Home / Rumah Tangga / Bukan Surga Impian / 44 : Memutus Rantai Luka

Share

44 : Memutus Rantai Luka

Author: Authorfii
last update Last Updated: 2025-05-12 21:04:20

Dengan senyum terpatri di wajah, Jenna mengulurkan tangan untuk memberi sebuah flashdisk yang ia dapatkan dari suster Siska.

Meski terkesan enggan menatapnya, tapi Puspa—lawan bicara Jenna saat ini tetap mengambil flashdisk yang diberikan oleh Jenna.

"Ada satu file yang dikhususkan untuk Tante Puspa. Aku sama sekali nggak buka file itu, biar Tante saja yang membukanya." Jenna menjelaskan lebih dulu, agar Puspa—ibunda mendiang Cahaya, tidak salah paham.

"Ya sudah, saya pergi dulu. Assalamu'alaikum." Pertemuan yang tidak sampai 5 menit itu, berakhir setelah Puspa melangkah pergi meninggalkan Jenna yang tersenyum tipis.

Meskipun Jenna tidak tau isi dari file yang ditujukan untuk Puspa itu apa, tapi ia berharap isinya adalah meminta ibunda dari mendiang Cahaya itu tidak lagi salah paham dengan kehadirannya.

Jenna tentu tidak ingin mempunyai musuh, dia justru ingin membangun ikatan yang baik dengan ibu dari mendiang madunya itu.

"Jenna, Mama Puspa ke mana?" Jenna menolehkan kepala sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bukan Surga Impian    46 Belajar dalam Keikhlasan

    Katanya, tanda Allah menyayangi hamba-Nya adalah dengan memberikannya sebuah ujian. Mungkin, satu di antara tanda kasih sayang Allah pada Jenna adalah hari ini. Setelah dia merasakan kebahagiaan karena hubungannya membaik. Baik itu dengan keluarga dari pihak sang suami, ataupun pihak Cahaya sebagai istri pertama. Jenna hari ini kembali merasakan kesedihan, tatkala mendapatkan kabar jika sang ayah mengalami kecelakaan saat ia hendak menemui keluarga dari sang istri tercinta—Dania.Dengan bibir yang terus saja melafalkan kalimat istighfar, Jenna tidak ingin jika pikirannya berpikir su'udzon pada ibu tirinya itu. Seperti kebanyakan cerita yang dia baca, jika ibi tiri kebanyakan hanya mencintai harta dari ayahnya saja—maka sekarang Jenna berusaha untuk tidak membebani pikirannya dengan hal yang belum tentu terjadi itu. Meskipun kini keadaan ayahnya belum diketahui, tapi Jenna berusaha untuk tenang. Toh bukan hanya ayahnya saja yang jadi korban kecelakaan itu, tapi Dania—ibu tirinya jug

  • Bukan Surga Impian    45 : Pelangi Setelah Hujan

    Dalam hal berhijrah, Jenna tidak hanya belajar memperbaiki hubungannya dengan Sang Maha Kuasa. Tapi juga belajar memperbaiki hubungannya dengan orang lain juga. Salah satunya dengan ibunda dari almarhumah Cahaya—istri pertama suaminya. Setelah kemarin bertemu untuk memberikan flashdisk berisi wasiat dari almarhumah Cahaya, wanita paruh baya itu kembali datang menemui Jenna. Kali ini bahkan beliau langsung datang ke rumah dan tidak meminta untuk bertemu di luaran seperti kemarin. Jenna menerka wanita paruh baya bernama Puspa itu sudah melihat isi dari flashdisk yang memang ditujukan untuknya, untuk itu kenapa dia berada di sini dengan air mata berlinang. "Tante minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu, Jenna. Atas kesalahan Tante, kamu pernah dimaki-maki oleh banyak orang dan dicap buruk oleh fans kamu. Untuk kejadian yang mana kamu mendapatkan kegagalan saat seminar, itu semua ulah Tante." Puspa, menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia enggan menatap Jenna, lantaran terlalu malu u

  • Bukan Surga Impian    44 : Memutus Rantai Luka

    Dengan senyum terpatri di wajah, Jenna mengulurkan tangan untuk memberi sebuah flashdisk yang ia dapatkan dari suster Siska. Meski terkesan enggan menatapnya, tapi Puspa—lawan bicara Jenna saat ini tetap mengambil flashdisk yang diberikan oleh Jenna. "Ada satu file yang dikhususkan untuk Tante Puspa. Aku sama sekali nggak buka file itu, biar Tante saja yang membukanya." Jenna menjelaskan lebih dulu, agar Puspa—ibunda mendiang Cahaya, tidak salah paham. "Ya sudah, saya pergi dulu. Assalamu'alaikum." Pertemuan yang tidak sampai 5 menit itu, berakhir setelah Puspa melangkah pergi meninggalkan Jenna yang tersenyum tipis. Meskipun Jenna tidak tau isi dari file yang ditujukan untuk Puspa itu apa, tapi ia berharap isinya adalah meminta ibunda dari mendiang Cahaya itu tidak lagi salah paham dengan kehadirannya. Jenna tentu tidak ingin mempunyai musuh, dia justru ingin membangun ikatan yang baik dengan ibu dari mendiang madunya itu. "Jenna, Mama Puspa ke mana?" Jenna menolehkan kepala sa

  • Bukan Surga Impian    43 : Fakta Tentang Cahaya

    087163936***Assalamu'alaikum, mohon maaf jika mengganggu waktunya. Apa benar, ini dengan bu Jenna? Jika benar, saya Siska. Saya suster yang merawat almarhumah dokter Cahaya beberapa bulan yang lalu. Saya baru ingat, jika sebelum dokter Cahaya menghembuskan nafas terakhir, beliau memberikan amanah untuk saya agar memberikan sebuah flashdisk pada bu Jenna. Kira-kira, bisakah kita bertemu? Kesan pertama saat pertemuan Jenna dengan seorang suster bernama Siska, yang mengaku telah merawat almarhumah dokter Cahaya di detik-detik terakhir—adalah senyum yang mengembang dengan manis. Bermula dengan mendapatkan pesan di aplikasi Whatsapp miliknya, Jenna dengan segera meminta untuk bertemu di sebuah cafe yang tidak jauh dari Rumah Sakit. "Jadi, apa isi dari flashdisk itu?" Alis yang menukik sedikit ke atas, menjadi respon yang turut mengikuti pertanyaan Jenna. Pasalnya, setelah kepergian dokter Cahaya yang sudah berjalan hampir 5 bulan ini—Jenna baru mendapatkan informasi jika ada sebuah be

  • Bukan Surga Impian    42 : Malam Zafaf

    Dalam hidup, Jenna pernah beberapa kali bilang—jika dia tak ingin menikah dengan laki-laki mana pun. Tentu saja, itu dia ucapkan atas dasar luka tak kasat mata yang ditorehkan oleh sang ayah—cinta pertamanya. Saat dia kembali ingat, jika ada sebuah kisah yang mana menceritakan tentang 3 rombongan yang bertamu ke rumah Rasulullah SAW. Di sana mereka membicarakan tentang sunnahnya Rasulullah SAW. Dua orang di antaranya bercerita jika dia sudah menjalankan sunnah Rasulullah seperti pada umumnya; shalat, puasa, dan lain sebagainya. Sedangkan satu orang lagi, bercerita jika dia sudah menjauhi perempuan dan tidak akan menikah. Maka saat mendengar itu, Rasulullah SAW dengan segera menyelanya. Beliau berkata. "Kalian telah berkata begini dan begitu, tapi demi Allah aku adalah manusia yang paling takut kepada-Nya. Oleh karena itu, soal berpuasa, sholat, tidur, dan menikah. Barang siapa yang tidak suka dengan sunahku (nikah), maka ia bukan golonganku." Sejak itu, Jenna mengkaji kembali asums

  • Bukan Surga Impian    41 : Istri yang Berdosa?

    Entah sudah ke berapa kalinya, Jenna berjalan bolak-balik saat cemas melanda. Bukan! Ini bukan jenis anxiety yang biasanya menyerang Jenna. Melainkan cemas biasa, karena sang suami tak kunjung memperlihatkan barang hidungnya. Reyhan yang beberapa menit lalu meminta izin padanya, jika dia harus membelikan cemilan yang diminta oleh Anala—sampai saat ini, sudah mau satu jam lamanya tidak kunjung pulang. Ingin menghubungi, tapi Jenna melihat ponsel milik suaminya itu ada di atas nakas. Ingin pergi menyusul, dia harus menemani Anala yang baru saja dia bacakan dongeng malam. "Aduh, mana hujannya makin deras lagi." Kedua alis Jenna ikut menyatu saat dia melirik rinai hujan dari jendela kamar Anala, yang dilihatnya semakin deras. "Mas Reyhan pasti kehujanan," kata perempuan yang kini menggigiti ujung kuku jemari telunjuknya itu. "Aku masakin air hangat dulu deh, biar nanti kalau kehujanan tinggal mandi." Melirik sekilas Anala yang nampak sudah pulas tertidur, padahal dia meminta dibelika

  • Bukan Surga Impian    40 : Keluarga Cemara

    Cakrawala pagi ini memang cukup tidak bersahabat, mendung dan sebentar lagi akan hujan. Tapi Jenna tidak mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumah sang ayah. Selain untuk mencari kalung yang dulu pernah diberikan Reyhan pada Jenna, gadis itu juga merindukan sang ayah. Setelah memastikan kembali jika penampilannya sudah sempurna, Jenna melangkah keluar dari kamar. Suaminya itu pasti sudah menunggu Jenna di garasi. Memang, ini adalah hari weekend. Jenna sengaja memilih hari weekend agar bisa pergi bersama dengan Reyhan dan juga Anala. "Maaf bikin nunggu lama ya," ucap Jenna dengan senyum kecil di wajah. "Nggak apa-apa, baru nunggu setengah jam kok." Reyhan membalas dengan bibirnya yang tersenyum miring. Bukan! Itu bukanlah bentuk kemarahannya, melainkan sebuah ledekan dari seorang pria yang kesal karena wanitanya lama bersiap-siap. "Maaf, Mas." Jenna menyahutinya lagi, masih dengan senyum kecil di wajah. "Ya sudah, ayo cepat masuk! Tuan Putri sudah tidak sabar ingin bertemu kakek

  • Bukan Surga Impian    39 : Hidup Jenna yang Sebenarnya

    "Jenna ... sepertinya aku mulai mencintaimu, karena itu alasanku mendiamkan kamu seperti ini." Pupil melebar menjadi respon Jenna atas perkataan Reyhan barusan. Maksudnya, saat ini pria itu sedang confess begitu? “A-aku tau kamu lagi bercanda, Mas. Cuma mau menenangkan aku, kan?” Pada akhirnya, hanya itu yang bisa Jenna lontarkan. Sekali pun itu kebenaran, Jenna ingin mendengar kalimat yang lebih meyakinkan dari pria itu. Dibandingkan hanya sebuah kalimat yang terdengar menenangkan saat kecemasannya kambuh. “A-aku harus jemput Anala dulu, Mas.” Memilih untuk menghindari pembicaraan canggung itu, Jenna pun berdiri. Menjadikan alasan menjemput Anala sebagai langkahnya untuk segera pergi.Namun baru saja akan melangkah, lengannya lebih dulu ditarik oleh Reyhan sehingga membuatnya kembali terjatuh pada kursi. Belum usai keterkejutan Jenna saat lengannya ditarik, kini dia lebih terkejut saat Reyhan mencondongkan tubuhnya ke depan wajahnya.“Apa aku terlihat sedang bercanda?” desis Rey

  • Bukan Surga Impian    38 : Pernyataan Cinta?

    Jika kehidupan seseorang bisa dipilih akan bagaimana perjalanannya, mungkin Jenna tidak menginginkan perjalanan hidup yang banyak menorehkan luka di hatinya seperti ini. Memang, siapa yang ingin menjadi seseorang yang dinilai meruntuhkan rumah tangga orang lain? Seseorang yang kehadirannya dinilai begitu buruk oleh hampir kebanyakan orang. Padahal dirinya tidak seperti itu. Tentu saja Jenna juga tidak ingin. Mendapatkan cinta, di posisinya yang kedua—Jenna pernah merasakan rasa pesimis luar biasa. Statusnya yang berada di nomor dua, sudah pasti tidak akan menjadi prioritas. Tapi setelah kepergian madunya itu, atau seseorang yang menyandang status istri pertama—hati Jenna sempat mengharapkan jika cinta itu akan hadir, karena bagaimana pun dirinya kini berstatus sebagai satu-satunya istri. Menjalani hidup sebagai seorang istri yang awalnya tak diharapkan, tentu tidak mudah untuk dilakukan. Berbulan-bulan lamanya Jenna sering makan hati saat mendengar ocehan demi ocehan dari orang-ora

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status