Bukan Suami Sempurna

Bukan Suami Sempurna

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-06
Oleh:  ISMITamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
143Bab
2.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Bagi Raka, menikah dengan Kanaya adalah kebahagiaan yang takkan pernah ada akhirnya. Kanaya adalah obat untuk menyembuhkan luka patah hatinya. Raka berjanji akan menciptakan kebahagiaan sempurna untuk Kanaya, meski ia bukan suami yang sempurna. Namun, kehadiran dua orang di masa lalu keduanya mengusik keutuhan rumah tangga mereka. Kehadiran Manda yang menjadi rekan kerja Raka membuat Kanaya mudah curiga dan tersulut api cemburu. Datangnya Bara, lelaki masa lalu Kanaya menambah rumitnya permasalahan rumah tangga mereka. Bisakah Raka menjaga keutuhan rumah tangganya dan menghapus keraguan di hati Kanaya tentang janji setianya? Atau ia harus melepaskan Kanaya untuk lelaki lain yang lebih sempurna darinya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Diammu Takkan Menyelesaikan Masalah

***

"Begitu caramu memperlakukanku?" tanya Kanaya, ia langsung menatap suaminya dengan tatapan yang kecewa.

"Maksudmu apa, sayang?" Raka bertanya balik, ia ingin memeluk Kanaya dan istrinya itu menolak.  Raka menghela napas, ia tidak tahu kenapa istrinya tiba-tiba marah padanya. "Katakan apa yang membuatmu marah lagi?" 

Kanaya tak menjawab, ia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Kanaya sudah bosan dan lelah karena Raka tak juga paham dengan sebab kemarahannya. Ia merasa hidup dengan Raka selama tujuh tahun seperti orang asing saja, merasa lelaki itu jauh dari jangkauannya. Raka sibuk dengan dunianya, bahkan hampir melupakannya dan kedua anak mereka. Kanaya ingin meluapkan amarahnya, namun ia tidak bisa... ia  tak sanggup karena takut pada akhirnya  akan kehilangan Raka. 

Kanaya takut.

Raka tersenyum samar, ia tahu  kemarahan Kanaya pasti ada sesuatu yang istrinya itu pendam terlalu dalam. Raka memang  tak paham dengan bahasa diam yang sering diungkapkan oleh Kanaya. "Sayang, Mas harus bagaimana? Diammu itu membuat Mas bingung. Mas tidak bisa membaca apa yang ada dipikiranmu. Katakan saja semuanya! Katakan tanpa sisa dan tak perlu disimpan rapat-rapat dalam hati.  Jangan memendamnya! Katakan semuanya!" 

Kanaya hanya menatap Raka dengan tatapan kosong, jika memang mau, ia pasti akan mengungkapkan semua yang selama ini ada di dalam hatinya. Kanaya bingung harus memulainya dari mana dan ia bingung sebab banyak hal yang ingin ia tanyakan. "Apa di hatimu ada aku, Mas?" suara Kanaya bergetar.

Raka tersentak, ia tak percaya jika Kanaya mengatakan hal yang omong kosong seperti itu. "Sayang, kamu kenapa? Kenapa kamu bertanya hal yang sudah tahu jawabannya? Kamu tahu sendiri kan, Nay... Kamu adalah satu-satunya wanita yang ada di hati dan juga pikiranku. Hati dan pikiranku tidak akan pernah sudi memikirkan wanita lain. Hanya kamu yang selalu Mas rindukan. Kenapa kamu meragukannya?"

Kanaya tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat di kedua sudut bibir indahnya,  ia menghapus air matanya dengan jari-jarinya. "Aku mau pergi dulu sama anak-anak. Kamu jangan antar kami! Jika kamu memaksa, jangan harap nanti malam aku tidur satu kamar denganmu!" Kanaya mengancam Raka dengan wajahnya yang serius. Kanaya langsung merapihkan riasannya dan saat ia hendak melangkah pergi, Raka langsung mencegahnya dan memegang lengan Kanaya. "Kamu kenapa?" tanyanya dengan suara yang pelan. 

Kanaya menggeleng lemah, ia langsung melepaskan tangan Raka. "Jangan bicara denganku dulu, Mas. Aku benci dipaksa!"  Kanaya pergi, meninggalkan banyak tanya di hati Raka.

*** 

Raka masih melamun memikirkan alasan kemarahan Kanaya. Selama tujuh tahun pernikahannya selalu saja ada api kemarahan di hati Kanaya yang saat ini tidak bisa ia padamkan. Kemarahan Kanaya yang tiba-tiba dan juga sikap dinginnya itu terkadang menyala saat ibunya terlalu ikut campur dengan masalah rumah tangga mereka. Raka ingin menyelesaikan masalahnya dengan Kanaya, ia tidak ingin kemarahan Kanaya semakin berlarut-larut. Jika memang benar ia salah, maka Raka siap untuk meminta maaf dan kalau perlu berlutut pada Kanaya. Raka tidak ingin rumah tangganya yang sudah ia bina selama ini semakin tidak harmonis. Ia harus menemui istrinya dan menyusulnya, ia ingin memeluk Kanaya. 

Baru saja Raka keluar dari kamarnya. Maharani-Ibunya sudah menarik tangannya dan menyuruh Raka duduk di ruang keluarga. "Kamu mau ke mana?"

"Mau jemput Kanaya dan anak-anak."

"Kan mereka baru ke luar. Tunggu saja, kamu harus bicara sama Ibu. Ibu sudah lama enggak bicara banyak hal sama kamu," kata Maharani.

"Kan Raka juga sibuk, Bu. Ini juga baru sampai rumah tadi jam tiga dini hari. Ngobrol sama Kanaya dan anak-anak pun terbatas," ungkap Raka menjelaskan alasannya.

"Ya Ibu harus jadi prioritasmu, Ka. Ibu itu nomor satu di atas istri dan anak-anakmu. Surgamu itu ada di Ibu," tukas Maharani.

Raka menghela napas pendek, sekali lagi ibunya cemburu. "Bu, surga Raka ada di Ibu dan juga Kanaya. Kalian berdua adalah jimat Raka. Dan kalian berdua pun sama-sama Raka prioritaskan. Jangan berpikir Raka itu mementingkan salah satu dari kalian. Jika Ibu meminta Raka memilih, Raka enggak sanggup."

"Kanaya itu kemarin Ibu nanya apa mau cari kerja saja karena kedua anaknya sudah besar kok tiba-tiba dia cemberut. Ibu enggak menyuruh dia kerja lagi! Dia itu sensitif sekali, padahal Ibu hanya tanya. Coba dulu kamu nurut sama Ibu untuk tidak cepat-cepat nikahin Kanaya," ujar Maharani kesal.

Raka langsung mengucapkan istighfar, ia menggelengkan kepalanya. Raka jelas kecewa dengan apa yang ibunya katakan tentang Kanaya. "Bu, jangan bicara begitu. Kanaya itu istri Raka, wanita yang Raka pilih untuk melengkapi ibadah Raka. Kanaya itu istri yang sangat nurut. Atas permintaan Raka, dia mau berhenti dari pekerjaannya di Bandung, padahal karirnya dulu sudah bagus. Demi Raka juga, dia mau tinggal satu atap dengan Ibu. Kanaya juga sudah melahirkan anak-anak Raka dengan mempertaruhkan nyawanya, anak-anak Raka itu cucu Ibu juga. Apa sampai saat ini Ibu masih belum sepenuhnya menerima Kanaya?" suara Raka terdengar kecewa.

"Ibu sudah menerima Kanaya sebagai menantu Ibu. Hanya saja sifat Kanaya yang banyak diam dan mudah tersinggung membuat Ibu agak kesal," balas Maharani.

"Bu, setiap manusia mempunyai watak yang berbeda-beda. Jangan tuntut Kanaya jadi orang yang ingin Ibu bentuk harus bagaimana dan juga harus  sesuai yang Ibu inginkan," tukas Raka. "Raka mau pergi dulu, Bu. Assalamu'alaikum..." Raka mencium punggung tangan Maharani dan pergi tanpa membalas apa yang Maharani katakan. 

Raka mulai berpikir, apa kemarahan Kanaya itu karena ibunya itu? Raka harus menemui Kanaya, ia ingin meminta maaf.

*** 

Kanaya terus saja menatap gelas kosong yang saat ini sedang ia pegang. Pikirannya terus saja mengingat ke wanita itu, wanita yang selama ini membayangi rumah tangganya. Wanita itu yang sampai detik ini terus saja menjadi hal yang paling ditakutkan olehnya. Kanaya takut jika Raka tidak sepenuhnya melupakan 'Manda' dengan mudah, ia takut jika pada akhirnya tahu kalau Raka menikah dengannya dulu karena keduanya saat itu sedang patah hati karena ditinggalkan oleh cinta pertama mereka masing-masing. Kanaya menghela napas panjang, ia tersenyum samar tanpa sadar.

"Kamu berantem lagi sama Raka?" tanya Alisya.

"Yah... begitulah."

"Karena wanita itu lagi?"

"Salah satunya."

"Mas Raka pasti sampai saat ini belum tahu kan kalau kamu takut kehilangan dia karena wanita itu?" tanya Alisya.

"Aku takut untuk mulai bicara padanya. Aku takut jika aku bicara semuanya, Mas Raka malah jujur dengan perasaannya, aku takut kehilangan dia, Sya."

"Nay, Mas Raka tidak mungkin masih mempunyai perasaan padanya. Apalagi rumah tangga kalian sudah berjalan tujuh tahun dan aku melihat Mas Raka sangat lembut memperlakukanmu. Jika ada yang mengganjal di hatimu katakan padanya! Jangan memendam sendirian, Mas Raka berhak tahu karena dia adalah suamimu."

"Kamu juga sendiri tahu, Sya. Kita bertemu karena dulu  kita sama-sama patah hati karena ditinggalkan. Aku dulu tidak percaya lagi dengan apa yang namanya cinta karena seseorang di masa laluku pergi begitu saja. Mas Raka menyembuhkan luka yang sudah lama basah. Tapi, aku takut jika Mas Raka belum benar-benar sembuh. Mas Raka sangat mencintai wanita itu," ungkap Kanaya.

"Apa kamu juga sebenarnya belum sembuh, Nay?"

"Maksudmu?"

"Apa kamu juga masih menyimpan luka karena lelaki itu? Cinta pertamamu? Jangan-jangan tanpa sadar, kamu masih menempatkan mantanmu di tempat yang lain di hatimu, tempat yang tersembunyi." Alisya memperjelas pertanyaan.

'Apa benar aku masih tidak bisa melupakan Bara? Apa benar aku pun masih menyimpan luka karena kepergiannya?' tanya Kanaya dengan bimbang.

*** 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Ayue Sekartaji
cerita yg bagus tk ber tele2.........
2024-08-06 17:46:06
1
143 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status