Setelah luka di pergelangan tanganku sembuh, Darius mengajakku pergi memilih gaun pengantin.Di depan butik gaun pengantin, setelah sekian lama, Nathan kembali muncul di hadapanku.Di pelukannya ada seikat mawar merah, tapi sosok itu sudah tidak lagi membuat hatiku berdebar seperti dulu."Rebecca, aku nggak jadi menikahi Khloe. Selama beberapa waktu ini, aku sudah menyadari isi hatiku. Sekarang, satu-satunya yang kucintai cuma kamu!"Tatapan angkuh dan dingin Nathan sudah lenyap sepenuhnya, digantikan dengan tatapan penuh permohonan. Saat ini, dia tampak seperti pria biasa yang telah jatuh ke dunia fana, tidak ada bedanya dengan pria brengsek lainnya yang memohon mantannya untuk kembali.Aku memalingkan wajah dengan jijik. Begitu melihat wajah Nathan, bayangan dia dan Khloe yang bercinta di hotel tepat di hari jadi kami langsung muncul begitu jelas di benakku.Sekarang, bibir yang pernah mencium wanita lain itu, digunakan Nathan untuk mengatakan bahwa yang sebenarnya dia cintai adalah
Pernikahan belum sempat digelar, tapi aku sudah lebih dulu didorong orang tuaku untuk buru-buru mengurus surat nikah dengan Darius. Mereka seperti takut aku berubah pikiran dan langsung mendaftarkanku ke dalam kartu keluarga Keluarga Russell.Aku memutuskan untuk jujur pada Darius, tentang hubungan pertamaku dengan Nathan.Setelah mendengarnya, Darius mengusap lembut bekas luka kemerahan di pergelangan tanganku, lalu mengecupnya dengan penuh iba."Soal rekaman kamera pengawas, biar aku yang urus. Kamu nggak perlu khawatir. Nanti kalau pergelangan tanganmu sudah sembuh, aku akan ajak kamu memilih gaun pengantin."Aku mengangguk, lalu memandangi Darius yang sibuk ke sana kemari demi mempersiapkan pesta pertunangan kami, dia tampak begitu menikmatinya.Enam tahun yang lalu, aku selalu menjadi orang yang terus-menerus berputar di sekitar Nathan. Namun, sekarang, setelah benar-benar memutus hubungan dengannya, aku merasa begitu ringan, seolah beban berat selama ini akhirnya terangkat.Melih
Setelah mengundurkan diri dari pekerjaanku, aku tidak perlu lagi menghabiskan waktu setiap hari untuk mempelajari hal-hal yang tidak kusukai, seperti ilmu komputer.Dulu aku kuliah di jurusan desain perhiasan. Kini, aku kembali mengambil kertas gambar serta pena, dan kembali menekuni bidang desain yang kucintai.Sore itu, saat aku sedang menggambar di rumah kaca di halaman rumah, Darius tiba-tiba datang berkunjung.Dia membawakan aku sebuah mahkota berlian dan mutiara. Dalam sekali lihat, aku langsung tahu itu adalah mahkota antik dari abad lalu, karena aku pernah melihatnya di dalam buku.Aku sangat menyukai desain simpul cinta pada mahkota itu. Butiran mutiara yang jernih dan bulat sempurna tersusun dalam ukuran yang perlahan membesar, berpadu harmonis dengan berlian, seperti tetesan air mata cinta di atas mahkota.Saat dia memberikan mahkota berlian dan mutiara padaku, aku berkata bahwa aku tidak pantas menerima hadiah semewah ini tanpa alasan apa pun. Namun, Darius justru menjawab
Setelah mendengar semua yang kuceritakan, orang tuaku merasa sangat iba padaku.Ayahku berkata, "Rasain, memang harus merasakan pahitnya cinta dulu, biar kamu sadar betapa selama ini kami sudah berusaha melindungimu sebaik mungkin."Namun, aku bisa melihat urat di punggung tangan ayahku menegang, wajahnya menggelap seakan-akan ingin langsung menangkap Nathan dan memukulinya saat itu juga.Ibuku mengelus kepalaku dengan lembut dan menghiburku. "Sudahlah, sekarang kita sudah pulang, jangan pikirkan lagi hal-hal menyebalkan itu. Cuma kalung berlian saja, besok Ibu belikan beberapa lagi, biar kamu bisa ganti-ganti setiap hari."Rasa sesak di dada karena mengingat masa lalu perlahan memudar. Aku pun tersenyum di tengah tangis, akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam itu.Keesokan paginya, tiba-tiba ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari nomor asing yang masuk ke ponselku.Aku biasanya tidur dengan ponsel dalam mode pesawat. Begitu dinyalakan, notifikasi 99 lebih panggilan tidak terja
"Rebecca, Darius benar-benar tulus padamu. Dia sudah beberapa kali datang melamar dan telah melewati berbagai ujian dari kami. Mana mungkin kami salah menilainya."Aku mengangguk. Selama perjalanan tadi, semua perhatian dan kepedulian Darius terhadapku kulihat dengan jelas.Namun, begitu teringat bahwa hari ini Nathan dan Khloe bertunangan, serta menerima begitu banyak ucapan selamat dan pujian, sementara aku justru difitnah sebagai pencuri kalung.Akhirnya, aku memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada orang tuaku tentang hubungan ini, tanpa menyembunyikan apa pun.Saat kuliah, Nathan adalah sosok pria idaman yang sulit didekati. Aku menulis doa, meminta jimat keselamatan, dan mengejarnya tanpa lelah selama dua tahun, barulah setelah itu dia mau bersamaku.Aku pernah mendengar bahwa Nathan punya teman masa kecil wanita yang sangat dekat dengannya, tapi karena aku tidak pernah melihat Khloe berada di sisinya, aku pun tidak memikirkannya.Di atas meja di ruang kerja Nathan, ada seun
Tentu saja, seperti rekan-rekan kerja lainnya di perusahaan, aku juga mengucapkan selamat atas pertunangan Nathan dan Khloe. Setelah itu, aku menghapus semua kontak Nathan.Begitu pesawat mendarat, orang tuaku sendiri yang datang menjemputku di bandara.Ibuku menggenggam tanganku dengan wajah khawatir. "Putriku Sayang, kamu kuliah dan bekerja jauh dari rumah. Lihatlah, sekarang kamu jadi kurus sekali!"Ayahku juga menepuk bahuku dan berkata dengan penuh haru, "Yang penting, sekarang kamu sudah pulang!"Di sisi mereka berdua, berdiri seorang pria dengan postur tegap, bahu lebar, dan pinggang ramping.Pria itu tampak lebih tua beberapa tahun dariku. Dia mengenakan setelan jas lengkap. Tatapannya dalam dan lembut, dengan senyum samar di matanya. Dia memandangku dengan tenang.Tatapannya terasa begitu membakar, membuat wajahku memerah tanpa sadar. Aku pun langsung bisa menebak siapa dia.Orang tuaku buru-buru memperkenalkan, "Rebecca, ini Darius."Aku mengulurkan tangan untuk bersalaman de