matanya dengan jari-jarinya. "Aku mau pergi dulu sama anak-anak. Kamu jangan antar kami! Jika kamu memaksa, jangan harap nanti malam aku tidur satu kamar denganmu!" Kanaya mengancam Raka dengan wajahnya yang serius. Kanaya langsung merapihkan riasannya dan saat ia hendak melangkah pergi, Raka langsung mencegahnya dan memegang lengan Kanaya. "Kamu kenapa?" tanyanya dengan suara yang pelan.
Kanaya menggeleng lemah, ia langsung melepaskan tangan Raka. "Jangan bicara denganku dulu, Mas. Aku benci dipaksa!" Kanaya pergi, meninggalkan banyak tanya di hati Raka.
***
Raka masih melamun memikirkan alasan kemarahan Kanaya. Selama tujuh tahun pernikahannya selalu saja ada api kemarahan di hati Kanaya yang saat ini tidak bisa ia padamkan. Kemarahan Kanaya yang tiba-tiba dan juga sikap dinginnya itu terkadang menyala saat ibunya terlalu ikut campur dengan masalah rumah tangga mereka. Raka ingin menyelesaikan masalahnya dengan Kanaya, ia tidak ingin kemarahan Kanaya semakin berlarut-larut. Jika memang benar ia salah, maka Raka siap untuk meminta maaf dan kalau perlu berlutut pada Kanaya. Raka tidak ingin rumah tangganya yang sudah ia bina selama ini semakin tidak harmonis. Ia harus menemui istrinya dan menyusulnya, ia ingin memeluk Kanaya.
Baru saja Raka keluar dari kamarnya. Maharani-Ibunya sudah menarik tangannya dan menyuruh Raka duduk di ruang keluarga. "Kamu mau ke mana?"
"Mau jemput Kanaya dan anak-anak."
"Kan mereka baru ke luar. Tunggu saja, kamu harus bicara sama Ibu. Ibu sudah lama enggak bicara banyak hal sama kamu," kata Maharani.
"Kan Raka juga sibuk, Bu. Ini juga baru sampai rumah tadi jam tiga dini hari. Ngobrol sama Kanaya dan anak-anak pun terbatas," ungkap Raka menjelaskan alasannya.
"Ya Ibu harus jadi prioritasmu, Ka. Ibu itu nomor satu di atas istri dan anak-anakmu. Surgamu itu ada di Ibu," tukas Maharani.
Raka menghela napas pendek, sekali lagi ibunya cemburu. "Bu, surga Raka ada di Ibu dan juga Kanaya. Kalian berdua adalah jimat Raka. Dan kalian berdua pun sama-sama Raka prioritaskan. Jangan berpikir Raka itu mementingkan salah satu dari kalian. Jika Ibu meminta Raka memilih, Raka enggak sanggup."
"Kanaya itu kemarin Ibu nanya apa mau cari kerja saja karena kedua anaknya sudah besar kok tiba-tiba dia cemberut. Ibu enggak menyuruh dia kerja lagi! Dia itu sensitif sekali, padahal Ibu hanya tanya. Coba dulu kamu nurut sama Ibu untuk tidak cepat-cepat nikahin Kanaya," ujar Maharani kesal.
Raka langsung mengucapkan istighfar, ia menggelengkan kepalanya. Raka jelas kecewa dengan apa yang ibunya katakan tentang Kanaya. "Bu, jangan bicara begitu. Kanaya itu istri Raka, wanita yang Raka pilih untuk melengkapi ibadah Raka. Kanaya itu istri yang sangat nurut. Atas permintaan Raka, dia mau berhenti dari pekerjaannya di Bandung, padahal karirnya dulu sudah bagus. Demi Raka juga, dia mau tinggal satu atap dengan Ibu. Kanaya juga sudah melahirkan anak-anak Raka dengan mempertaruhkan nyawanya, anak-anak Raka itu cucu Ibu juga. Apa sampai saat ini Ibu masih belum sepenuhnya menerima Kanaya?" suara Raka terdengar kecewa.
"Ibu sudah menerima Kanaya sebagai menantu Ibu. Hanya saja sifat Kanaya yang banyak diam dan mudah tersinggung membuat Ibu agak kesal," balas Maharani.
"Bu, setiap manusia mempunyai watak yang berbeda-beda. Jangan tuntut Kanaya jadi orang yang ingin Ibu bentuk harus bagaimana dan juga harus sesuai yang Ibu inginkan," tukas Raka. "Raka mau pergi dulu, Bu. Assalamu'alaikum..." Raka mencium punggung tangan Maharani dan pergi tanpa membalas apa yang Maharani katakan.
Raka mulai berpikir, apa kemarahan Kanaya itu karena ibunya itu? Raka harus menemui Kanaya, ia ingin meminta maaf.
***
Kanaya terus saja menatap gelas kosong yang saat ini sedang ia pegang. Pikirannya terus saja mengingat ke wanita itu, wanita yang selama ini membayangi rumah tangganya. Wanita itu yang sampai detik ini terus saja menjadi hal yang paling ditakutkan olehnya. Kanaya takut jika Raka tidak sepenuhnya melupakan 'Manda' dengan mudah, ia takut jika pada akhirnya tahu kalau Raka menikah dengannya dulu karena keduanya saat itu sedang patah hati karena ditinggalkan oleh cinta pertama mereka masing-masing. Kanaya menghela napas panjang, ia tersenyum samar tanpa sadar.
"Kamu berantem lagi sama Raka?" tanya Alisya.
"Yah... begitulah."
"Karena wanita itu lagi?"
"Salah satunya."
"Mas Raka pasti sampai saat ini belum tahu kan kalau kamu takut kehilangan dia karena wanita itu?" tanya Alisya.
"Aku takut untuk mulai bicara padanya. Aku takut jika aku bicara semuanya, Mas Raka malah jujur dengan perasaannya, aku takut kehilangan dia, Sya."
"Nay, Mas Raka tidak mungkin masih mempunyai perasaan padanya. Apalagi rumah tangga kalian sudah berjalan tujuh tahun dan aku melihat Mas Raka sangat lembut memperlakukanmu. Jika ada yang mengganjal di hatimu katakan padanya! Jangan memendam sendirian, Mas Raka berhak tahu karena dia adalah suamimu."
"Kamu juga sendiri tahu, Sya. Kita bertemu karena dulu kita sama-sama patah hati karena ditinggalkan. Aku dulu tidak percaya lagi dengan apa yang namanya cinta karena seseorang di masa laluku pergi begitu saja. Mas Raka menyembuhkan luka yang sudah lama basah. Tapi, aku takut jika Mas Raka belum benar-benar sembuh. Mas Raka sangat mencintai wanita itu," ungkap Kanaya.
"Apa kamu juga sebenarnya belum sembuh, Nay?"
"Maksudmu?"
"Apa kamu juga masih menyimpan luka karena lelaki itu? Cinta pertamamu? Jangan-jangan tanpa sadar, kamu masih menempatkan mantanmu di tempat yang lain di hatimu, tempat yang tersembunyi." Alisya memperjelas pertanyaan.
'Apa benar aku masih tidak bisa melupakan Bara? Apa benar aku pun masih menyimpan luka karena kepergiannya?' tanya Kanaya dengan bimbang.
***
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen