Share

Mimpi buruk

Bungkusan Kresek Di Tempat Sampah 

Part 3

Oleh : Widya Yasmin 

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Setelah memeriksakan kondisi bayi itu pada Bidan Desi, alhamdulillah ternyata bayi itu baik-baik aja. 

"Alhamdulillah anak ini kuat Bu, ini semua bentuk kasih sayang Allah yang telah menjaga bayi ini," ucap Bidan Desi.

Setelah itu aku membeli semua keperluan bayi yang tersedia di toko Bidan Desi, seperti susu formula lengkap dengan dotnya, popok, dan peralatan bayi lainnya. Untuk pakaiannya untuk sementara memakai pakaian bayi yang dikasih bu Ningsih, bekas anaknya yang kini berusia 1 tahun.

"Anaknya ganteng ya Bu," ucap Bu Ningsih.

"Iya, Bu," ucapku sambil menatap bayi itu dengan penuh haru.

"Sepertinya bayi ini memang sengaja dikirim oleh Allah untuk Bu Nirwana," ucap bu Ningsih.

Aku tersenyum mendengar kata-katanya, namun aku tak mau berharap terlalu tinggi. Karna bisa saja pihak keluarganya tiba-tiba mengambil kembali bayi itu.

"Saya harus segera pulang," ucapku.

"Iya Bu, kita berpisah disini aja ya. Soalnya tadi saya ninggalin bayi saya sama ibu mertua," ucap bu Ningsih.

"Iya Bu, makasih untuk bantuannya," ucapku.

"Iya," ucapnya sambil bergegas pergi.

Aku memasuki kontrakanku yang masih sepi, sepertinya Bang Chandra masih sibuk mengurus mayat tadi bersama Pak RT.

Tiba-tiba aku merasakan bulu romaku meremang, suasana kontrakan menjadi mencekam padahal ini masih siang. Suasana diluar terasa sepi, sepertinya semua orang pergi ke tempat pembuangan sampah. Aku segera membaca ayat kursi untuk melawan rasa takut yang tiba-tiba menggangguku. Alhamdulillah setelah itu suasana sekitarku menjadi kembali nyaman.

Bayi lucu dan menggemaskan itu tidur dengan lelapnya setelah kuberi susu formula, aku pun tertidur disampingnya karna kelelahan.

Tiba-tiba aku melihat Sesosok wanita cantik sedang meringis kesakitan, darah mengucur dari selangkangannya. 

"Bu, itu kayaknya ibu mau melahirkan!" ucapku berusaha mendekati wanita itu. Namun sayangnya ia sama sekali tak mendengarkan perkataanku, aku mencoba meraihnya namun ternyata tanganku tak bisa menggapai tangannya.

Aku mengamati seluruh ruangan, semuanya nampak berbeda dengan rumah kontrakanku.

"Loh aku dimana? bukankah tadi aku di kamarku?" gumamku.

"Awwww sakitt!!" ucap wanita itu sambil meringis dan memegangi perutnya yang besar.

"Ayo saya bantu Bu, sepertinya bayinya akan segera lahir," ucapku sambil mencoba menenangkan wanita itu. Namun sepertinya wanita itu tak bisa melihatku ataupun mendengarkan ucapanku, karna ia sama sekali tidak menghiraukan apapun yang kukatakan.

Tiba-tiba----

"Nirwana! Nirwana---- Nirwana!!" sayup sayup aku mendengar suara suamiku, namun aku tak menemukannya walau aku telah melayangkan pandanganku ke seluruh ruangan rumah itu.

Tiba-tiba aku melihat sesosok laki-laki datang mendekati wanita tadi, dan---

"Nirwanaaa!!!!" 

Aku pun membuka mataku dan melihat seluruh ruangan kamarku.

"Aku kembali ke kamarku!" ucapku lega.

"Kamu kok tidurnya pulas banget sih padahal ini belum dzuhur, gak baik tidur jam segini!" ucap suamiku yang tiba-tiba ada di depanku.

"Aku ketiduran Bang, trus mimpi buruk juga," ucapku.

Kulihat suamiku duduk disampingku, wajahnya terlihat lesu.

"Mayat wanita tadi bukan berasal dari kampung sini, kasihan nasibnya tragis gitu," ucap suamiku.

"Udah dikubur?" tanyaku.

"Belum, Polisi masih mengurusnya dan berusaha mencari keluarganya," ucap Bang Chandra.

"Masa gak ada satupun orang yang mengenal wanita itu?!" ucapku heran.

Kulihat suamiku menggelengkan kepalanya.

"Jangan-jangan wanita itu ibu dari bayi ini," ucapku.

"Sepertinya sih iya," ucap bang Chandra.

"Oh ya Abang lihat wajah wanita tadi dengan jelas?" tanyaku.

"Ini fotonya," ucapnya sambil memperlihatkan sebuah kepala yang telah terlepas dari tubuhnya.

"Ya Allah, Allahu akbar!" ucapku saat melihat foto itu.

"Kasihan ya, pembunuh itu benar-benar kejam!" ucap suamiku.

"Tapi barusan aku memimpikan seorang wanita yang akan melahirkan, wajahnya sama persis dengan yang difoto barusan," ucapku.

"Lalu?" tanya suamiku penasaran.

"Abang keburu ngebangunin aku," ucapku kecewa.

Kulihat wajah Bang Chandra pun kecewa, terlihat dia sangat penasaran dengan kronologis pembunuhan wanita itu.

"Soal bayi ini gimana Bang?" tanyaku.

"Tadi abang sama Pak RT udah lapor ke lurah, katanya untuk sementara kita boleh merawat bayi itu. Namun jika ada pihak keluarga yang mencari bayi ini maka kita harus segera mengembalikan bayi ini pada mereka," ucap suamiku.

Aku menatap wajah mungil bayi itu yang sedang tertidur dengan lelapnya.

"Ya Allah mudah-mudahan tak ada yang mencari bayi ini," ucapku sambil menengadahkan tanganku ke langit.

"Aamiin" ucap Bang Chandra.

Aku pun menoleh kearahnya, lalu kami pun saling tertawa karna ternyata kami memiliki perasaan yang sama. Sama-sama menginginkan bayi itu.

Berita tentang penemuan bayi dan mayat wanita itu menjadi viral. Banyak warga yang berduyun-duyun datang ke kontrakanku untuk sekedar melihat kondisi bayi itu, banyak pula yang memberikan sumbangan berupa uang dan keperluan bayi. Tidak hanya itu banyak juga wartawan yang mengambil foto bayi itu juga mewawancaraiku juga Bang Chandra. Polisi menjadikan kami saksi karna telah menemukan bayi dan potongan mayat wanita itu.

Beberapa hari berlalu, akhirnya suasana kontrakanku menjadi lebih tenang karna tak ada lagi wartawan ataupun orang-orang yang meminta keterangan mengenai bayi itu. Namun kasus pembunuhan wanita itu juga identitasnya belum juga terungkap, semuanya masih menjadi teka-teki karna tidak ditemukan kartu identitas di dekat mayat wanita itu.

"Udah malam, jangan melamun terus!" ucap suamiku.

"Bang, mulai sekarang Abang gak boleh pulang larut malam ya," ucapku.

"Kenapa?" tanya suamiku.

"Akhir-akhir ini aku sering merasa takut," ucapku.

"Baiklah, abang juga kalau lagi narik angkot suka kepikiran bayi ini, jadi pengen cepet-cepet pulang," ucap suamiku sambil mengecup kening bayi mungi itu.

"Bang, kita beri nama apa ya?" tanyaku.

"Bagaimana kalau Bima?" ucap bang Chandra.

"Kenapa Bima?" tanyaku.

"Bayi ini kuat dan tangguh, jadi cocoklah dia bernama Bima," ucapnya sambil menatap bayi itu dengan penuh haru.

"Iya deh Bima bagus ya," ucapku.

"Bima Chandrawinata," ucap suamiku.

Kami pun tertawa..

"Ayo tidur!" ucapnya.

"Iya," jawabku.

Kami pun tidur..

Tiba-tiba aku mendengar suara tangis bayi, aku pun segera bangun dan mengecek keadaan bayi mungilku. Ternyata dia haus, aku pun segera ke dapur untuk membuat susu.

Namun tiba-tiba, aku mendengar suara tangis seseorang dari arah dapur. Aku segera berlari kembali ke kamarku dan berusaha membangunkan Bang Chandra.

"Bang, bangun Bang! bangun!" ucapku sambil menggoyang-goyangkan tubuh suamiku.

"Kenapa sih? abang ngantuk nih!" ucap suamiku.

"Di dapur ada suara orang yang sedang menangis," ucapku.

"Masa?" ucapnya sambil berdiri.

Kami pun berjalan menuju dapur namun tak menemukan apapun. Aku segera membuat susu untuk bayi mungilku.

"Kamu duluan ke kamar, abang mau ke kamar mandi dulu," ucapnya.

Aku pun segera berlari ke kamar untuk memberikan susu itu pada bayiku. Namun apa yang kulihat di kamar benar-benar membuat aku syok. Tubuhku terasa lemas, jantungku seakan berdegup lebih kencang saat melihat sesosok wanita tengah menimang bayiku dengan lembut. Kulihat seluruh tubuhnya berlumuran darah, saat dia menoleh ke arahku kulihat wajahnya sama persis dengan wanita korban mutilasi tadi.

Tiba-tiba pandanganku terasa gelap dan aku tak sadarkan diri.

"Nirwana! Nirwana!" panggil suamiku sambil menciumkan minyak kayu putih ke hidungku.

"Mana wanita tadi?" ucapku sambil memeluk tubuh suamiku.

"Wanita mana? siapa?" tanyanya heran.

"Bayi kita mana?" tanyaku.

"Tuh udah tidur, tadi abang udah kasih dia minum susu," ucapnya.

"Tadi pas aku masuk kesini, ada wanita korban mutilasi itu sedang menggendong Bima," ucapku ketakutan.

"Sudahlah mending sekarang kamu wudhu trus shalat tahajud," ucap suamiku.

"Tapi aku takut ke dapur!" ucapku sambil memegangi lengan baju suamiku dengan erat.

"Minta perlindungan pada Allah, bacalah Audzu bi kalimatillahi tammati ming syari ma kholaq" ucap suamiku.

Aku pun berulang kali mengucapkan taawudz, lalu mengucapkan doa tersebut juga beristigfar 3x, hingga akhirnya aku berani ke kamar mandi lalu mengambil air wudhu.

Setelah itu kulihat suami tidur dengan lelapnya.

"Huh nyuruh shalat tahajud, tapi sendirinya malah tidur," gumamku sambil memakai mukena lalu melaksanakan shalat tahajud.

Setelah itu aku pun tidur disamping bayiku juga Bang Chandra.

"Toloong! tolong aku!" terdengar suara wanita yang meminta tolong dengan lirih.

Aku terbangun dari tidurku dan melihat bayiku masih tertidur dengan pulasnya, aku menatap sekeliling kamarku namun aku tak menemukan apapun yang aneh. Akhirnya aku kembali memejamkan mataku.

Aku tersentak saat menyaksikan aku telah kembali ke rumah tadi, kulihat wanita tadi sedang meringis kesakitan sambil berusaha mengeluarkan bayi dari perutnya seorang diri.

"Sini perhiasanmu!" ucap seorang lelaki yang berdiri menghadap wanita itu.

"Bang, dimana hati nuranimu! kini aku tengah berjuang melahirkan anakmu tapi mengapa kamu seolah tak peduli!" ucap wanita itu sambil meringis kesakitan.

Tiba-tiba---

"Owaaaaakkkkkk---- owaaaaakkk" suara tangis bayi membawaku kealam sadar.

"Bima sayang, kamu terbangun lagi nak," ucapku.

Ternyata dia pipis, aku segera mengganti popoknya. Setelah itu aku berniat membuat susu, karna sepertinya Bima kembali haus.

Aku segera berlari ke dapur, namun betapa terkejutnya aku saat melihat wanita tadi tengah berdiri disamping tempat penyimpanan susu.

Aku segera membaca ayat kursi lalu dia pun menghilang, setelah itu aku segera membawa termos air panas beserta teko air dingin dan kotak susu ke kamarku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status