Share

Penampakan

Bungkusan Kresek di Tempat Sampah

Part 5

Oleh : Widya Yasmin 

Malam itu, Bang Chandra belum juga pulang padahal saat itu sudah larut malam.

"Bang Chandra ingkar janji, katanya gak akan pulang malam" gerutuku sambil mondar- mandir menunggu kedatangan Bang Chandra.

"Owaaaaaaak----- Owaaaakkk" suara tangis Bima membuyarkan lamunanku. Aku segera berlari ke kamar namun tiba-tiba kakiku terpeleset dan jatuh.

"Haduuuuuuuhhhh sakiiiiittt" aku meringis kesakitan namun aku berusaha bangkit demi Bima.

Aku masuk kamar, dan lagi-lagi wanita itu tengah berdiri sambil menimang Bima.

"Huwaaaaaaaaa!" aku berteriak sekencang mungkin. Walaupun aku sering melihatnya namun penampakannya tetap saja membuatku terkejut.

Dia menoleh kearahku lalu menatapku dengan tatapan yang dingin tanpa berkata sepatah katapun.

Badanku bergetar hebat, bahkan lututku terasa lemas disertai bulu kuduk yang terus meremang. 

"Baiklah, Bima anakmu jadi kamu berhak menggendongnya. aku mau bikinin dia susu formula, tolong jaga Bima!" ucapku dengan seluruh keberanian yang ada.

Ia tak menanggapi ucapanku, ia terus melihatku dengan tatapan yang sangat menakutkan.

"Dia ibunya, dia tak mungkin mencelakai Bima," gumamku sambil berjalan kedapur.

Aku segera membuat susu untuk Bima..

Kulihat wanita itu kembali menghilang setelah Bima lebih tenang.

 "Minum susunya nak," ucapku sambil memasukan dot susu pada mulut Bima yang mungil. Wanita itu kini telah menghilang, namun suasana kamar masih terasa mencekam, entah kenapa bulu kudukku terus meremang dan jantungku terasa dag-dig-dug ser tak karuan. Bersamaan dengan itu terdengar suara lolongan anjing yang membuat suasana semakin mencekam. Aku segera melapalkan ayat kursi dan surat-surat pendek. Suara lolongan anjing itu semakin dekat, kulihat dari jendela kamar ternyata ada 2 ekor anjing liar sedang melolong ke arah rumahku.

"Ya Allah, hamba takutttt!" ucapku dengan seluruh tubuh yang bergetar.

Tiba-tiba terdengar suara angkot Bang Chandra, bersamaan dengan itu suara lolongan anjing pun menghilang berganti suara deru angkot bang Chandra.

"Assalamu'alaikum!" teriak Bang Chandra sambil mengetuk pintu.

Aku segera menaruh Bima yang telah tertidur dengan lelapnya, lalu berlari kearah pintu.

"Waalaikum salam!" ucapku dengan bibir yang mencebik.

"Kenapa manyun begitu?" tanya bang Chandra sambil memeluk tubuhku.

"Abang kan udah janji gak akan pulang malam, tapi kok sekarang jam segini baru pulang," gerutuku.

"Abang tadi dapat banyak penumpang, lihat nih," ucapnya sambil memberikan 5 lembar uang berwarna merah.

"Kasih ibu separuh Bang, biar dia gak rewel," ucapku.

"Tadi abang udah ngasih ke ibu," ucapnya.

"Waah jadi ini untukku semua?!" tanyaku dengan wajah sumringah.

"Iya sayangku, pujaan hatiku!" ucapnya sambil tersenyum menggoda.

"Alhamdulillah ya Allah, banyak banget ini!" ucapku sambil memeluk tubuh Bang Chandra yang kekar.

"Bima mana?" tanyanya.

"Udah bobok," jawabku.

"Abang pengen meluk dia," ucapnya sambil melangkahkan kakinya ke kamar.

"Mandi dulu Bang, aku masakin air panas ya," ucapku.

"Iya, sambil menunggu abang mau makan dulu," ucapnya.

"Iya, kebetulan tadi lauknya udah kupanaskan," ucapku sambil ke dapur.

Lagi-lagi bulu kudukku meremang saat aku sedang di dapur.

"Hei hantu! kenapa sih kamu gak gangguin pembunuh kamu aja!" gumamku sambil sesekali memegangi pundakku yang terasa panas.

Tiba-tiba--

"Waaaaaaaaaaaa!" aku memekik dengan keras saat melihat sosok wanita itu. Wajahnya yang seputih kertas dengan dara yang berlumuran di seluruh tubuhnya.

"Hei kenapa sih kamu selalu menggangguku! apa salahku padamu!" teriakku dengan seluruh keberanian yang ada.

"Nirwana," ucap seseorang sambil menepuk pundakku hingga aku nyaris melompat karna kaget.

"Hihhh Bang Chandra, ngapain ngagetin begitu kalau aku jantungan gimana?!" ucapku kesal.

"Habis tadi kamu ngomong sendiri!" ucapnya.

"Wanita itu terus menggangguku!" ucapku.

"Makanya jangan banyak melamun, banyakin mengaji!" ucapnya.

"Oh ya apa mayat wanita itu dikubur dimana?" tanyaku.

"Di pemakaman warga yang terletak tidak jauh dari tempat pembuangan sampah," jawab Bang Chandra.

"Di kebun singkong?" tanyaku.

"Iya, disebelahnya kan ada pemakaman warga, cuma belum banyak baru beberapa," jawab Bang Chandra.

"Itu keluarganya gak ada yang datang?" tanyaku.

"Sampai mayat itu dikubur, gak ada satu orang pun yang mengenali wanita itu," jawab bang Chandra.

"Kasihan ya," ucapku.

"Jujur saja abang masih terbayang-bayang dengan potongan tubuh wanita itu yang dibungkus menjadi tiga kantong kresek," ucap bang Chandra sambil bergidik ngeri.

"Jahatt banget yang membunuhnya bener-bener kayak binatang!" ucapku kesal.

"Udahlah, abang mau mandi dulu. Kamu sana temenin Bima" ucapnya.

"Iya," jawabku sambil berjalan ke kamar.

Kulihat wajah imut dan lucu itu tengah tertidur pulas, kukecup keningnya yang wangi khas bayi. Lalu aku tidur disampingnya.

Tiba-tiba aku berada di sebuah rumah, rumah itu tampak gelap seperti sudah lama tak ditempati. Mataku tertarik pada Sebuah lukisan.

"Lukisan ini kan yang pernah kulihat dimimpiku waktu itu, mimpi tentang wanita yang mayatnya di mutilasi" gumamku.

"Jangan Bang, jangan ambil kalungku! hanya ini satu-satunya hartaku!" ucap seorang wanita yang tengah bertengkar dengan seorang laki-laki.

"Awwwww sakittttttt!" ucap wanita itu sambil memegangi perutnya.

"Bang! ini bayinya udah mau keluar!" teriaknya dengan posisi seperti orang mau melahirkan.

Dan beberapa menit kemudian darah menyembul dari balik dua kakinya..

"Owakkkkkkk---- owakkkkk!" sungguh pemandangan yang tak pernah kulihat sebelumnya, seorang bayi keluar sendiri dari ibunya tanpa dibantu oleh siapapun.

Kulihat laki-laki itu seolah tak peduli dengan keadaan wanita yang baru saja melahirkan dan masih berlumuran darah.

"Brettttt!" dia menarik sebuah kalung emas dari leher wanita yang baru saja melahirkan itu.

"Owaaaaaakkkk----- owakkkkkkk!" suara tangis bayi terdengar nyaring di telingaku.

Saat aku membuka mata ternyata aku telah kembali ke kamarku.

"Bima, lagi-lagi kamu yang membawa mama ke alam sadar," ucapku sambil menimang-nimang bayi kecilku dengan penuh kasih sayang.

"Waaaaaaaaaaaaa!" aku memekik dengan keras saat melihat cermin di kamar yang dipenuhi tulisan berwarna merah.

"Ada apa sih malam-malam begini teriak-teriak!" ucap bang Chandra.

"I---itu Bang," ucapku sambil menunjuk ke cermin.

Bang Chandra segera bangkit dari tempat tidur lalu mendekati cermin itu.

"Siapa yang nulis disini?" tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku sambil mengamati tulisan di cermin itu.

"Gang mawar, RT 08 RW 03" aku membaca tulisan di cermin itu dengan penuh tanda tanya.

"Tulisannya bau amis darah!" ucap suamiku.

"Hiyyyy!" aku merinding mendengar ucapan suamiku.

"Sepertinya ini petunjuk dari hantu wanita itu!" ucapnya.

"Berarti abang juga percaya dengan hantu itu, trus kenapa kalau aku cerita tentang hantu itu Abang seolah tak percaya!" ucapku.

"Sebenarnya wanita itu sering ada di angkot abang," ucapnya.

"Hah masa??? jadi Abang juga sering diganggunya?!" tanyaku kaget.

"Tapi kita gak boleh takut dengan penampakannya, makanya abang gak pernah cerita biar kamu gak kepikiran," ucap bang Chandra.

"Aku sering bermimpi ada di sebuah rumah, dan menyaksikan wanita itu sedang melahirkan tapi suaminya dengan tega merampas kalung wanita itu tanpa menghiraukan keadaan wanita itu yang tengah berlumuran darah," ucapku.

"Kejam sekali laki-laki itu, seperti bukan manusia!" ucap suamiku dengan wajah kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status