Share

Bab 3

Author: Sanar
Keesokan harinya saat kembali ke perusahaan, aku duduk di meja kerja dan mencetak surat pengunduran diri.

Aku dan Nathan saling mengenal dan jatuh cinta saat kuliah. Setelah dia bekerja ke perusahaan teknologi ini, aku pun mengikutinya. Aku menolak tawaran pekerjaan dari orang tuaku dan menemaninya memulai karier dari karyawan biasa.

Sejak bersama Nathan, aku pernah mencoba berbagai cara untuk menggoda dan menarik perhatiannya. Entah saat aku berpakaian minim dan sengaja terjatuh ke pelukannya, atau saat berpura-pura mabuk dan mencoba diam-diam menciumnya.

Namun, setiap kali kami hampir melewati batas, dia hanya memutar-mutar gelang tasbih di tanganya dan menatapku dengan tenang dan penuh pengendalian diri.

Seolah tanpa nafsu maupun keinginan, seperti orang suci yang turun ke dunia fana.

Kini, setelah enam tahun bersama, saat aku tahu dia telah memesan hotel, aku sempat berpikir bahwa dia akhirnya berniat serius denganku. Namun, nyatanya, semua itu hanyalah khayalanku sendiri.

Seorang rekan kerja lewat dan melihat surat pengunduran diriku di layar komputer, dia tampak terkejut. "Kak Rebecca, kamu sebentar lagi akan dipromosikan jadi direktur divisi di perusahaan ini, kenapa tiba-tiba mengundurkan diri?"

Aku tersenyum. "Aku akan segera menikah. Mungkin saat itu aku akan bekerja di perusahaan lain."

Rekan kerjaku, Sara Hudson, ikut tersenyum dan memberi ucapan selamat. "Akhir-akhir ini banyak sekali kabar bahagia di perusahaan kita. Tadi malam aku juga lihat unggahan Pak Nathan di media sosial, katanya dia mau bertunangan!"

"Memang harus diakui, wakil direktur utama dan pacarnya benar-benar cocok. Katanya mereka sudah kenal sejak kecil dan tumbuh besar bersama."

"Aku sudah lama penasaran, siapa yang bisa menaklukkan Pak Nathan yang selama ini tampak tidak tersentuh itu. Ternyata, jawabannya adalah cinta pertamanya!"

Senyumku tiba-tiba terasa kaku. Saat membuka ponsel, aku mendapati nomor utama dan nomor kedua WhatsApp milik Nathan sudah lama memblokirku.

Nomor utama Nathan memang untuk urusan pribadi. Semalam, setelah dia pergi dari rumah, dia langsung memblokirku dan menghapus kontakku. Sementara nomor keduanya yang dipakai untuk kerja, saat aku membuka kolom percakapan, yang tersisa hanyalah percakapan kaku antara atasan dan bawahan.

Saat itu juga, Nathan masuk ke perusahaan bersama Khloe.

Keduanya berjalan sangat dekat. Wajah Khloe tampak cerah dan tersenyum manis, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit.

Kemudian, Nathan memperkenalkannya, "Dia adalah direktur divisi teknologi yang baru di perusahaan kita. Silakan berkenalan, semoga semuanya bisa menjalin kerja sama yang baik ke depannya."

Sara tampak terkejut, pandangannya bolak-balik menatapku dan Khloe, lalu membungkuk dan menyapa, "Selamat datang, Bu Khloe!"

Aku tidak mengatakan apa pun dan hanya menggenggam erat surat pengunduran diriku. Namun, Nathan justru memandangku dengan penuh ketidakpuasan. "Rebecca, semua orang sudah menyapa direktur divisi baru. Apa-apaan sikapmu ini?"

Khloe tersenyum pelan, lalu mengulurkan tangannya ke arahku. "Mulai sekarang kita akan bekerja di perusahaan yang sama. Ke depannya, mohon kerja samanya."

Saat aku baru saja mengulurkan tangan, Nathan segera menarik tangan Khloe kembali. "Kamu sekarang seorang direktur divisi. Nggak perlu memberi muka pada karyawan biasa. Ayo, aku ajak berkeliling melihat-lihat lingkungan kerja."

Mereka berdua pun pergi, meninggalkan aku seorang diri, dengan tangan yang masih terulur di udara, seperti seorang badut.

Sara menarikku duduk dan mulai memakan melon di meja kerjanya. "Rebecca, kamu lihat, 'kan? Barusan itu tunangan Pak Nathan!"

"Kalung berlian merah muda di lehernya itu hadiah dari Pak Nathan kemarin, katanya harganya mencapai miliaran!"

"Tapi cara Pak Nathan mengangkat orang dari luar terlalu keterlaluan! Kamu sudah bekerja di perusahaan ini lima tahun dan kemampuanmu juga diakui semua orang, tapi Pak Nathan dengan mudahnya memberikan posisi yang seharusnya jadi milikmu kepada orang lain!"

Aku hanya mengangguk dengan pikiran yang melayang. Sejak awal, aku memang berniat mengundurkan diri. Kehadiran mendadak Khloe hari ini hanya membuatku makin sadar akan posisiku di hati Nathan.

Setelah mengambil berkas-berkas dan surat pengunduran diri, aku mengetuk pintu kantor Nathan.

"Masuk." Nada suaranya sangat dingin.

Aku meletakkan semua dokumen, termasuk berkas-berkas yang perlu diserahkan setelah pengunduran diriku.

Nathan membolak-balikkan dokumen itu, wajahnya makin kelam. Akhirnya, dia menatapku dengan ekspresi mengejek, sudut bibirnya melengkung sinis.

"Rebecca, kemarin aku kira kamu sudah berubah dan nggak akan lagi merajuk seperti dulu. Ternyata hari ini langsung menunjukkan sifat aslimu, ya?"

Setelah mengatakannya, Nathan melemparkan dokumen-dokumen itu ke arahku.

Aku menghindar, lalu menunduk dan memungut satu per satu dokumen yang berserakan di lantai.

Nathan masih melanjutkan ucapannya, "Dia cuma merebut kesempatan promosimu, 'kan? Khloe itu satu jurusan denganku, aku sangat percaya dengan kemampuannya, makanya aku memberikan posisi direktur divisi teknologi padanya. Kamu sudah lima tahun kerja, tapi masih cuma karyawan biasa, memangnya kamu punya hak apa untuk marah!"

Aku merapikan dokumen dan meletakkannya di hadapannya. Aku berkata dengan tenang, "Ini bukan karena marah, aku hanya benar-benar ingin mengundurkan diri."

Khloe satu jurusan denganmu, kamu tahu betul kemampuannya. Namun, aku bagaimana?

Aku kuliah jurusan desain perhiasan, tapi demi Nathan, aku mengambil gelar ganda di jurusan lain. Bertahun-tahun aku bekerja keras siang dan malam agar bisa menyamai langkahnya. Namun, di matanya, semua usahaku tidak pernah dianggap berharga.

Nathan menatapku dengan tatapan merendahkan. "Kamu sendiri tahu kemampuanmu nggak seberapa, 'kan? Aku sudah menempatkanmu di bawah Khloe. Mulai sekarang, belajar baik-baik darinya."

Aku tersenyum. "Waktuku juga sangat berharga. Hal yang nggak kusukai, ke depannya nggak akan kusentuh lagi."

"Bagus! Kalau begitu pergilah! Aku ingin lihat, perusahaan mana lagi yang masih mau menerimamu!" ujar Nathan sambil berdiri dari kursinya, dia menatapku seperti binatang buas yang siap menerkam.

Aku berbalik dan langsung meninggalkan kantornya.

Enam tahun bersama Nathan hanya buang-buang waktuku. Namun, mulai sekarang, aku tidak akan lagi hidup dalam bayang-bayangnya, apalagi jika dia masih mengharapkan aku tunduk pada Khloe.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 11

    Setelah luka di pergelangan tanganku sembuh, Darius mengajakku pergi memilih gaun pengantin.Di depan butik gaun pengantin, setelah sekian lama, Nathan kembali muncul di hadapanku.Di pelukannya ada seikat mawar merah, tapi sosok itu sudah tidak lagi membuat hatiku berdebar seperti dulu."Rebecca, aku nggak jadi menikahi Khloe. Selama beberapa waktu ini, aku sudah menyadari isi hatiku. Sekarang, satu-satunya yang kucintai cuma kamu!"Tatapan angkuh dan dingin Nathan sudah lenyap sepenuhnya, digantikan dengan tatapan penuh permohonan. Saat ini, dia tampak seperti pria biasa yang telah jatuh ke dunia fana, tidak ada bedanya dengan pria brengsek lainnya yang memohon mantannya untuk kembali.Aku memalingkan wajah dengan jijik. Begitu melihat wajah Nathan, bayangan dia dan Khloe yang bercinta di hotel tepat di hari jadi kami langsung muncul begitu jelas di benakku.Sekarang, bibir yang pernah mencium wanita lain itu, digunakan Nathan untuk mengatakan bahwa yang sebenarnya dia cintai adalah

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 10

    Pernikahan belum sempat digelar, tapi aku sudah lebih dulu didorong orang tuaku untuk buru-buru mengurus surat nikah dengan Darius. Mereka seperti takut aku berubah pikiran dan langsung mendaftarkanku ke dalam kartu keluarga Keluarga Russell.Aku memutuskan untuk jujur pada Darius, tentang hubungan pertamaku dengan Nathan.Setelah mendengarnya, Darius mengusap lembut bekas luka kemerahan di pergelangan tanganku, lalu mengecupnya dengan penuh iba."Soal rekaman kamera pengawas, biar aku yang urus. Kamu nggak perlu khawatir. Nanti kalau pergelangan tanganmu sudah sembuh, aku akan ajak kamu memilih gaun pengantin."Aku mengangguk, lalu memandangi Darius yang sibuk ke sana kemari demi mempersiapkan pesta pertunangan kami, dia tampak begitu menikmatinya.Enam tahun yang lalu, aku selalu menjadi orang yang terus-menerus berputar di sekitar Nathan. Namun, sekarang, setelah benar-benar memutus hubungan dengannya, aku merasa begitu ringan, seolah beban berat selama ini akhirnya terangkat.Melih

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 9

    Setelah mengundurkan diri dari pekerjaanku, aku tidak perlu lagi menghabiskan waktu setiap hari untuk mempelajari hal-hal yang tidak kusukai, seperti ilmu komputer.Dulu aku kuliah di jurusan desain perhiasan. Kini, aku kembali mengambil kertas gambar serta pena, dan kembali menekuni bidang desain yang kucintai.Sore itu, saat aku sedang menggambar di rumah kaca di halaman rumah, Darius tiba-tiba datang berkunjung.Dia membawakan aku sebuah mahkota berlian dan mutiara. Dalam sekali lihat, aku langsung tahu itu adalah mahkota antik dari abad lalu, karena aku pernah melihatnya di dalam buku.Aku sangat menyukai desain simpul cinta pada mahkota itu. Butiran mutiara yang jernih dan bulat sempurna tersusun dalam ukuran yang perlahan membesar, berpadu harmonis dengan berlian, seperti tetesan air mata cinta di atas mahkota.Saat dia memberikan mahkota berlian dan mutiara padaku, aku berkata bahwa aku tidak pantas menerima hadiah semewah ini tanpa alasan apa pun. Namun, Darius justru menjawab

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 8

    Setelah mendengar semua yang kuceritakan, orang tuaku merasa sangat iba padaku.Ayahku berkata, "Rasain, memang harus merasakan pahitnya cinta dulu, biar kamu sadar betapa selama ini kami sudah berusaha melindungimu sebaik mungkin."Namun, aku bisa melihat urat di punggung tangan ayahku menegang, wajahnya menggelap seakan-akan ingin langsung menangkap Nathan dan memukulinya saat itu juga.Ibuku mengelus kepalaku dengan lembut dan menghiburku. "Sudahlah, sekarang kita sudah pulang, jangan pikirkan lagi hal-hal menyebalkan itu. Cuma kalung berlian saja, besok Ibu belikan beberapa lagi, biar kamu bisa ganti-ganti setiap hari."Rasa sesak di dada karena mengingat masa lalu perlahan memudar. Aku pun tersenyum di tengah tangis, akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam itu.Keesokan paginya, tiba-tiba ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari nomor asing yang masuk ke ponselku.Aku biasanya tidur dengan ponsel dalam mode pesawat. Begitu dinyalakan, notifikasi 99 lebih panggilan tidak terja

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 7

    "Rebecca, Darius benar-benar tulus padamu. Dia sudah beberapa kali datang melamar dan telah melewati berbagai ujian dari kami. Mana mungkin kami salah menilainya."Aku mengangguk. Selama perjalanan tadi, semua perhatian dan kepedulian Darius terhadapku kulihat dengan jelas.Namun, begitu teringat bahwa hari ini Nathan dan Khloe bertunangan, serta menerima begitu banyak ucapan selamat dan pujian, sementara aku justru difitnah sebagai pencuri kalung.Akhirnya, aku memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada orang tuaku tentang hubungan ini, tanpa menyembunyikan apa pun.Saat kuliah, Nathan adalah sosok pria idaman yang sulit didekati. Aku menulis doa, meminta jimat keselamatan, dan mengejarnya tanpa lelah selama dua tahun, barulah setelah itu dia mau bersamaku.Aku pernah mendengar bahwa Nathan punya teman masa kecil wanita yang sangat dekat dengannya, tapi karena aku tidak pernah melihat Khloe berada di sisinya, aku pun tidak memikirkannya.Di atas meja di ruang kerja Nathan, ada seun

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 6

    Tentu saja, seperti rekan-rekan kerja lainnya di perusahaan, aku juga mengucapkan selamat atas pertunangan Nathan dan Khloe. Setelah itu, aku menghapus semua kontak Nathan.Begitu pesawat mendarat, orang tuaku sendiri yang datang menjemputku di bandara.Ibuku menggenggam tanganku dengan wajah khawatir. "Putriku Sayang, kamu kuliah dan bekerja jauh dari rumah. Lihatlah, sekarang kamu jadi kurus sekali!"Ayahku juga menepuk bahuku dan berkata dengan penuh haru, "Yang penting, sekarang kamu sudah pulang!"Di sisi mereka berdua, berdiri seorang pria dengan postur tegap, bahu lebar, dan pinggang ramping.Pria itu tampak lebih tua beberapa tahun dariku. Dia mengenakan setelan jas lengkap. Tatapannya dalam dan lembut, dengan senyum samar di matanya. Dia memandangku dengan tenang.Tatapannya terasa begitu membakar, membuat wajahku memerah tanpa sadar. Aku pun langsung bisa menebak siapa dia.Orang tuaku buru-buru memperkenalkan, "Rebecca, ini Darius."Aku mengulurkan tangan untuk bersalaman de

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status