Share

Gang Mawar

Bungkusan Kresek di Tempat Sampah

Part 6

Oleh : Widya Yasmin 

๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚๐Ÿ‚

Siang itu aku dan Bang Chandra berniat pergi ke gang mawar sesuai alamat yang tertera di cermin kamarku. Kami sangat penasaran apa yang dimaksud hantu wanita itu dengan memberikan alamat tersebut.

"Abang sampe bela-belain gak kerja nih" ucap suamiku.

"Gak apa-apalah Bang, uang yang kemarin kan lumayan. Jadi anggap aja hari ini abang mau liburan!" ucapku.

"Hahahhaha liburan mah ke tempat wisata, ini sih main detektif-detektifan!" ucapnya sambil tertawa.

Aku cuma nyengir menanggapi ucapan suamiku, kami terus berjalan mengikuti arah yang ditunjukan g****e map.

"Ayo kita naik ojek!" ucapku saat menemukan pangkalan ojek.

"Iya," jawab suamiku.

"Bang anterin kami ke gang mawar ya," ucapku.

"Hah gak salah?" tanyanya dengan wajah bingung.

"Loh kenapa?" tanyaku.

"Emang ibu mau ngapain kesana?" tanyanya dengan wajah heran.

"Ah udahlah jangan banyak omong!" ucapku.

Ojek itu pun meluncur hingga kami tiba di sebuah mulut gang.

"Ini gang mawar," ucapnya sambil mengerem motornya.

Aku pun membayar ongkos ojek itu, lalu aku dan suami berjalan menyusuri gang itu.

"Kita kembali aja!" ucap bang Chandra sambil bergidik ngeri.

"Loh kenapa?" tanyaku.

"Tuh lihat!" ucapnya sambil menunjuk sesuatu.

"Ya Allah!" ucapku saat melihat deretan wanita yang berpakaian terbuka dengan makeup menor. 

Seorang wanita mengenakan tangtop berwana merah dan rok mini dari jeans berjalan mendekati Bang Chandra.

"Hai ganteng! mau ditemenin gak?" ucapnya seolah tak memperdulikan keberadaanku.

"Gini Mbak, saya boleh nanya gak?" ucap bang Chandra.

"Boleh dong," jawabnya genit.

"Mbak kenal wanita ini?" tanya Bang Chandra sambil menunjukan sebuah foto di HPnya.

"Hiyyyyyy serem amat! foto kepala tanpa badan gitu!" ucapnya sambil merangkul Bang Chandra.

"Kalau Mbak terus merangkul suami saya, bisa-bisa nasib Mbak sama dengan foto itu!" ucapku pura-pura menggertak.

"Ih takuttttt!" ucapnya.

"Gini Mbak, kami serius nih. Coba Mbak perhatikan baik-baik wajah wanita ini! siapa tau Mbak kenal dia" ucap Bang Chandra.

Wanita itu mengamati foto itu baik-baik.

"Ini Susan!" ucapnya.

"Mbak kenal dia?" tanya bang Chandra.

"Dia satu profesi denganku" ucap wanita itu.

Tanpa dia menyebutkan apa profesi mereka, kami sudah bisa menebak dengan melihat penampilan wanita itu.

"Jadi gini Mbak, beberapa waktu yang lalu kami menemukan tubuh wanita ini yang sudah menjadi tiga bagian," ucap bang Chandra.

"Astagaaaa Susan!" ucapnya sambil menangis histeris.

"Apa saja yang Mbak tau tentang wanita ini?" tanyaku.

"Delapan bulan yang lalu dia kabur dari sini, karna dia hamil," ucap wanita itu.

"Mbak tau siapa yang menghamilinya?" tanyaku penasaran.

"Ya susahlah untuk mengetahui siapa yang menghamilinya. Mbak ngerti kan bagaimana pekerjaan kami," ucapnya.

Setelah merenung, aku kini mengerti pasti banyak laki-laki yang menanam saham di rahim mereka jadi jika mereka hamil pasti akan sulit mengidentifikasi siapa ayah bayi itu.

Aku menatap wajah Bima yang polos dan menggemaskan.

"Anakku sayang, siapapun ayah dan ibumu, kamu tetaplah anak yang suci tak bernoda," ucapku sambil mengecup pipinya yang lembut.

"Kalau begitu, kami permisi dulu," ucap suamiku pada wanita itu.

"Iya" jawabnya sambil terdiam mematung. Sepertinya ia sangat syok dengan kematian temannya yang bernama Susan itu.

Setelah itu kami segera melapor pada polisi tentang info yang baru saja kami dapatkan.

"Jadi mayat wanita itu bernama Susan?" tanya polisi.

"Iya Pak, dan dia adalah salah satu wanita PSK di gang mawar," ucap Bang Chandra.

"Darimana kalian mengetahui semua ini?" tanya polisi.

"Jadi gini Pak, sejak kejadian ditemukan mayat wanita itu, kami sering didatangi hantu wanita itu. Hingga suatu malam kami melihat tulisan berwarna merah di cermin di kamar kami. Tulisan itu bertuliskan sebuah alamat" ucapku.

"Lalu?" tanya polisi.

"Kami mencari alamat itu hingga menemukan sebuah alamat, disana ada seorang wanita penghuni gang mawar yang mengenali mayat wanita itu, katanya namanya Susan dan dia satu profesi dengan wanita itu," ucapku.

"Lalu apalagi?" tanya polisi penasaran.

"Kata wanita itu Susan kabur dari tempat itu sejak 8 bulan yang lalu," jawabku.

"Baiklah kami akan menyelidiki kasus itu dan mencari info dari gang mawar itu," ucap polisi.

"Oh ya Pak polisi, saya juga sering bermimpi melihat wanita itu di sebuah rumah," ucapku.

"Dimana? coba ceritakan mimpi tersebut mungkin saja kami mendapat petunjuk!" ucap polisi.

"Di mimpi itu saya melihat wanita yang bernama Susan itu sedang meringis kesakitan, sepertinya dia akan melahirkan" ucapku sambil mengingat-ngingat mimpiku.

"Lalu?" tanya Pak Polisi.

"Ada seorang laki-laki yang mengenakan kemeja kotak-kotak sedang berdiri di depan wanita yang sedang kepayahan karna berusaha melahirkan anaknya seorang diri," ucapku.

"Lalu?" tanya Polisi.

"Akhirnya wanita itu bisa melahirkan anaknya dengan selamat walau tanpa bantuan siapapun, tapi laki-laki itu tidak memperdulikan keadaannya. Ia malah merebut kalung wanita itu dengan paksa" ucapku sambil membayangkan kejadian itu. Tak terasa air mataku mengalir saat membayangkan nasib tragis yang menimpa wanita itu.

"Apa di mimpi itu, Ibu melihat wajah laki-laki itu?" tanya Polisi.

"Enggak, Pak" jawabku.

"Apa ada petunjuk lain?" tanyaku.

"Di rumah itu, saya melihat lukisan burung cendrawasih" ucapku.

"Baiklah walau sebenarnya kami tidak terlalu mempercayai mimpi, tapi kami akan mencoba menyelidiki kasus itu dengan petunjuk-petunjuk yang Ibu sebutkan" ucap polisi.

"Baiklah, kami pulang dulu," jawabku.

"Iya Bu, Pak, terimakasih atas bantuannya," ucap Polisi.

Kami pun pulang..

Di perjalanan pulang kami bertemu dengan Bu Ningsih dan Suaminya.

"Pak, kita kan mau menghadiri undangan teman ibu tapi Bapak kok pake kaus oblong begitu!" ucap Bu Ningsih.

"Ibu kan tau bapak gak pernah pake kemeja ataupun baju batik. Sejak dulu bapak paling suka pakai kaus oblong!" ucap Pak Hadi.

"Loh Pak Hadi gak narik juga?" tanya suamiku.

"Hari ini saya ada acara sama istri saya," ucap Pak Hadi.

Pak Hadi dan suamiku sama-sama sopir angkot, hari ini suamiku libur kami gak nyangka Pak Hadi juga meliburkan diri.

" Apa Bos gak marah ya? soalnya abang dan Pak Hadi libur barengan gini," ucap suamiku.

Pikiranku melayang memikirkan ucapan Pak Hadi tadi yang menyebutkan bahwa dia gak pernah pakai kemeja, dan sama sekali tidak suka pakai kemeja.

"Heii, kamu kenapa sih?" tanya suamiku membuyarkan lamunanku.

"Apa sih Bang, ngagetin aja!" ucapku.

"Habisnya kamu melamun terus, ayo kita segera pulang kasihan Bima kepanasan," ucap suamiku.

Setibanya di rumah, aku terus memikirkan kalung yang dipakai bu Ningsih sama persis dengan kalung yang dipakai Susan. 

"Kamu ngelamunin apa sih?" tanya suamiku sambil menepuk bahuku.

"Kalung yang dipakai bu Ningsih sama persis dengan kalung yang dipakai Susan!" ucapku spontan.

"Apa???!!!" suamiku kaget dengan ucapanku.

"Aku gak nuduh sih, tapi kalungnya itu sama persis!" ucapku.

"Jangan-jangan kamu berpikiran Bu Ningsih yang membunuh wanita itu?!" tanya suamiku.

"Ah gak mungkin, Bu Ningsih itu ngelihat darah aja dia jerit-jerit ketakutan," ucapku.

"Lalu?" tanya suamiku.

"Ah gak tau ah bingung!" ucapku lalu masuk kamar dan menidurkan Bima yang sejak tadi berada dalam gendonganku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status