Share

Bab 8

Penulis: Shenina
Saat didorong masuk ke ruang operasi, Ashley merasakan kelegaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Peralatan dingin menembus tubuhnya dan air matanya mengalir dengan tenang.

Kenangan tiga tahun terakhir berputar di depan matanya seperti film yang diputar ulang. Saat dia nyeri haid, Marcello merebuskan air gula merah untuknya dan memijat perutnya dengan lembut sambil berkata penuh rasa sayang, "Andai aku bisa menggantikan rasa sakitmu."

Ketika dia bertengkar dengan Otto dan mendapat tamparan, melihat bekas merah di pipinya, Marcello nyaris kehilangan kendali dan ingin pergi ke Keluarga Hermina untuk menuntut keadilan bagi dirinya.

Di malam hujan deras ketika dia sakit parah, Marcello menggendongnya berlari ke rumah sakit. Dia menepuk punggung Ashley dengan lembut saat dia terjebak dalam mimpi buruk dan menenangkannya, "Sayang, jangan takut, aku akan selalu ada di sisimu."

Sampai hari ini, Ashley sudah tidak bisa lagi membedakan apakah Marcello memang pandai berakting, atau dirinya yang terlalu bodoh hingga benar-benar percaya bahwa Marcello mencintainya. Ditujukan untuk siapa sebenarnya semua kelembutan dan kasih sayang itu?

Ashley benar-benar lelah, dia menutup matanya perlahan.

'Marcello, kamu nggak akan pernah tahudulu kita pernah punya seorang anak yang belum sempat terbentuk.'

Operasi selesai. Dengan tubuh yang lemah, Ashley melewati lorong menuju bangsal dan mendengar perawat-perawat sedang bergosip.

"Pasangan yang dibawa kemarin itu, kudengar cowoknya kaya dan berkuasa. Dia sampai menyewa seluruh lantai VIP supaya pacarnya bisa istirahat dengan tenang. Begitu si cewek sadar hari ini, dia langsung panik ingin bertemu."

"Ceweknya masih marah, nggak mau memaafkan dia. Padahal si cowok juga lagi terluka, tapi tetap menunggu di luar kamar. Bicaranya lembut sekali. Baru pertama kali aku melihat ada pria yang begitu mencintai pacarnya. Benaran deh, bahkan dalam drama pun nggak seindah itu."

Hati Ashley bergetar. Dia melangkah ke lantai VIP. Di sana, terdengar suara yang sangat dia kenal dari dalam kamar. Ketika menoleh, dia melihat Ivana sedang menangis dalam pelukan Marcello sambil menuduhnya dengan air mata yang terus mengalir.

"Marcello, kamu masih marah karena waktu itu aku bersikeras pergi ke luar negeri ya? Selama tiga tahun ini aku menyesal setiap saat, berharap bisa segera menyelesaikan studi dan kembali ke sisimu. Aku pernah bilang aku akan menebus semua waktu yang hilang selama tiga tahun itu, tapi kenapa kamu harus menipuku?"

Marcello menyeka air mata Ivana dengan lembut, matanya dipenuhi rasa iba. "Ivana, aku nggak menipumu. Sejak awal sampai sekarang, hatiku Cuma ada kamu."

"Kalau begitu, apa artinya Ashley bagimu? Kamu bahkan membawanya pergi mencoba gaun pengantin. Kamu benar-benar berniat menikahinya? Ayahmu bahkan sedang mencarikannya pria lain. Apa kamu jadi tertarik padanya?"

"Ivana, dengarkan aku dulu. Bagaimanapun juga, dia sudah menemaniku selama tiga tahun. Itu hanya perpisahan terakhir kami. Aku hanya ingin membuatnya sedikit bahagia sebelum menjelaskan segalanya."

"Bagaimanapun, dia nggak pernah berbuat salah padaku. Aku hanya berharap semuanya bisa berakhir dengan baik. Aku selalu ingat janjiku padamu, Ivana. Dalam hidup ini, aku hanya akan menikahi kamu."

Air mata Ivana terus mengalir, wajahnya basah oleh tangisan yang pilu. "Kalau begitu, segera putus dengannya. Aku nggak ingin melihatmu sama dia lagi. Kamu cuma boleh jadi milikku seorang."

Marcello langsung menarik Ivana ke dalam pelukannya, lalu menepuk punggungnya dengan lembut dan berkata pelan, "Baik, apa pun yang kamu bilang, akan kuturuti."

Dari jarak beberapa langkah, Ashley hanya bisa menatap tanpa emosi. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum getir. Cinta sejati akhirnya bersatu, baguslah.

Dia tidak melihat lagi dan berbalik masuk ke dalam lift. Sesampainya di vila, dia membereskan sisa barang-barangnya. Tak lama kemudian, ponselnya berdering menunjukkan panggilan dari Otto.

"Pesawat besok pagi jam sepuluh, ke Kota Weston. Keluarga Sandiago akan menjemputmu di bandara."

"Aku tahu, Ayah. Aku akan ke bandara tepat waktu."

Begitu menutup telepon, Marcello pun pulang. "Bandara? Kamu mau ke mana?"

Ashley menjawab datar, "Nggak ke mana-mana. Perjalanan dinas. Ada urusan pekerjaan di luar kota."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 25

    Sejak Hector tiba-tiba menyatakan perasaannya, sikap Ashley terhadap pernikahan mereka pun berubah drastis.Hector pernah menyelamatkannya dua kali, lima tahun lalu dan lima tahun kemudian. Dalam situasi yang hampir sama. Setiap kali, dia bisa selamat karena pria itu.Jadi, dia tidak punya alasan untuk merasa tidak puas. Memang Ashley yang bersalah lebih dulu, jadi apa pun yang dilakukan Hector padanya, rasanya masih bisa dimaklumi.Hector membawa Ashley pulang ke Keluarga Sandiago, memperkenalkannya sendiri di hadapan semua anggota keluarga dan secara resmi mengumumkan bahwa Ashley adalah istrinya. Ashley bisa melihat jelas ketidakrelaan di wajah Keluarga Sandiago, tapi tak ada seorang pun yang berani menunjukkan penolakan secara terang-terangan.Tak lama kemudian, Hector juga mengumumkan identitas Ashley di depan publik. Dia membawanya ke berbagai acara resmi dengan terang-terangan. Semua orang memuji bahwa mereka pasangan yang serasi dan bahagia.Ashley pun berusaha memainkan peran

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 24

    Tubuh Ashley mulai bergetar tanpa kendali. Lima tahun sudah berlalu, tetapi hal itu tetap menjadi luka yang selalu dihindarinya untuk dihadapi. Andai bisa, dia lebih memilih Hector tidak pernah tahu apa pun. Biarlah pria itu terus membencinya, itu tidak apa-apa.“Kamu kira dengan diam-diam mengembalikan 100 miliar itu, semuanya bisa dianggap nggak pernah terjadi?”Ternyata Hector sudah tahu segalanya. Sayang, dia mengetahuinya terlalu terlambat.Hector teringat setengah tahun lalu, sebelum ibunya meninggal dunia. Saat itu, sang ibu memanggilnya sendirian ke sisi ranjang. Tubuhnya sudah lemah dan pikirannya sering kabur, tapi ingatan tentang bagaimana dulu dia memaksa Ashley pergi masih begitu jelas.“Selama ini kamu selalu sendiri, bahkan nggak pernah ada wanita di sisimu. Tiap kali orang menyinggung soal pernikahan, kamu selalu bilang nggak perlu terburu-buru. Tapi aku tahu, di dalam hatimu masih ada seseorang. Hector, aku benar-benar nggak mengerti, apa yang istimewa dari wanita itu,

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 23

    "Kamu sendiri gimana? Kita sudah bersama selama tiga tahun, kamu menipuku selama tiga tahun juga. Kamu punya hati nurani nggak?" Suara Ashley terdengar tanpa emosi sedikit pun, membuat Marcello perlahan-lahan merasa putus asa.Padahal dulu, apa pun yang dia lakukan Ashley selalu percaya padanya tanpa syarat. Bahkan dia pernah berkata, "Meski suatu hari kamu berbuat salah, aku tetap akan memaafkanmu."Namun sekarang, semua itu terasa begitu jauh. Semua kasih dan keistimewaan yang pernah diberikannya, telah dihancurkan oleh Marcello sendiri.Ashley menyuruh Hector naik ke mobil lebih dulu, lalu memandang dingin ke arah Marcello yang sedang kehilangan kendali."Marcello, kupikir semalam aku sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas. Atas dasar apa kamu berpikir aku nggak akan bisa melupakanmu? Dari mana datangnya kepercayaan diri itu?""Ketika kamu berkali-kali berbohong padaku, bilang mau kerja paruh waktu padahal pergi menemani Ivana .... Ketika kamu berpura-pura miskin dan pura-pu

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 22

    Ashley benar-benar kelelahan. Dia bahkan tidak sanggup lagi berkata sepatah kata pun. Begitu masuk ke rumah, pergelangan tangannya langsung ditarik keras oleh Hector dan tubuhnya didorong menempel ke dinding."Nggak kusangka setelah kita berpisah, kamu jadi sebebas ini. Punya pria simpanan dan saling jadi pengganti. Katakan, kamu menjadikannya pengganti siapa?"Dada Ashley terasa sesak. Tatapan tajam Hector membuat pikirannya kacau dan dia spontan membalas, "Yang jelas bukan kamu.""Aku ada bilang itu aku? Kenapa kamu jadi panik begitu?"Jari panjang Hector menyusuri pinggangnya, lalu melingkar kuat di sana. Gerakannya tegas dan tidak memberi ruang untuk perlawanan."Seleramu makin buruk saja. Tidur sama dia selama tiga tahun, tapi pada akhirnya dia malah diam saja menontonmu jatuh waktu kamu terdesak? Kamu sampai dipermainkan seorang pria selama tiga tahun. Ashley, sejak kapan kamu jadi sebodoh ini?"Ashley marah dan malu karena dihina seperti itu. Dia berusaha melepaskan diri dari pe

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 21

    Setelah Keluarga Hermina mengalami kehancuran, Ashley dipaksa menikah demi menyelamatkan keadaan. Saat itu, semua orang hanya menunggu saat dirinya menjadi bahan tertawaan. Bahkan di masa paling putus asa pun, dia masih memikirkan bagaimana caranya tetap berbuat baik pada Marcello.Selama tiga tahun bersama, Ashley benar-benar percaya bahwa Marcello adalah pria malang yang kehilangan orang tuanya dan tidak punya tempat pulang. Setiap kali melihat orang memperlakukannya dengan buruk, hatinya langsung bergejolak dan ingin melindunginya.Memang benar, mungkin awalnya Ashley memilihnya karena alasan pribadi. Namun selama tiga tahun itu, perasaannya tulus. Setidaknya, dia tidak pernah berbuat salah terhadap Marcello.Bahkan ketika Marcello memberinya hadiah murah, Ashley tetap menyimpannya dengan hati-hati. Dia selalu berpikir bahwa Marcello tidak punya banyak uang dan jika Marcello bersedia mengeluarkan uang demi dirinya, berarti Marcello benar-benar mencintainya.Namun setelah Ivana kemba

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 20

    "Ashley ...." Begitu melihatnya, mata Marcello langsung memerah. Dia melangkah cepat ke depan dan menggenggam lengan Ashley dengan erat. Telapak tangannya panas sampai nyaris membakar kulitnya."Akhirnya aku menemukanmu. Mereka bilang kamu menikah dengan Keluarga Sandiago, tapi aku nggak menemukanmu di rumah Keluarga Sandiago. Untung saja aku bertemu denganmu di sini."Perasaan gembira karena menemukan Ashley membuat Marcello tidak ingin melepaskannya lagi. Sepanjang perjalanan mencarinya, Marcello diam-diam bersumpah akan meminta maaf padanya dan tidak akan pernah berpisah darinya lagi.Namun saat pandangannya jatuh pada cincin berlian di jari Ashley, matanya seketika memerah penuh amarah. Dalam sekejap, logikanya dihancurkan oleh rasa panik."Selain cincin berlian yang kuberikan padamu, kamu nggak boleh pakai pemberian siapa pun!"Marcello mencoba menarik cincin itu dari jarinya dengan kasar, tetapi Ashley yang sedang mabuk dan pusing luar biasa langsung menepis tangannya. Namun begi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status