Share

BAB 18

Author: jasheline
last update Last Updated: 2024-12-05 21:20:09

Nicholas berjalan meninggalkan Kate, lalu mendatangi Justin yang menunggu di bagian lain taman. Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Lu tolak, bro?" tanya Justin dengan penasaran.

"Gue nggak nolak, tapi gue ngelarang dia buat ungkapin perasaannya ke gue," jawab Nicholas tegas.

"Dih, sadis banget lu jadi cowok," kata Justin sambil geleng-geleng kepala.

"Dari pada dia terus berharap dan akhirnya tambah sakit, mending gue jujur di awal. Gue disini buat fokus belajar, Just. Nggak ada waktu buat pacaran-pacaran. Kalau ada jodoh, ntar juga ketemu," lanjut Nicholas, lalu melangkah pergi meninggalkan Justin.

"Gila nih bocah, Allee yang spek bidadari aja ditolak," gumam Justin, tercengang.

Berpindah ke tanah air...

Esok harinya, Selena, Rangga, dan Linggar tiba di sekolah. Hujan deras mengguyur bumi, dan koridor sekolah terasa suram karena mendung yang tebal. Selena mendengar suara Jovi berteriak, tapi ia tak melihat sosoknya.

"Selena!!" teriak suara itu, membuat Selena langsung c
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CALON TUMBAL   BAB 19

    Selena kembali ke kamar dan duduk di ranjang, masih terbenam dalam pikiran tentang perkataan ayah Nicholas yang mengatakan ada seseorang yang mengirimkan santet padanya. Padahal, Selena merasa dirinya tidak pernah menyinggung siapapun. Bahkan, dia adalah pribadi yang pendiam, yang baru dikenal di sekolah karena kemampuannya menyadarkan orang-orang yang kesurupan massal.Selena menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, tetapi tetap duduk menyandar di ranjang. Ia membuka laci nakas dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan putih. Saat kotak itu terbuka, tampak sebuah kalung dengan bandul bambu kuning yang dulu ia ambil dari lemari utinya. Kalung itu sangat berkesan baginya, karena Nicholas yang memberikannya sebagai kado ulang tahun ke-15.Dengan lembut, Selena melepaskan kalung bandul bambu kuning itu. Ia mengenakan kalung pemberian Nicholas sebagai tanda rasa terima kasih dan penghargaan. Selena mengusap bandul kalung itu, mengingatkan dirinya pada utinya yang kini sudah tiada. Perlahan,

    Last Updated : 2024-12-06
  • CALON TUMBAL   BAB 20

    Selena melangkah turun dari mobil, didampingi oleh Rangga. Matanya terpaku pada seorang sopir mobil travel yang berdiri di pinggir jalan, sibuk mengetik pesan di ponselnya. Sesekali, sopir itu terlihat berbicara lewat telepon, tampak tidak peduli pada sekelilingnya.Tiba-tiba, Selena terdiam. Penglihatannya mengabur, dan di benaknya muncul bayangan sebuah kecelakaan tragis. Mobil itu, mobil yang sama tempat para penumpang bercengkrama, terseret truk besar, hancur berantakan.Dengan cepat, Selena berlari kembali ke pintu mobil dan berteriak. “Pak, Bu, semuanya! Segera turun dari mobil ini sekarang!” Suaranya penuh kepanikan.Para penumpang memandangnya bingung.“Selena, ada apa?” tanya Rangga dengan alis terangkat.“Ra, tolong bantu aku! Suruh mereka turun! Ini soal hidup dan mati!” Selena berkata dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.Rangga tertegun. Tanpa banyak bertanya, dia segera membantu Selena. “Pak, Bu, ayo turun dari mobil ini, cepat!” ujarnya tegas.Namun, para p

    Last Updated : 2024-12-06
  • CALON TUMBAL   BAB 21

    Selena, Rangga, dan ayah Nicholas akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta setelah selesai berurusan dengan polisi. Padahal, perjalanan mereka sudah setengah jalan. Namun, hati ayah Nicholas tak tega meninggalkan Selena yang tengah larut dalam kesedihan. Meski bukan anak kandungnya, kasih sayang ayah Nicholas kepada Selena begitu tulus, seolah-olah dia adalah putrinya sendiri. Dalam hati, dia bersyukur Selena selamat dan tidak mengalami hal yang lebih buruk.“Jadi, aku nggak jadi pulang kampung, Pa?” tanya Selena, suaranya lirih.“Tunggu sampai kamu benar-benar pulih. Kalau cuma mau tanya sesuatu ke Ustadz Sholeh, biar Papa undang dia ke Jakarta,” jawab ayah Nicholas tegas, berusaha menenangkan hati Selena.“Jangan lupa, Nak, kita harus terus waspada. Ibadah itu benteng kita. Setan akan selalu mencari celah untuk menggoda, memancing sisi negatif kita. Kalau kita lengah, mereka bisa masuk dan menguasai pikiran kita,” lanjutnya, memberi nasehat bijak.Selena mengangguk kecil, meski

    Last Updated : 2024-12-07
  • CALON TUMBAL   BAB 22

    Pagi harinya, Selena dan Rangga tiba di sekolah. Tidak seperti biasanya, kali ini mereka tidak pergi bersama Linggar. Selena tampak gelisah, pikirannya terus berputar mencari jejak energi Jovi, yang hingga saat ini masih belum ditemukan. Sosok Jovi seolah lenyap tanpa jejak, meninggalkan tanda tanya besar di hati Selena.“Kemana ya, Ra? Kok aku masih nggak bisa nemuin Jovi…” gumam Selena lirih, berdiri di dekat bangunan kelas lamanya saat SMP, tempat di mana Jovi biasanya berada.“Mungkin dia sudah pergi ke tempat yang lebih baik?” ujar Rangga, mencoba menenangkan.Selena terdiam, matanya menerawang jauh. Ia ingin mempercayai itu, tetapi ingatan terakhir tentang Jovi saat suara teriakannya memanggil nama Selena masih terlalu jelas. Rasanya mustahil Jovi pergi begitu saja tanpa pamit. Jovi pasti akan meninggalkan pesan, seperti halnya Teteh Putih dulu.“Ayo pergi. Kita coba cari ke tempat lain,” ajak Selena akhirnya. Rangga mengangguk dan mengikuti langkahnya.Di tengah kebimbangan itu

    Last Updated : 2024-12-07
  • CALON TUMBAL   BAB 23

    Selena baru saja tiba di rumah, dan saat ini dia tengah video call dengan Nicholas. Seperti biasa, Selena belajar malam ditemani oleh abang angkatnya yang selalu setia membantunya memahami pelajaran."Ooo... iya, iya, aku tahu, kenapa aku nggak kepikiran ya? Ih, aku benar-benar lupa." Selena tertawa geli, sementara Nicholas tertawa kecil di layar laptop."Makanya, kalau di sekolah jangan cuma sibuk main sama hantu terus, dek..." kata Nicholas, membuat Selena meringis mendengar gurauannya."Gimana lagi, bang? Aku terlahir dengan kelebihan ini, jadi nggak tega kalau lihat sosok yang tersesat..." jawab Selena dengan nada serius."Tapi, dek, abang rasa kayaknya kamu udah ada peningkatan baru, deh. Nggak sih?" Nicholas bertanya, Selena pun menatap layar laptop, penasaran."Peningkatan apa, bang?" tanya Selena, kebingungan."Kamu sekarang bisa lihat kejadian yang belum terjadi, kan? Abang yakin kalau kamu terus latih kemampuanmu, kamu pasti bisa lebih dari ini," kata Nicholas dengan keyakin

    Last Updated : 2024-12-08
  • CALON TUMBAL   BAB 24

    Keesokan harinya, Selena pergi ke sekolah bersama Linggar dan Rangga, seperti biasanya. Namun, kali ini pikirannya dipenuhi kegelisahan tentang Jovi yang berada di gedung olahraga.“Rangga, Li, kalian mau bantu aku, nggak?” tanya Selena, sedikit ragu.“Mau lah! Kenapa harus nanya? Kalau butuh bantuan, bilang aja, Sel,” jawab Linggar dengan nada tegas, mendahului Rangga.Selena tersenyum kecil. “Hehe, makasih, Li.”Linggar langsung membusungkan dada, menaik-turunkan alisnya penuh percaya diri.Rangga menatapnya dengan tatapan heran. “Li, kenapa sih lo baik banget sama Selena, tapi dingin banget kalau sama orang lain?”Linggar langsung melirik Rangga dengan tajam.“Tuh, tuh! Lirikan matanya udah kayak macan hutan. Serem banget,” cibir Rangga, sambil setengah bercanda. Sebenarnya, pertanyaan itu sudah lama ingin ia lontarkan, tapi baru kali ini ia punya keberanian.“Lo tuh ya, suka menilai orang dari tampang. Mana lo tau isi hati gue. Beda sama Selena,” balas Linggar sinis.Rangga melong

    Last Updated : 2024-12-08
  • CALON TUMBAL   BAB 25

    Selena terpental keras ke samping, tubuhnya terbentur dinding dengan kekuatan yang tak terduga. Di dunia nyata, Rangga dan Linggar terlihat panik. Sejak tadi, tubuh Selena mematung tanpa menghirup napas sama sekali. Mereka terus berusaha menyadarkannya, bahkan Rangga dan Linggar sama-sama mengucapkan doa dengan suara gemetar."Selena! Ya Allah, apa yang terjadi padamu?" Rangga berseru penuh kecemasan."Sel, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Linggar, suaranya dipenuhi kekhawatiran yang mendalam.Tiba-tiba, Selena menarik napas dengan terengah-engah, seolah-olah udara di sekitarnya makin menipis. Napasnya sempat terhenti saat dia dan Jovi saling tarik menarik, namun akhirnya napas itu kembali mengalir deras."Jovi." Selena menyadari bahwa sosok Jovi berhasil melepaskan diri dari cengkeraman gelap.Di sampingnya, Selena menyaksikan Aki mencekik sosok tua yang sebelumnya mencengkeram Jovi. Sosok tua itu kini terlihat kelabakan dan panik sebelum Aki membawanya pergi dengan cepat dan tegas.Se

    Last Updated : 2024-12-09
  • CALON TUMBAL   BAB 26

    (Kilas balik Jovi, Tahun 1987)Jovi adalah anak yang pendiam, tumbuh dalam kemewahan, tetapi kekayaan keluarganya tak mampu menggantikan kekosongan kasih sayang yang dia butuhkan. Ayah dan ibunya, keduanya pekerja keras yang terjebak dalam rutinitas, jarang memiliki waktu untuk anak mereka yang kesepian."Pa, nanti bisa ikut kumpulan orang tua, kan?" tanya Jovi, suaranya penuh harap, mengharapkan sedikit perhatian dari sosok ayahnya."Jovi, papa udah bilang kan berkali-kali, papa sibuk. Nanti tanya mama aja," jawab ayahnya, tak sedikit pun melirik ke arah Jovi."Iya, pa," jawab Jovi, suara lirih menahan kecewa.Jovi sudah mencoba bertanya pada ibunya juga, dan jawabannya tak jauh berbeda. Keduanya tak pernah punya waktu. Sejak saat itu, Jovi belajar bahwa dia harus menghadapi dunia seorang diri. Setiap kali ada acara perkumpulan orang tua, Jovi akan datang tanpa pendamping, berjalan sendirian. Dia tak memiliki teman sejati, dan setiap kali dia mencoba mempercayai seseorang, dia hanya

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 126

    Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-

  • CALON TUMBAL   BAB 125

    Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

  • CALON TUMBAL   BAB 118

    Selena sudah bersama ibunya Intan, saat ini ibunya Intan sedang menangis tersedu-sedu karena kondisi Intan makin tidak normal. Ibunya Intan juga menceritakan pada Selena tentang kejadian kemarin saat ada belatung yang keluar dari kemaluan Intan, Selena dan Linggar sampai ngeri mendengarnya."Tiap malem dia selalu merintih kesakitan, minta ampun, minta tolong, tapi dia sama sekali nggak kebangun dan sadar. Tante ngaji, dia makin kesakitan. Tante nggak ngerti lagi harus gimana.." Ujar ibunya Intan."Kita ke rumah Faaz dulu ya, tan. Aku semalem udah ngomong sama orang tuanya. Abis itu aku kenalin tante sama temen papaku yang bantu nolongin Faaz waktu itu." Ujar Selena, dan ibunya Intan mengangguk."Iya nak, tante berharap ada yang bisa nolong Intan." Ujar ibunya Intan.Akhirnya Selena dan Linggar membawa ibunya Intan itu ke rumah orang tua Faaz, dimana di sana juga ada Faaz yang senang dengan kedatangan Selena. Selena salim dengan kedua orang tua Faaz dan kini mereka duduk di ruang tamu.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status