“Richie! Kau mau ke mana?!” Patty berteriak memanggil Richie yang melesat meninggalkannya.
Tanpa mempedulikan seruan gadis itu, Richie terus berlari mengejar sosok wanita berjubah yang telah sangat mencurigakan baginya. Dia berlari kencang menembus hutan pinus. Dan jauh ke dalam hutan, pepohonan menjadi semakin beragam dengan dedaunan yang menjuntai.
Suasana dalam sekejap berubah dingin dan menegangkan. Richie berlari melompati batang pohon yang tumbang, menembus ranting-ranting yang menjulur rendah dan menginjak dedaunan kering yang berguguran. Sosok wanita itu terus berlari mengikuti arah helikopter.
Richie menebak-nebak, akan sejauh mana wanita itu masuk ke dalam hutan. Namun satu yang pasti, helikopter tersebut datang untuk menjemput wanita itu. Dan di dalam helikopter sudah ada satu atau dua orang menunggu.
Richie tak ingin melewatkan kesempatan untuk menyergap wanita itu. Harga dirinya akan terkoyak seandainya kecepatan berlarinya dikala
Dua belas tahun yang lalu, Woodstock hanyalah sebuah desa kecil dengan penghuni tak lebih dari seribu orang. Desa yang teduh dengan pohon rindang di sepanjang jalan serta bugenvile yang merambat di dinding-dinding rumah. Persis seperti yang pernah dihembuskan Alfa Boss saat menyuruh Richie untuk berlibur. Desa sunyi yang kemungkinan hanya diminati oleh para veteran dan pensiunan untuk menghabiskan masa tua mereka. Setenang itulah Woodstock – sebelum keberadaannya ditemukan oleh sekelompok mafia besar yang mengiming-imingi penduduk desa dengan berbagai fasilitas dan teknologi. Tawaran menggiurkan yang menutupi sebuah kejahatan terselubung. Malam itu, seorang gadis kecil berlari menerobos pintu kamarnya dan menuruni tangga. Dia kegirangan saat pengasuhnya mengatakan kalau ayah gadis itu akan mengajak mereka berkeliling kota. Sudah satu bulan lamanya mereka mendekam di dalam mansion dan gadis kecil itu hampir setiap hari menangis karena bosan. “Nancy, kapan ayah
Jack menyeret langkahnya mendekati Richie dan menatap sahabatnya tanpa berkedip.“Kau pembunuh Caedis yang paling hebat, Richie. Tidakkah kau merasa kalau keberadaanmu itu bisa sangat berbahaya?” tanyanya.Richie berkacak pinggang. “Omong kosong, Jack! Bahkan rasanya aku sudah tidak peduli dengan nyawaku sendiri!” ucapnya skeptis.“Mengesankan!” Jack menyuar rambut hitamnya.“Demi Tuhan, Jack! Selama empat belas tahun hidup di mansion, yang ada dalam pikiranku hanyalah membalas budi atas kebaikan Alfa Lord kepadaku. Aku tak pernah berpikir untuk menandingi dirinya atau siapapun di Caedis.”Keduanya tidak mengucapkan apa-apa selama beberapa detik. Lalu Richie kembali berkata, “katakan saja, Jack. Kau ke sini untuk ‘menanganiku’. Iya kan?”Jack menarik senyum di ujung bibirnya. “Kurang lebih seperti itu, bung.”“Great! Aku juga sudah menebaknya sej
Patty berdiri membeku beberapa meter dari posisi berdiri Richie. Malam itu dia berniat mengantarkan burger dan sebotol bir untuk Richie sebelum memulai kesibukannya di bar. Sekaligus dia hendak menanyakan kenapa Richie berlari ke dalam hutan dan meninggalkannya.Tetapi rupanya dia malah dikejutkan dengan percakapan serius dua orang pria di depan karavan.“Richie, kau mau kemana? Kau tidak akan meninggalkan aku, kan?” Patty menggigit bibir bawahnya. Matanya sayu dan memelas.“Patty?” Richie menatap tajam Patty. “Kenapa kau ada di sini? Nanti Bernadeth mencarimu.”“Bernadeth tidak akan mencariku karena aku sudah meminta ijin terlebih dulu kepadanya. Aku bilang mau mengantarkan makanan ke tempat tinggal teman yang sedang sakit.”Jack menahan tawa mendengar kalimat polos Patty, gadis yang telah bercumbu dengan Richie. Jack merangkum tubuh gadis dihadapannya. Menerka-nerka, apa yang paling bisa membuat Ric
Bar itu penuh asap bercampur dengan bau badan para pengunjungnya. Setelah diperhatikan lebih mendalam, para pengunjung sebagian besar terdiri dari pekerja kasar dan berusia matang. Buruh tambang – kira-kira seperti itulah yang hendak diberitahukan Jack kepada Richie. Pria berkepala botak arah jam sembilan tadi beranjak dari duduknya, seakan berjalan mendekati Richie dan Jack. Tetapi pria itu meluruskan pandangannya ke arah pintu masuk bar. Tangan pria itu terayun saat berjalan melewati Richie. Jack menyikut lengan Richie cepat-cepat dan memberi kode dengan ujung dagunya. Richie lekas memfokuskan matanya pada lengan pria itu. Sebuah tatto tercetak di bagian dalam lengan pria itu. Tatto yang sangat identik dan mengarah. “Menarik, bukan?” Jack menarik senyumnya. Richie mengangguk sok bijak. Dia mengangkat gelasnya lagi, menenggaknya dan membanting gelas kosongnya ke meja. Hatinya bergejolak. Otaknya berputar. Secepatnya mereka harus menemukan kenda
Richie mengusapkan jarinya pada celah lembab Patty yang telah siap. Lalu dia mendorong dirinya ke dalam tubuh Patty dan menaklukkan gadis itu. Richie menarik tangan Patty ke atas kepala dan menahannya di sana. Dia menggerakkan pinggulnya dengan hati-hati. Menyadari kalau gadis yang dikencaninya adalah gadis berusia 19 tahun yang bertubuh kecil dengan kulit yang begitu lembut. Gerakan mendominasi Richie membuat deburan di tubuh Pattty membucah. Dan Richie menggunakan juga insting tajamnya untuk merespon setiap gerakan ringan tubuh Patty. Ia menerjemahkan suara-suara desahan gadis itu menjadi sapuan lidah di titik-titik erotisnya dan mewujudkan apa yang dia inginkan sebelum Patty sendiri menyadarinya. Pada waktu yang dirasa pas, Richie menghujam lebih dalam dan menanamkan tubuhnya di tubuh Patty. Dia memutar pinggangnya dan membuat Patty menjerit tertahan. Semua rangkuman gerakan Richie meluluhlantahkan keseluruhan tubuh Patty. “Kau membuatku menangis,
Udara dingin menyelimuti Coast Mansion sejak dini hari hingga menjelang tengah hari. Nancy memaksakan dirinya bangun dari ranjang, mengenakan pakaian serba hitamnya serta menggulung rambutnya dengan cepat. Sesak di dadanya kambuh sejak terakhir kali dia keluar dari Woodstock. “Nancy! Aku melarangmu untuk pergi kemanapun. Dokter mengatakan kalau kau butuh istirahat setidaknya sampai seminggu ke depan.” Seorang pria menerobos pintu kamar Nancy dengan wajah marah. “Aku sudah terlalu lama beristirahat, Uncle Gabriel. Pastor di gereja itu – dia juga sakit. Aku harus membawakan obat untuknya.” Nancy memohon dengan mata berkaca-kaca. Pria yang dipanggil dengan sebutan uncle itu berperawakan tinggi dengan kumis lebat melintang di bawah hidungnya. Gabriel, Nancy dan puluhan orang lainnya merupakan pelayan mansion yang tinggal di bangunan belakang mansion mewah itu. Gabriel adalah yang tertua di antara mereka sekaligus menjabat sebagai kepala pelayan. “Akhir-ak
Richie menaikkan tatapannya dari pistol mini yang ditodongkan Patty, beralih ke wajah gadis itu.“Kelihatannya itu Bobcat-ku yang terlupakan.”“A – aku menemukannya saat membereskan celanamu. Tadinya aku berniat mengembalikannya kepadamu.”“Seharusnya begitu.”“Tidak! Aku tidak akan mengembalikannya sampai kau menjalankan mobil ini.”“Cerdas! Bisakah kau turunkan itu sekarang?!” Richie menggeram menakuti.“Aku janji tak akan menyusahkan kalian. Aku sudah membawa tas berisi uang tabunganku selama ini.” Patty mengangkat tas kainnya tinggi-tinggi.Richie menoleh kepada Jack. “Well, kita akan punya teman perjalanan yang menarik dan dia punya uang.”“Uang tidak pernah menjadi masalah bagi kita, bung!” ucap Jack mengejek hati Richie yang seketika melembek. “Jangan pernah mengijinkan seorang wanita terlibat dalam urusan lelaki.&
Beberapa meter lagi mereka akan sampai ke area penambangan. Patty menepuk bahu Richie dan menyuruh pria itu berbelok. Patty menyarankan kepada Richie untuk memarkirkan mobil mereka di belakang rumah rumah kayu yang terletak agak jauh dari tempat itu.Mengikuti saran Patty, Richie keluar dari jalan utama menuju area tambang ke salah satu belokan yang membawa mereka pada rumah kayu yang dimaksud. Lanskap berdebu terbentang di sepanjang jalan yang mereka lewati. Mereka juga dihadapkan pada kubangan yang berbau dan panas.“Belerang?” Richie bergumam. Dia mulai meragukan ingatan Patty.Seolah bisa membaca pikiran Richie, Patty kemudian berkata, “Aku tidak mungkin salah. Di sana – di sebelah kanan.”Richie melajukan mini van-nya melewati kubangan belerang dan berjalan lurus mengikuti arah jari telunjuk Patty. Seperempat kilometer makin jauh dari tujuan mereka, sebuah rumah seperti yang digambarkan Patty muncul dalam jarak pandang.