Share

Kalung Bu Ningsih

Bungkusan Kresek di Tempat Sampah 

Part 4

Oleh : Widya Yasmin 

Pagi itu, aku menjemur Bima di sinar mentari pagi. Tiba-tiba kulihat ibu mertua berjalan kearahku.

"Hidup susah aja sok-sokan ngadopsi bayi!" ucapnya sinis.

"Kasihan Bu, bayi ini. Lagipula aku dan Bang Chandra sangat menyayangi anak ini," ucapku.

"Tapi semenjak ada bayi ini Chandra gak pernah ngasih uang sama saya!" ucapnya sambil membulatkan matanya.

"Tolong sedikit bijaksana Bu, kasihan bayi ini," ucapku memelas.

"Ngapain saya harus mengalah demi bayi itu? toh dia bukan cucuku!" ucapnya.

Aku menarik napasku dalam-dalam, lalu aku bergegas masuk ke dalam kontrakanku.

"Hei, orangtua lagi ngomong kok melengos aja, dasar gak sopan!" umpatnya sambil berjalan mendekatiku.

"Huh kirain dia mau pulang," gumamku.

"Sini bayi itu biar saya jual!" ucapnya sambil berusaha merebut bayiku.

"Astagfirullah, eling Bu, eling!" ucapku.

"Halahhh toh dia bukan cucu saya!" ucapnya.

"Astagfirullah jangan seperti itu Bu," ucapku.

"Banyak omong kamu!" ucapnya sambil berusaha merebut bayiku..

Tiba-tiba---

"Ha--ha--hantuuuuu!" ucap ibu mertua sambil memandangku dengan  raut wajah ketakutan.

"Gaje banget sih Bu!" ucapku sambil mencebik.

"Jangan-- jangan-- jangan ganggu saya!" ucapnya sambil lari terbirit-birit.

Aku menatap ke sekeliling ruangan, aku tak menemukan ada yang aneh tapi mengapa ibu mertua tiba-tiba lari terbirit-birit. 

"Dasar mertua gaje!" gumamku sambil masuk ke kamar dan menidurkan bayiku.

"Sayuuuurr!!!" terdengar suara khas dari mang Diman, tukang sayur langgananku.

"Gimana kabarnya Bima?" tanya Bu Ningsih sambil memilih-milih sayuran.

"Alhamdulillah baik," jawabku.

"Eh Bu Ningsih, kalungnya baru ya," ucap Bu Fitri.

"Iya nih, hadiah dari suami saya," ucap bu Ningsih.

Aku menatap kalung bu Ningsih, rasanya aku pernah melihat kalung itu tapi aku lupa entah dimana.

Tiba-tiba terdengar suara tangis Bima...

"Mang, ini belanjaan saya tolong cepat dihitung. Anak saya nangis tuh" ucapku.

"Totalnya 38 ribu," ucapnya.

Aku pun segera memberikan 2 lembar uang 20ribuan lalu mengambil belanjaanku dan berlari masuk kontrakanku.

Lagi-lagi kulihat sesosok wanita itu tengah menggendong Bima.

"Huwaaaaaaaaaa!" aku memekik dengan kencang hingga membuat para ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur tiba-tiba berhamburan masuk ke kamarku.

"Ada apa Bu?" tanya bu Ningsih.

"Gak ada apa-apa," ucapku saat melihat Bima telah kembali tidur dikasur sementara wanita tadi telah menghilang.

"Ngagetin aja!" ucap ibu-ibu yang lain sambil bergegas keluar.

Malamnya...

Suamiku baru saja pulang..

"Bang, aku pengen pindah kontrakan," ucapku.

"Loh kenapa?" tanyanya.

"Disini serem!" ucapku.

"Ah kayak gak punya iman aja," ucapnya sambil mencebik.

"Selain itu, tadi ibumu datang kesini trus dia berniat merebut bayi kita katanya mau dijual!" ucapku sambil memonyongkan bibirku.

"Ibuku emang cerewet dan sering ngomong yang menyakitkan tapi dia gak akan mungkin sampai menjual bayi kita," ucap bang Chandra.

"Tapi dia bilang karna ini bukan cucunya, trus dia juga kesel karna semenjak kita punya Bima, Abang gak pernah ngasih uang sama ibu," ucapku.

"Doain besok abang dapat rejeki yang banyak buat kita juga ibu," ucapnya santai.

"Aamiin" ucapku sambil berjalan ke dapur berniat untuk menghangatkan opor ayam yang tadi sore kumasak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status