Share

Dipermalukan

Bab2

"Elvina," tegur Joe, menatap tak suka dengan ucapan Elvina.

Elvina mendengkus dan membuang pandang dari Joe.

"Joe, kamu itu lelaki yang memiliki jabatan hebat di perusahaan itu. Apakah kamu tidak malu, membawa dia? Seluruh kota akan tahu, bahwa seorang Manager Giant Company Group, memiliki istri bodoh dan tidak berpendidikan seperti dia."

Perkataan nyonya Sabhira semakin tajam dan kejam. Wanita nyentrik itu sangat membenci Case, semenjak Aluna Welas dan Case Mowelas dibawa Tuan Bastara Wilianus ke rumah mereka.

"Kalau bukan karena ayahku, tidak akan sudi kuambil kau sebagai menantu."

Case hanya terdiam, dan berusaha menyabarkan diri, melapangkan dadanya sebisa mungkin. Case bertahan demi Ibunya, yang kini terbaring koma di rumah sakit.

Biaya sepenuhnya ditanggung keluarga Joe, begitulah permintaan terakhir Tuan Bastara pada Joe.

Hal itu pula, yang membuat Nyonya Sabhira, hingga saat ini, semakin murka pada Case.

"Kalian selalu saja ribut," keluh Joe mulai jengah dengan keadaan rumah.

"Siapa suruh dia mau jadi menantuku! Tidak sudi aku memiliki menantu miskin sepertinya."

"Ini murni permintaan Kakek. Lagi pula, aku dan Case hanya menghormati permintaan kakek."

"Mikirlah, Case dan kita itu berbeda. Sudahlah, kamu dan mendiang kakekmu sama saja."

"Iya, wanita miskin terus dibela." Elvina menimpali. "Yakin saja, dia hanya akan menjadi bahan olokan yang memalukan," lanjut Elvina.

*********

"Tidak usah tersinggung dengan mereka! Itulah konsekuensinya, terlalu percaya diri, untuk menjadi bagian dari keluarga Wilianus."

"Sudah biasa," jawab Case dingin.

"Seharusnya kamu menolak tegas dari awal. Hal semacam ini, tidak akan terus terjadi."

Perkataan semacam ini, nyaris setiap hari Case dengar. Hatinya teramat sakit, jika Joe sudah mengeluarkan kata-kata dinginnya semacam ini.

"Maafkan aku," lirih Case Mowales.

"Apa boleh buat. Kalau bukan karena warisan itu, mungkin aku pun tidak akan setuju menikahi kamu. Lagi pula, wanita sepertimu, sangat tidak menarik di mataku."

Case hanya menunduk, menahan rasa sakit yang selalu datang menyakitinya setiap hari.

"Aku tidak ingin datang."

"Kau harus datang," jawab Joe.

"Aku malu, dan tidak memiliki gaun."

"Aku sudah menyiapkannya. Kalau bukan sebuah kewajiban, aku pun enggan membawamu ke acara itu."

Case menghela napas berat.

"Jangan coba menyalahkanku, jika nanti aku membuatmu malu."

Joe hanya mendengkus, dan berjalan menuju keluar kamar.

Sementara di luar kamar, tepatnya di ruang keluarga. Nyonya Sabhira dan Elvina sedang berbincang.

"Kamu akan datang?" tanya Nyonya Sabhira pada Elvina.

"Tentu saja, aku diajak Mary dan Kakaknya."

"Mary, mantan kekasih Joe?"

Elvina menangguk. "Ya. Kami sudah menyusun rencana, untuk mengerjai Case," bisik Elvina, disambut kekehan pelan dari Nyonya Sabhira.

"Biar kakak malu sekalian, punya istri bodoh dan miskin itu."

"Ya, kamu benar. Kalau dia malu, dia akan secepatnya menceraikan wanita sialan itu," desis Nyonya Sabhira geram.

Elvina tersenyum jahat, membayangkan rencana kejamnya pada Case diacara perjamuan itu.

"Kamu harus bisa merayu lelaki kaya di tempat itu."

"Oh tentu saja. Terutama Tuan muda Jeremy, kabarnya lelaki itu bersikap dingin dan kasar."

"Tau dari mana?"

"Dari Mary. Kan, tunangan kakaknya."

"Tunangan Deslim?" Nyonya Sabhira sangat terkejut.

"Ya, Bu. Aku kalah cepat. Tapi, ini bukan masalah. Mereka belum menikah."

"Memangnya kakaknya Mary ada di Monarki?"

"Umm, iya. Baru balik seminggu yang lalu."

"Dari mana kenal Tuan muda itu?"

"Kurang tau." Elvina merasa kesal, karena sedari tadi menjawab pertanyaan dari ibunya terus.

******

Malam perjamuan pun tiba. "Kamu mau kemana?" tanya Nyonya Sabhira, ketika melihat Elvina sudah rapi, cantik dan berpenampilan begitu heboh.

"Kan perjamuannya malam ini."

"Ah, Ibu lupa. Kakakmu sudah pergi?"

"Sudah dari tadi. Bersama wanita miskin itu," jawab Elvina.

"Aku akan membuatnya menyesal malam ini," desis Elvina penuh kebencian.

"Ya, harus," jawab Nyonya Sabhira memberi semangat.

Istana kediaman Tuan muda Jeremy, di penuhi berbagai mobil-mobil mewah. Mata Elvina takjub, memandangi keramaian dan mobil-mobil mewah yang terparkir rapi itu.

"Mary, apakah jamuan malam ini, khusus orang-orang kaya?"

"Tentu saja. Semua yang datang malam ini, adalah orang penting semua. Jangan sia-siakan kesempatan ini, agar kamu tidak jomblo semasa hidup," ejek Mary terkekeh.

"Aku cantik, aku yakin banyak yang suka padaku," jawab Elvina percaya diri.

"Hahaha, baiklah," sahut Mary tertawa keras bernada ejekkan. Elvina bersikap bodo amat, dan keluar mobil dengan gaya layaknya orang penting.

Pandangannya menyapu takjub, seluruh pemandangan yang ditangkap mata Elvina.

"Andai aku nyonya istana ini, aku yakin, hidupku akan sangat indah." Elvina bergumam.

"Ayo jalan! Jangan terlalu memandangi seperti itu," tegur Mary. "Kamu bisa membuatku malu," bisiknya.

"Ah, maaf," sesal Elvina. Mereka pun berjalan, menuju tempat acara perjamuan.

Tempat yang teramat mewah, dan menampilkan para tamu, yang bukan dari kalangan orang biasa.

Elvina sangat merasa beruntung, bisa datang ke tempat semewah ini.

Acara penyambutan pun telah dimulai. Nama-nama karyawan berprestasi pun mulai disebutkan, juga para karyawan yang mendapatkan promosi jabatan pun tidak tertinggal.

Hingga nama Joe pun disebutkan, membuat lelaki itu tersenyum, dan berjalan menaiki panggung.

Dan Case pun berjalan menuju kolam renang, untuk menikmati keindahannya. Sementara menunggu Joe dengan berbagai pidatonya.

"El," senggol Mary.

"Ah, ya," sahut Elvina.

"Tuh, wanita sialan itu," kata Mary, menunjuk Case, yang sedang menikmati pemandangan di depan kolam renang.

"Dorong," lanjut Mary.

Elvina mengernyitkan dahi. "Yakin? Akan menjadi gaduh tempat ini," jawab Elvina.

"Biarkan saja."

"Bukankah diakhir acara, Tuan muda akan mengumumkan, rencana pertunangannya."

"Ya aku tahu. Tapi nggak apa-apalah, yang penting wanita itu menikmati rasa malu dan dinginnya kolam renang malam ini," ucap Mary penuh dendam.

"Baiklah." Elvina merasa ragu sebenarnya, tapi dia pun tidak begitu berani menolak permintaan Mary.

Pelan langkah Elvina, menuju ke arah Case. Dengan hati-hati, Elvina menyonggol Case, hingga membuat wanita itu terkejut dan hilang keseimbangan diri.

Bunyi gemercik air kolam renang yang begitu keras, menandakan sesuatu yang masuk ke dalamnya, membuat pasang mata para tamu, melihat ke arah kolam renang.

"Seseorang terjatuh ke kolam renang," kata Elvina tanpa dosa.

Joe yang berada di atas panggung pun, hanya melihat sesaat ke arah sana sesekali. Beberapa orang mendekat ke arah kolam renang itu.

Case Mowales yang tidak bisa berenang pun, hanya mampu berusaha untuk tidak tenggelam.

Hingga seorang lelaki tegap berpakaian toxedo berwarna putih, senada dengan celananya, tanpa berpikir panjang, masuk ke dalam kolam, membantu menyelamatkan Case.

Beberapa orang lainnya, membantu lelaki itu, menaikan Case dari kolam renang. Wanita itu nyaris pingsan, namun dia tetap bisa melihat, senyuman sinis dan mengejek dari wajah Elvina.

"Suatu saat, aku pasti akan membuatmu menyesal," batin Case.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya lelaki tampan itu pada Case. Wajah yang terpahat sangat sempurna, dan memiliki garis ketampanan seorang lelaki berkharismatik.

Case Mowales berusaha membuka mata. "Ya, aku baik-baik saja," jawab Case Mowales lemah.

"Khan, ada apa?" Lelaki berperawakan tinggi, dengan bobot badan sedikit ramping itu mendekat ke arah kerumunan.

Lelaki yang sekilas mirip dengan Case itu, menatap ke arah mereka.

"Wanita ini terjatuh ke kolam renang," jawab Khan.

"Oh. Bawa dia ke dalam, dan minta Bibi Sena membantu wanita ini berganti pakaian," titah lelaki itu.

"Saya tidak memiliki pakaian ganti," jawab Case Mowales lemah.

Suara wanita itu, membuat getaran di hati lelaki kurus itu. Ia menatap Case Mowales dengan seksama. Namun, wanita itu, seolah menyembunyikan wajahnya dengan beberapa helai rambut basah, yang menempel di depan wajahnya.

"Kenakan pakaian bi Sena, katakan perintahku," tegas lelaki itu. Khan menangguk, dan membimbing wanita itu, menuju ke dalam rumah.

Joe berdiri dari kejauhan, dan menatap kesal pada Case.

"Dasar ceroboh," gumam Joe. Lelaki itu tidak perduli sedikitpun dengan Case, bahkan dia bersikap seolah-olah, tidak mengenali wanitanya itu.

"Joe," sapa Mary, tersenyum manis pada Joe. Begitu juga dengan Joe.

"Selamat, sudah mendapat penghargaan malam ini." Mary memeluk lengan Joe.

"Terimakasih," jawab Joe seadanya.

"Malam ini, kakaku akan bertunangan dengan pewaris Giant Company Group ini," bisik Mary.

"Oh ya?" Joe terkejut. "Siapa kakak kamu?" Joe selama ini, memang tidak begitu mengenali saudara Mary yang lainnya.

"Nah, itu dia," tunjuk Mary. Ke arah wanita, yang mengenakan dress putih polos, dengan make up sederhana.

Wanita cantik, dengan tampilan yang elegan itu, berjalan anggun, menuju lelaki jakung yang berdiri tadi.

"Jeremy ...."

Lelaki itu pun menoleh. "Ah, kamu sudah datang," seru Jeremy, tersenyum manis ke arah wanita cantik itu.

"Cantik sekali kakakmu," gumam Joe, menatap kagum pada wanita itu.

"Apa? Jangan coba-coba menyukainya, Joe." Mary memberi peringatan. "Mereka itu sepasang kekasih, yang sudah lama terpisah jarak."

Joe mengabaikan Mary. Ia fokus, mengagumi sosok wanita di depannya itu, yang begitu sempurna di pandangan mata.

"Joe," panggil Mary. Joe menoleh ke arah Mary.

"Apa?"

"Istrimu," tunjuk Mary ke arah Case Mowales. "Wanita itu, memang terlahir sebagai wanita miskin yang menyedihkan. Bahkan saat di bawa ke acara penting semacam ini, malah mengeluarkan aura babunya di tempat ini. Apakah kamu tidak merasa malu," kekeh Mary, melihat penampilan Case yang menyedihkan.

Joe pun merasa kesal, dan melepaskan tangan Mary dari lengannya. Dengan sedikit perasaan tersulut emosi, Joe mendekati Case, yang berdiri di kerumunan para tamu.

"Case, baju siapa yang kamu kenakan ini?"

Case terkejut, melihat Joe yang nampak begitu marah padanya.

"Maafkan aku, tadi aku tercebur ke kolam renang. Gaunku basah, jadi bi Sena meminjamkanku baju ini."

"Memalukan sekali," desis Joe.

"Hahaha, dasar pembantu. Mau bagaimana pun kamu dipoles cantik, aura babumu itu sangat jelas," kekeh Mary, yang ternyata berjalan mendekati Joe.

Elvina mengamati mereka dari kejauhan.

"Lebih baik kamu pulang," kata Joe pada Case.

"Bagaimana aku pulang? Aku bahkan tidak memiliki uang," ungkap Case.

"Tidak punya uang? Miskin kok bisa banyak gaya," cibir Mary semakin kejam.

"Mary, ada apa?" tanya sang kakak, yang mendekati mereka, bersama lelaki itu.

"Tuan Jeremy," sapa Joe menunduk hormat.

Jeremy hanya mengulas senyum.

"Kak, ini dia, wanita yang merebut kekasihku," bisik Mary pada sang kakak.

"Jeremy, apakah kamu mengundang wanita seperti ini ke acara perjamuan besar ini?" tanya wanita itu, pada calon tunangannya.

"Bukan. Aku tidak tahu, dan tidak kenal?" Jawab Jeremy, sembari memandang lekat wajah wanita, yang menunduk di depannya itu.

"Maaf Tuan, saya yang membawanya ke acara ini, hanya sebagai teman. Dia,  pengasuh Mama saya," sahut Joe.

Hati Case Mowales bagaikan teriris sembilu, mendengar ucapan Joe pada Jeremy.

"Oh. Lain kali, bawalah wanita yang berkelas dan sesuai dengan kelebihanmu," timpal tunangannya Jeremy itu.

Case hanya terdiam, menerima perkataan-perkataan tajam mereka dengan lapang dada.

"Baik, Nona," sahut Joe mantap, sembari tersenyum manis pada wanita cantik itu.

Fokus Jeremy memandangi dalam, kepada Case Mowales. Membuat Case merasa sedikit canggung dan gugup. Ia sangat gugup, mendapati tatapan penuh selidik, yang Jeremy layangkan padanya.

"Halo," sapa Jeremy. "Apakah kita saling mengenal?" tanya Jeremy pada Case Mowales. Membuat debaran jantung Case melaju cepat.

"Bagaimana mungkin anda mengenalnya Tuan. Ini kali pertama, saya membawanya keluar rumah. Biasanya, setiap harinya selalu di rumah saja," sela Joe, menjawab pertanyaan Jeremy pada Case.

Jeremy berusaha percaya, meskipun rasa penasarannya, terus menuntutnya, untuk menatap wajah Case semakin dalam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status