Share

Bab 7

Author: Shenina
Wajah Marcello sempat menunjukkan sedikit rasa bersalah. Dia memeluk Ashley dan berusaha menenangkannya, "Sayang, maaf ya. Aku benar-benar lupa. Aku janji akan menebus kesalahanku."

Keesokan harinya, Marcello dengan mengajak Ashley naik mobil dengan ekspresi misterius. Katanya, dia ingin memberinya kejutan.

Setengah jam kemudian, mereka tiba di sebuah butik gaun pengantin. Ashley menatap sekeliling dengan terkejut, lalu menatap Marcello yang sedang memilih gaun dengan serius. "Untuk apa kamu bawa aku ke sini?"

Marcello menoleh sambil tersenyum lembut. "Kamu selalu bilang ingin menikah. Aku pikir, kita bisa coba beberapa gaun. Kalau ada yang kamu suka, beli saja dulu."

Nada suaranya datar, tapi bagi Ashley, kata-kata itu seperti pisau tumpul yang menusuk hatinya. Beli untuk apa? Hanya untuk dipajang?

Meski tidak mengerti apa yang sebenarnya direncanakan Marcello, Ashley memang perlu mencoba gaun pengantin untuk persiapan pernikahannya sendiri dengan orang lain. Jadi, dia pun mencoba satu demi satu dengan sabar.

Setelah beberapa lama kemudian, Marcello menunjuk satu gaun terakhir dan berkata pada pramuniaga, "Yang ini saja. Bungkus dan kirim ke alamat ini."

Dia menulis alamat vila mereka, lalu berjalan mendekat dan memeluk Ashley dari belakang. Embusan napasnya yang hangat menyapu lembut telinganya, suaranya serak dan rendah. "Sayang, kamu kelihatan cantik sekali pakai gaun ini."

Ashley berpura-pura tenang, lalu tersenyum tipis. "Gaun ini pasti mahal, ya? Biar aku yang bayar."

"Cuma sepotong gaun pengantin, aku masih sanggup beli," jawab Marcello santai. Namun saat tangannya menggenggam tangan Ashley, dia baru sadar bahwa cincin perak yang selalu dipakai Ashley sudah tidak ada.

Jantung Marcello berdebar. "Cincinnya mana?"

Ashley menarik tangannya perlahan, suaranya tenang tanpa emosi. "Aku takut hilang, jadi kusimpan."

Marcello menghela napas lega tapi tetap gelisah. "Bukan barang mahal, hilang pun bisa beli lagi. Sayang, beri aku sedikit waktu lagi, ya. Kalau aku sudah cukup uang, aku akan belikan kamu cincin berlian besar dan melamarmu secara resmi."

Kebohongan cukup didengar sekali. Di hati Ashley kini hanya tersisa ejekan dan tawa dingin untuk dirinya sendiri.

Marcello menelusuri bekas cincin di jarinya, lalu menunduk dan mengecupnya lembut. Namun tak lama kemudian, pandangannya melintas ke arah lain dan wajahnya tiba-tiba berubah tegang.

"Sayang, kamu coba beberapa gaun lagi, ya. Aku keluar sebentar, mau beli makanan buat kamu."

Belum sempat Ashley menanggapi, Marcello sudah berbalik dan berjalan cepat meninggalkan butik.

Melihat ekspresi gelisahnya, Ashley merasa ada yang tidak beres. Dia buru-buru mengganti pakaian dan menyusul ke luar.

Begitu sampai di jalan, dia langsung terpaku. Di perempatan depan, sebuah kecelakaan besar baru saja terjadi. Ivana tergeletak dalam genangan darah, sementara Marcello yang juga terluka, memeluknya erat dan menolak melepaskannya.

Saat petugas datang membawa mereka ke ambulans, Marcello menggenggam tangan perawat dan berkata dengan sisa tenaga terakhirnya, "Tolong ... selamatkan dia dulu ...."

Ashley berdiri terpaku di tempat, menatap ambulans yang perlahan melaju menjauh.

"Kayaknya pasangan itu habis bertengkar," bisik seseorang di dekatnya. "Aku lihat si perempuan tiba-tiba lari ke tengah jalan karena marah, terus si laki-laki nyusul untuk nolong dia. Sayangnya, dua-duanya kena tabrak. Malah kayaknya si laki-laki yang luka lebih parah."

"Ya, aku juga dengar, sebelum kejadian si laki-laki sempat minta maaf, kayaknya berusaha baikan lagi. Eh, sekarang malah sama-sama celaka."

Kepala Ashley berdengung keras. Dia menekan dadanya yang terasa seperti terbelah dua oleh rasa sakit. Setelah menyaksikan dengan matanya sendiri, dia baru benar-benar mengerti, begitulah wujud cinta sejati Marcello terhadap seseorang.

Bibirnya tersenyum lemah. Tidak ada kemarahan ataupun kebencian, yang ada hanya perasaan ironis bahwa dia telah dikelabui selama tiga tahun ini.

Tak lama kemudian, telepon dari rumah sakit masuk. Ashley mendengar suara di ujung telepon dengan tidak fokus. "Bu Ashley, operasi dijadwalkan besok pagi pukul sepuluh. Mohon datang ke rumah sakit lebih awal."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 25

    Sejak Hector tiba-tiba menyatakan perasaannya, sikap Ashley terhadap pernikahan mereka pun berubah drastis.Hector pernah menyelamatkannya dua kali, lima tahun lalu dan lima tahun kemudian. Dalam situasi yang hampir sama. Setiap kali, dia bisa selamat karena pria itu.Jadi, dia tidak punya alasan untuk merasa tidak puas. Memang Ashley yang bersalah lebih dulu, jadi apa pun yang dilakukan Hector padanya, rasanya masih bisa dimaklumi.Hector membawa Ashley pulang ke Keluarga Sandiago, memperkenalkannya sendiri di hadapan semua anggota keluarga dan secara resmi mengumumkan bahwa Ashley adalah istrinya. Ashley bisa melihat jelas ketidakrelaan di wajah Keluarga Sandiago, tapi tak ada seorang pun yang berani menunjukkan penolakan secara terang-terangan.Tak lama kemudian, Hector juga mengumumkan identitas Ashley di depan publik. Dia membawanya ke berbagai acara resmi dengan terang-terangan. Semua orang memuji bahwa mereka pasangan yang serasi dan bahagia.Ashley pun berusaha memainkan peran

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 24

    Tubuh Ashley mulai bergetar tanpa kendali. Lima tahun sudah berlalu, tetapi hal itu tetap menjadi luka yang selalu dihindarinya untuk dihadapi. Andai bisa, dia lebih memilih Hector tidak pernah tahu apa pun. Biarlah pria itu terus membencinya, itu tidak apa-apa.“Kamu kira dengan diam-diam mengembalikan 100 miliar itu, semuanya bisa dianggap nggak pernah terjadi?”Ternyata Hector sudah tahu segalanya. Sayang, dia mengetahuinya terlalu terlambat.Hector teringat setengah tahun lalu, sebelum ibunya meninggal dunia. Saat itu, sang ibu memanggilnya sendirian ke sisi ranjang. Tubuhnya sudah lemah dan pikirannya sering kabur, tapi ingatan tentang bagaimana dulu dia memaksa Ashley pergi masih begitu jelas.“Selama ini kamu selalu sendiri, bahkan nggak pernah ada wanita di sisimu. Tiap kali orang menyinggung soal pernikahan, kamu selalu bilang nggak perlu terburu-buru. Tapi aku tahu, di dalam hatimu masih ada seseorang. Hector, aku benar-benar nggak mengerti, apa yang istimewa dari wanita itu,

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 23

    "Kamu sendiri gimana? Kita sudah bersama selama tiga tahun, kamu menipuku selama tiga tahun juga. Kamu punya hati nurani nggak?" Suara Ashley terdengar tanpa emosi sedikit pun, membuat Marcello perlahan-lahan merasa putus asa.Padahal dulu, apa pun yang dia lakukan Ashley selalu percaya padanya tanpa syarat. Bahkan dia pernah berkata, "Meski suatu hari kamu berbuat salah, aku tetap akan memaafkanmu."Namun sekarang, semua itu terasa begitu jauh. Semua kasih dan keistimewaan yang pernah diberikannya, telah dihancurkan oleh Marcello sendiri.Ashley menyuruh Hector naik ke mobil lebih dulu, lalu memandang dingin ke arah Marcello yang sedang kehilangan kendali."Marcello, kupikir semalam aku sudah menjelaskan semuanya dengan sangat jelas. Atas dasar apa kamu berpikir aku nggak akan bisa melupakanmu? Dari mana datangnya kepercayaan diri itu?""Ketika kamu berkali-kali berbohong padaku, bilang mau kerja paruh waktu padahal pergi menemani Ivana .... Ketika kamu berpura-pura miskin dan pura-pu

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 22

    Ashley benar-benar kelelahan. Dia bahkan tidak sanggup lagi berkata sepatah kata pun. Begitu masuk ke rumah, pergelangan tangannya langsung ditarik keras oleh Hector dan tubuhnya didorong menempel ke dinding."Nggak kusangka setelah kita berpisah, kamu jadi sebebas ini. Punya pria simpanan dan saling jadi pengganti. Katakan, kamu menjadikannya pengganti siapa?"Dada Ashley terasa sesak. Tatapan tajam Hector membuat pikirannya kacau dan dia spontan membalas, "Yang jelas bukan kamu.""Aku ada bilang itu aku? Kenapa kamu jadi panik begitu?"Jari panjang Hector menyusuri pinggangnya, lalu melingkar kuat di sana. Gerakannya tegas dan tidak memberi ruang untuk perlawanan."Seleramu makin buruk saja. Tidur sama dia selama tiga tahun, tapi pada akhirnya dia malah diam saja menontonmu jatuh waktu kamu terdesak? Kamu sampai dipermainkan seorang pria selama tiga tahun. Ashley, sejak kapan kamu jadi sebodoh ini?"Ashley marah dan malu karena dihina seperti itu. Dia berusaha melepaskan diri dari pe

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 21

    Setelah Keluarga Hermina mengalami kehancuran, Ashley dipaksa menikah demi menyelamatkan keadaan. Saat itu, semua orang hanya menunggu saat dirinya menjadi bahan tertawaan. Bahkan di masa paling putus asa pun, dia masih memikirkan bagaimana caranya tetap berbuat baik pada Marcello.Selama tiga tahun bersama, Ashley benar-benar percaya bahwa Marcello adalah pria malang yang kehilangan orang tuanya dan tidak punya tempat pulang. Setiap kali melihat orang memperlakukannya dengan buruk, hatinya langsung bergejolak dan ingin melindunginya.Memang benar, mungkin awalnya Ashley memilihnya karena alasan pribadi. Namun selama tiga tahun itu, perasaannya tulus. Setidaknya, dia tidak pernah berbuat salah terhadap Marcello.Bahkan ketika Marcello memberinya hadiah murah, Ashley tetap menyimpannya dengan hati-hati. Dia selalu berpikir bahwa Marcello tidak punya banyak uang dan jika Marcello bersedia mengeluarkan uang demi dirinya, berarti Marcello benar-benar mencintainya.Namun setelah Ivana kemba

  • Bukannya Tak Cinta, Tapi Pura-pura Tak Cinta   Bab 20

    "Ashley ...." Begitu melihatnya, mata Marcello langsung memerah. Dia melangkah cepat ke depan dan menggenggam lengan Ashley dengan erat. Telapak tangannya panas sampai nyaris membakar kulitnya."Akhirnya aku menemukanmu. Mereka bilang kamu menikah dengan Keluarga Sandiago, tapi aku nggak menemukanmu di rumah Keluarga Sandiago. Untung saja aku bertemu denganmu di sini."Perasaan gembira karena menemukan Ashley membuat Marcello tidak ingin melepaskannya lagi. Sepanjang perjalanan mencarinya, Marcello diam-diam bersumpah akan meminta maaf padanya dan tidak akan pernah berpisah darinya lagi.Namun saat pandangannya jatuh pada cincin berlian di jari Ashley, matanya seketika memerah penuh amarah. Dalam sekejap, logikanya dihancurkan oleh rasa panik."Selain cincin berlian yang kuberikan padamu, kamu nggak boleh pakai pemberian siapa pun!"Marcello mencoba menarik cincin itu dari jarinya dengan kasar, tetapi Ashley yang sedang mabuk dan pusing luar biasa langsung menepis tangannya. Namun begi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status