Share

Bab 5

Penulis: Sanar
"Cukup! Berhenti marah-marah!"

Nathan menutup mulutku dan menyeretku keluar dari perusahaan. Telapak tangannya yang menutup mulut dan hidungku begitu kuat, seolah ingin membuatku benar-benar kehabisan napas.

Sementara itu, aku mendengar suara Khloe dari dalam perusahaan. Dia tersenyum pada rekan-rekan, lalu berkata dengan sikap yang tampak lapang dada.

"Kalungnya sudah ketemu, aku juga nggak rugi apa-apa. Lagi pula, kita semua rekan kerja, jadi aku nggak akan mempermasalahkan ini lagi. Sore ini aku traktir semua orang minum teh, terima kasih atas kerja samanya!"

Seolah takut aku akan membongkar hubungan kami di depan umum, Nathan buru-buru menarikku ke ruang pantri.

"Katakan, apa maumu? Mau marah-marah pun harus tahu batasnya!" ujarnya sambil memijit pelipis, seolah sangat kesal.

Aku terengah-engah, wajahku penuh dengan bekas lebam biru keunguan akibat cengkraman tangannya.

"Kapan kamu berubah jadi seperti ini? Untung saja Khloe baik hati dan mau memaafkanmu. Sekarang juga, kamu harus minta maaf padanya!"

"Aku nggak akan minta maaf. Aku nggak melakukan apa-apa, kenapa aku harus mengakuinya?"

Aku menatapnya tajam dan dingin. Nathan bertanya kapan aku berubah, tapi akulah yang ingin tahu, sejak kapan dia berubah menjadi orang yang begitu asing?

Tidak lama kemudian, Khloe masuk ke pantri. Dia menuangkan segelas air panas dan menyerahkannya padaku.

"Rebecca, minumlah dulu untuk menenangkan diri. Aku tahu kamu dendam sama aku, tapi lain kali jangan bertindak impulsif seperti ini lagi, ya."

Aku tidak menerima gelas itu, tapi Khloe malah terkena air panas dari gelas itu dan tumpahannya mengenai lenganku.

"Ah! Panas sekali..." Khloe menjerit karena tangannya terkena air panas. Nathan segera membawanya ke wastafel untuk membilasnya.

Aku hanya mengenakan kemeja sifon tipis, dan sekarang baju itu basah kuyup karena tersiram air panas. Lenganku terasa seperti dibakar api, uap putih mengepul dari kulitku.

Aku pergi ke kamar mandi sendirian untuk mengobati luka bakar. Pergelangan tangan kiriku memerah dan melepuh.

Saat aku menahan rasa sakit dan kembali ke meja kerja untuk membereskan barang-barangku, Nathan muncul dan meraih tanganku.

"Aduh...!" Aku menjerit pelan karena kesakitan. Nathan yang terkejut, segera melepaskan tanganku.

Dia bertanya dengan kaku, "Kamu nggak apa-apa?"

Aku hanya bisa tertawa getir. Bekas tamparan di wajahku hari ini adalah hasil dari perbuatannya, sementara luka bakar di pergelangan tanganku adalah perbuatan Khloe yang dilakukan dengan sengaja.

Sikap munafik Nathan saat ini benar-benar membuatku muak.

Aku menepis tangannya, lalu menyapu semua barang yang berserakan ke dalam tempat sampah.

Nathan tampak hendak berbicara, tapi pada akhirnya dia hanya berbalik dan pergi, dengan meninggalkan satu kalimat, "Hari ini kamu terlalu impulsif."

Setelah membereskan semua kekacauan itu, aku langsung pergi ke ruang kamera pengawas perusahaan. Hari ini, aku tidak akan membiarkan diriku difitnah begitu saja tanpa bukti.

Namun, di ruang kamera pengawas, aku dan petugas keamanan sempat bersitegang.

Aku meminta untuk melihat rekaman kamera pengawas perusahaan pagi ini, tapi petugas itu menolak dan mengatakan bahwa aku tidak memiliki wewenang untuk mengakses rekaman tersebut.

Saat melihat akun internal pegawai milikku telah dihapus dan diblokir, aku langsung paham, ini pasti ulah Nathan.

Dia jelas-jelas telah memihak Khloe sepenuhnya. Dia sepenuhnya yakin akulah pencuri kalung itu.

Aku tersenyum pahit. Ternyata, Nathan yang dingin dan tidak tergoyahkan itu pun bisa dibutakan oleh cinta.

Namun, aku langsung teringat bahwa perusahaan teknologi ini masih berada di bawah naungan Keluarga Russell. Jadi aku memutuskan untuk segera pulang dan menemui putra Keluarga Russell, Darius Russell.

Sesampainya di apartemen yang telah kutinggali selama enam tahun.

Aku mengemasi seluruh barang milikku, sekaligus membersihkan sisa-sisa hubungan ini dari hidupku, seperti membuang sampah.

Malam harinya, seorang kurir kembali datang mengantar barang. Di dalamnya terdapat salep luka bakar kualitas terbaik.

Aku melempar salep itu ke meja, lalu menatap rumah kosong ini untuk terakhir kalinya sebelum pergi.

Keesokan harinya, aku memesan tiket pesawat untuk kembali ke Kota Barnsley. Semua pekerjaan yang belum sempat kuselesaikan, aku jelaskan satu per satu kepada orang menggantikan posisiku hari itu.

Di hari ketiga, aku datang ke bandara sendirian sambil membawa koper. Sebelum naik pesawat, untuk pertama kalinya, aku mengirim pesan perpisahan ke nomor kedua Nathan yang selama ini dia gunakan hanya untuk urusan kerja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 11

    Setelah luka di pergelangan tanganku sembuh, Darius mengajakku pergi memilih gaun pengantin.Di depan butik gaun pengantin, setelah sekian lama, Nathan kembali muncul di hadapanku.Di pelukannya ada seikat mawar merah, tapi sosok itu sudah tidak lagi membuat hatiku berdebar seperti dulu."Rebecca, aku nggak jadi menikahi Khloe. Selama beberapa waktu ini, aku sudah menyadari isi hatiku. Sekarang, satu-satunya yang kucintai cuma kamu!"Tatapan angkuh dan dingin Nathan sudah lenyap sepenuhnya, digantikan dengan tatapan penuh permohonan. Saat ini, dia tampak seperti pria biasa yang telah jatuh ke dunia fana, tidak ada bedanya dengan pria brengsek lainnya yang memohon mantannya untuk kembali.Aku memalingkan wajah dengan jijik. Begitu melihat wajah Nathan, bayangan dia dan Khloe yang bercinta di hotel tepat di hari jadi kami langsung muncul begitu jelas di benakku.Sekarang, bibir yang pernah mencium wanita lain itu, digunakan Nathan untuk mengatakan bahwa yang sebenarnya dia cintai adalah

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 10

    Pernikahan belum sempat digelar, tapi aku sudah lebih dulu didorong orang tuaku untuk buru-buru mengurus surat nikah dengan Darius. Mereka seperti takut aku berubah pikiran dan langsung mendaftarkanku ke dalam kartu keluarga Keluarga Russell.Aku memutuskan untuk jujur pada Darius, tentang hubungan pertamaku dengan Nathan.Setelah mendengarnya, Darius mengusap lembut bekas luka kemerahan di pergelangan tanganku, lalu mengecupnya dengan penuh iba."Soal rekaman kamera pengawas, biar aku yang urus. Kamu nggak perlu khawatir. Nanti kalau pergelangan tanganmu sudah sembuh, aku akan ajak kamu memilih gaun pengantin."Aku mengangguk, lalu memandangi Darius yang sibuk ke sana kemari demi mempersiapkan pesta pertunangan kami, dia tampak begitu menikmatinya.Enam tahun yang lalu, aku selalu menjadi orang yang terus-menerus berputar di sekitar Nathan. Namun, sekarang, setelah benar-benar memutus hubungan dengannya, aku merasa begitu ringan, seolah beban berat selama ini akhirnya terangkat.Melih

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 9

    Setelah mengundurkan diri dari pekerjaanku, aku tidak perlu lagi menghabiskan waktu setiap hari untuk mempelajari hal-hal yang tidak kusukai, seperti ilmu komputer.Dulu aku kuliah di jurusan desain perhiasan. Kini, aku kembali mengambil kertas gambar serta pena, dan kembali menekuni bidang desain yang kucintai.Sore itu, saat aku sedang menggambar di rumah kaca di halaman rumah, Darius tiba-tiba datang berkunjung.Dia membawakan aku sebuah mahkota berlian dan mutiara. Dalam sekali lihat, aku langsung tahu itu adalah mahkota antik dari abad lalu, karena aku pernah melihatnya di dalam buku.Aku sangat menyukai desain simpul cinta pada mahkota itu. Butiran mutiara yang jernih dan bulat sempurna tersusun dalam ukuran yang perlahan membesar, berpadu harmonis dengan berlian, seperti tetesan air mata cinta di atas mahkota.Saat dia memberikan mahkota berlian dan mutiara padaku, aku berkata bahwa aku tidak pantas menerima hadiah semewah ini tanpa alasan apa pun. Namun, Darius justru menjawab

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 8

    Setelah mendengar semua yang kuceritakan, orang tuaku merasa sangat iba padaku.Ayahku berkata, "Rasain, memang harus merasakan pahitnya cinta dulu, biar kamu sadar betapa selama ini kami sudah berusaha melindungimu sebaik mungkin."Namun, aku bisa melihat urat di punggung tangan ayahku menegang, wajahnya menggelap seakan-akan ingin langsung menangkap Nathan dan memukulinya saat itu juga.Ibuku mengelus kepalaku dengan lembut dan menghiburku. "Sudahlah, sekarang kita sudah pulang, jangan pikirkan lagi hal-hal menyebalkan itu. Cuma kalung berlian saja, besok Ibu belikan beberapa lagi, biar kamu bisa ganti-ganti setiap hari."Rasa sesak di dada karena mengingat masa lalu perlahan memudar. Aku pun tersenyum di tengah tangis, akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam itu.Keesokan paginya, tiba-tiba ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari nomor asing yang masuk ke ponselku.Aku biasanya tidur dengan ponsel dalam mode pesawat. Begitu dinyalakan, notifikasi 99 lebih panggilan tidak terja

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 7

    "Rebecca, Darius benar-benar tulus padamu. Dia sudah beberapa kali datang melamar dan telah melewati berbagai ujian dari kami. Mana mungkin kami salah menilainya."Aku mengangguk. Selama perjalanan tadi, semua perhatian dan kepedulian Darius terhadapku kulihat dengan jelas.Namun, begitu teringat bahwa hari ini Nathan dan Khloe bertunangan, serta menerima begitu banyak ucapan selamat dan pujian, sementara aku justru difitnah sebagai pencuri kalung.Akhirnya, aku memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada orang tuaku tentang hubungan ini, tanpa menyembunyikan apa pun.Saat kuliah, Nathan adalah sosok pria idaman yang sulit didekati. Aku menulis doa, meminta jimat keselamatan, dan mengejarnya tanpa lelah selama dua tahun, barulah setelah itu dia mau bersamaku.Aku pernah mendengar bahwa Nathan punya teman masa kecil wanita yang sangat dekat dengannya, tapi karena aku tidak pernah melihat Khloe berada di sisinya, aku pun tidak memikirkannya.Di atas meja di ruang kerja Nathan, ada seun

  • Bunga Gugur, Rindu Pun Usai   Bab 6

    Tentu saja, seperti rekan-rekan kerja lainnya di perusahaan, aku juga mengucapkan selamat atas pertunangan Nathan dan Khloe. Setelah itu, aku menghapus semua kontak Nathan.Begitu pesawat mendarat, orang tuaku sendiri yang datang menjemputku di bandara.Ibuku menggenggam tanganku dengan wajah khawatir. "Putriku Sayang, kamu kuliah dan bekerja jauh dari rumah. Lihatlah, sekarang kamu jadi kurus sekali!"Ayahku juga menepuk bahuku dan berkata dengan penuh haru, "Yang penting, sekarang kamu sudah pulang!"Di sisi mereka berdua, berdiri seorang pria dengan postur tegap, bahu lebar, dan pinggang ramping.Pria itu tampak lebih tua beberapa tahun dariku. Dia mengenakan setelan jas lengkap. Tatapannya dalam dan lembut, dengan senyum samar di matanya. Dia memandangku dengan tenang.Tatapannya terasa begitu membakar, membuat wajahku memerah tanpa sadar. Aku pun langsung bisa menebak siapa dia.Orang tuaku buru-buru memperkenalkan, "Rebecca, ini Darius."Aku mengulurkan tangan untuk bersalaman de

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status