Share

BAB 53

Author: jasheline
last update Last Updated: 2025-01-02 22:38:10

Linggar terkejut mendengar teriakan Selena, dia langsung melihat ke arahnya dengan cemas. Rangga yang sebelumnya tertidur di depan juga terbangun, terkejut mendengar nama dirinya dipanggil dengan suara panik oleh Selena.

"Selena, kenapa?" tanya Linggar dengan khawatir, sigap membuka botol air dan memberikannya pada Selena.

Selena langsung meminum air itu dengan rakus, meneguk seluruhnya dalam sekali habis. Setelahnya, dia mengatur napas, berusaha menenangkan diri. Dengan lega, Selena sadar bahwa itu hanya mimpi. Namun, betapa anehnya mimpi yang datang begitu jelas di siang hari.

"Selena, kenapa? Kok kamu teriak manggil namaku?" tanya Rangga, kini berbalik ke belakang, penasaran.

"Nggak apa-apa, aku cuma mimpi aja tadi," jawab Selena, sambil memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri dari kegelisahan yang melanda.

Rangga terkekeh mendengar penjelasan Selena, ia mengira mungkin Selena merasa cemas karena perpisahan yang akan datang, hingga terbawa dalam mimpi.

"Kita masih bisa ketemu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CALON TUMBAL   BAB 54

    Rangga membuka buah kelapa yang dia petik tadi dan membagikannya kepada Linggar, ibunya, dan dirinya sendiri. Linggar sangat menikmati rasanya, merasakan manis alami yang segar."Bude, di rumah bude banyak energi yang asing," tiba-tiba Selena berbicara, membuat ibunya Rangga dan Rangga tertegun."Maksudnya, nak?" tanya ibunya, terlihat bingung."Ada yang aneh sama rumah ini. Aku lihat banyak sekali monyet di sekitar rumah Bude, tapi bukan monyet asli," jawab Selena. Rangga langsung tersedak."Pelan-pelan, Ra," ujar ibunya, cemas."Selena, maksud kamu bukan monyet asli?" tanya Rangga, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar."Banyak monyet. Ada satu, dua, tiga, empat, lima, enam... (Selena menoleh ke sana kemari) ada sembilan monyet," jawab Selena, matanya bergerak cepat, seolah mencoba menangkap setiap gerakan di sekitar mereka.Seketika itu, Rangga merinding. Saat di atas pohon kelapa, dia memang melihat monyet aneh yang terus menatapnya, dan sekarang Selena mengungkapkan sesuat

    Last Updated : 2025-01-03
  • CALON TUMBAL   BAB 55

    Selena dan Linggar telah selesai makan dan melaksanakan sholat. Kini, mereka berada di ruang tamu bersama bibi dan Ustadz Sholeh yang datang berkunjung.Kedatangan Ustadz Sholeh bukan tanpa alasan. Ia baru saja membantu Selena memagari rumah setelah menemukan sebuah buhul, yang ternyata merupakan kiriman untuk mencelakai Selena. Tanpa ragu, Selena membakar buhul tersebut, bersikap tegar meski situasinya cukup mencekam.“Rupanya, bukan hanya saya yang merasa ada sesuatu yang janggal dengan ayahnya Rangga. Setelah diamati, dia memang telah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya,” ujar Ustadz Sholeh sambil menghela nafas panjang.Selena menatapnya dengan cemas. “Jadi, yang ada di rumah Rangga itu bukan kiriman, Ustadz? Itu peliharaan ayah Rangga?” tanyanya.Ustadz Sholeh mengangguk, raut wajahnya menyiratkan keprihatinan. “Astaghfirullah…” gumam Selena pelan.“Kenapa Pakde sampai menempuh jalan itu? Ya Allah…” ucap Selena dengan mata berkaca-kaca. Kesedihannya terasa dalam; keluarga Ran

    Last Updated : 2025-01-04
  • CALON TUMBAL   BAB 56

    Selena dan Linggar melangkah perlahan menuju rumah ibunya Rangga. Ketika mereka masuk, terlihat wajah sang ibu tampak lemas dan pucat, seperti seseorang yang tengah memikul beban berat. Selena berusaha menjaga sikap. Ia tahu kebenaran tentang pakde tidak mudah disampaikan, namun ia harus memastikan satu hal: apakah ibunya Rangga sudah tahu atau belum.Tak lama, ibunya Rangga muncul dari dalam rumah dengan membawa nampan berisi minuman. Senyumnya samar, namun tetap ada kehangatan di sana. Ia meletakkan gelas-gelas itu di depan Selena dan Linggar, kemudian duduk di hadapan mereka."Minum dulu, Nak," ujarnya lembut, menyodorkan minuman itu."Terima kasih, bude," jawab Selena dan Linggar bersamaan, dengan nada sopan.Selena mencoba memulai pembicaraan, memilih kata dengan hati-hati. "Bude, kalau boleh tahu, sejak kapan pakde buka lapak buah?""Oh, sudah cukup lama," jawab ibunya Rangga sambil tersenyum tipis. "Sejak Rangga pindah ke Jakarta, pakde-mu mulai jualan buah di pasar."Selena me

    Last Updated : 2025-01-05
  • CALON TUMBAL   BAB 57

    Malam semakin larut, tetapi Selena masih terjaga. Ucapan Raja Monyet terus bergema di benaknya, mengusik ketenangannya. "Keluargamu bersekutu dengan iblis," katanya. Kata-kata itu seperti racun yang menyusup ke pikirannya."Bagaimana mungkin? Semua keluargaku sudah tiada..." gumam Selena sambil menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Ia menggigit bibir, mencoba meredam kekhawatiran yang menjalar. "Ataukah... apakah aku memiliki keluarga lain yang aku sendiri nggak tahu?"Berputar-putar di kamar tanpa arah, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh. Suara langkah berat terdengar dari atap rumahnya.Kriet!Selena terdiam, menengadah ke atas. Ia mengaktifkan kemampuan penglihatannya untuk melihat yang tak kasat mata. Di atap rumah, terlihat makhluk-makhluk mengerikan yang mencoba masuk. Tubuh mereka hitam legam, rambut panjang menjuntai seperti benang kusut. Mereka bertaring, dengan leher yang panjang menjulur seperti ular.Energi mereka begitu jahat, sangat negatif hingga membuat udar

    Last Updated : 2025-01-07
  • CALON TUMBAL   BAB 58

    Selena menangis begitu dia kembali ke alam nyata. Linggar yang melihatnya pun langsung merasa khawatir melihat Selena yang menangis terisak-isak, sesenggukan. Selena menoleh ke sana kemari, seolah mencari sesuatu. Dengan terburu-buru, ia bangkit dari duduknya dan mulai melihat ke luar melalui jendela-jendela yang ada. Melihatnya seperti itu, Linggar semakin khawatir dan mengikuti langkah Selena."Selena, kenapa?" tanya Linggar dengan cemas."Bunda..." gumam Selena pelan, dan Linggar terdiam, tak tahu harus bagaimana."Bunda?" gumam Linggar bingung, masih mencoba memahami keadaan Selena. Namun, Selena tak menjawab. Ia menutup wajahnya, menangis terisak-isak di dekat jendela. Tangisnya begitu dalam hingga membuat bibi yang semula tidur kembali terbangun."Nak Selena, kenapa? Mas?" tanya bibi, memandang Linggar dengan wajah khawatir. Linggar hanya menggelengkan kepala, tak tahu apa yang terjadi."Hiks... hiks... hiks..." Selena menangis dengan keras, sesenggukan, seakan seluruh beban di

    Last Updated : 2025-01-07
  • CALON TUMBAL   BAB 59

    Pagi itu, sekitar pukul tujuh, Rangga datang ke rumah Selena dengan wajah penuh kepanikan. Nafasnya terengah-engah, seolah telah berlari sejauh mungkin tanpa henti."Assalamu'alaikum!" sapanya terburu-buru, suaranya terdengar tergesa-gesa."Wa'alaikumussalam," jawab Selena dan Linggar serempak, keduanya saling melirik, bingung melihat Rangga yang tampak panik."Loh, Selena! Lehermu kenapa? Kok diperban?" tanyanya tanpa basa-basi, matanya melebar penuh kekhawatiran."Semalam ada tamu tak diundang nyusup ke rumah. Dia berhasil merasuki Bibi dan menyerangku. Tapi aku nggak apa-apa. Linggar sempat nolongin," jawab Selena santai, seolah kejadian itu bukan hal besar."Astaghfirullah, mereka bener-bener keterlaluan!" ujar Rangga, tangannya mengepal."Lalu, pagi-pagi begini kenapa kamu panik datang ke sini?" tanya Linggar sambil menatapnya tajam.Rangga menghela nafas panjang. "Astaghfirullah, hampir lupa! Selena, aku butuh bantuanmu. Tolong ibuku," ucapnya dengan nada penuh desakan."Bude? M

    Last Updated : 2025-01-09
  • CALON TUMBAL   BAB 60

    Selena dan Ustadz Sholeh akhirnya tiba kembali di rumah Rangga. Suara lantunan ayat-ayat suci terdengar dari dalam, suara Linggar yang sedang membaca Al-Qur'an dengan penuh konsentrasi. Namun, lantunan itu segera terhenti ketika Linggar menyadari kedatangan mereka."Assalamu’alaikum," salam Ustadz Sholeh dengan nada tegas."Wa’alaikumussalam, Ustadz," jawab Linggar cepat.Mata Ustadz Sholeh segera tertuju pada ibunya Rangga yang terbaring dengan tatapan kosong menembus langit-langit. Tubuhnya tampak kaku, tetapi auranya penuh dengan energi yang kelam dan meresahkan. Wajahnya kini menyerupai mayat hidup, jauh berbeda dari sosok keibuan yang seharusnya."Tadi ibunya Rangga sempat bangun dan mencoba menyerang," ujar Linggar dengan wajah serius. "Alhamdulillah, ikatannya tidak sampai lepas."Tiba-tiba, suara tawa kecil terdengar dari arah tempat tidur. Ibunya Rangga terkekeh perlahan, suaranya menyelinap seperti ancaman yang tak kasat mata. Matanya, yang tadi kosong, kini perlahan bergera

    Last Updated : 2025-01-12
  • CALON TUMBAL   BAB 61

    Selena, Rangga, Linggar, Ustadz Sholeh, dan ayah Rangga duduk dalam hening di ruang tamu. Ayah Rangga tampak seperti bayangan dirinya yang dulu wajahnya kosong, matanya redup, seperti seseorang yang telah kehilangan semangat hidup.Setelah mendengar semua ucapan Selena sebelumnya, hatinya yang gelap seperti menemukan seberkas cahaya. Kata-kata Selena menjadi cermin yang memantulkan kesalahannya. Kenapa dia harus menjadi penjahat, sementara orang lain hanya menebar kebencian dan iri hati?Namun, meskipun hatinya mulai terbuka, kenyataan pahit tetap menghantui. "Sudah terlambat," gumamnya berulang kali dalam pikiran. Perjanjiannya dengan siluman monyet telah berjalan. Uang yang melimpah dan kios-kios buah yang kini ia miliki adalah hasil dari kesepakatan terkutuk itu."Saya akan bantu semampu saya, Pak Warsono. Semoga Allah memberi jalan," ujar Ustadz Sholeh, suaranya penuh harapan."Selamatkan Bude, Pak Ustadz. Aku juga akan bantu sebisa mungkin," Selena menambahkan dengan nada tegas,

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 126

    Selena sedang membakar bungkusan yang diberikan oleh supirnya yang dikira itu diberikan oleh Rangga, Selena tidak membukanya sama sekali dia langsung membakarnya sambil membaca doa.Dan benda itu menghilang secara misterius setelah di bakar, yang diyakini itu adalah bungkusan benda berisi kiriman santet. Selena sekarang mencoba menghubungi Rangga.."Halo, Assalamu'alaikum, Ra." Ucap Selena ketika panggilan teleponnya terhubung dan dia sengaja meletakan dalam speaker handphonenya agar supirnya juga ikut mendengar suara Rangga."Wa'alaikumussalam, kenapa Sel?" Tanya Rangga, supir Selena terlihat mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rangga."Ra, tadi lu ke kampus gue?" Tanya Selena."Enggak, gue jenguk om Basuki abis gue kelar di bengkel, Sel. Lo udah sama om Basuki?" Sahut Rangga, supirnya terlihat menutup mulutnya."Gue mau ke rumah sakit jemput papa, tapi tadi katanya lo dateng kesini nganter kiriman." Ujar Selena, Rangga dalam panggilan itu terdengar kebingungan."Gue ngga kemana-

  • CALON TUMBAL   BAB 125

    Selena mengantar Linggar lebih dulu, dan sebelum Linggar masuk Selena memastikan lebih dulu agar tidak ada yang ikut dengan Linggar."Sel, lu nggak apa apa?" Tanya Linggar."Nggak apa-apa, udah biasa. Kalo mereka nyerang gue nggak apa apa, karena gue bisa tau, tapi kalo mereka nyerang lu dan orang-orang yang deket sama gue, gue baru khawatir." Ujar Selena sambil fokus menetralisirkan tubuh Linggar.Linggar yang mendengar itu merasa menjadi orang yang spesial karena Selena peduli padanya. Padahal Selena mengatakan itu bukan dengan maksud apapun, dia murni berkata demikian karena tidak mau orang lain yang dekat dengannya jadi terkena imbasnya."Udah, aman." Ujar Selena."Makasih, Sel." Ujar Linggar dan Selena tersenyum."Gue pulang, ya." Ujar Selena dan Linggar mengangguk."Ati-ati." Ujar Linggar."Siap." Sahut Selena, lalu masuk kembali kedalam mobil. Selena masih merasakan energi yang mengikutinya itu berada di mobil, yang berarti sejak tadi kiriman itu memang berada di mobil dan ikut

  • CALON TUMBAL   BAB 124

    Lalu akhirnya setelah pulang kuliah, Selena menepati janjinya pada ibunya Intan untuk menyampaikan maaf Intan pada kedua orang tuanya Roy. Sekaligus juga Roy ikut dan kini mereka sedang berada di rumah Roy, bersama Faaz, Doni dan Linggar.Kedua orang tua Roy saat ini sedang menangis, terutama ibunya yang menangis sampai terisak-isak setelah mengetahui kebenaran tentang kematian Roy. Ibunya Intan sampai bersimpuh di depan ibunya Roy dan meminta maaf atas nama Intan, Selena, Linggar, Faaz, Doni dan hantu Roy yang melihat itu juga ikut sedih."Roy.." Gumam ibunya Roy sambil terisak."Tante, aku mau ngasih tau kalo Roy masih penasaran di dunia. Dia masih berada di dunia dan sekarang dia ada didekat tante, di sebelah kanan tante." Ujar Selena, ibunya Roy menoleh ke kanan tapi tentu saja tidak ada siapapun."Roy mau pamit sama tante dan om, karena dia sudah tidak penasaran lagi. Alasan kematiannya bukan bunuh diri tapi karena diganggu yang ghaib." Ujar Selena lagi."Roy! Roy! Kamu dimana na

  • CALON TUMBAL   BAB 123

    Meski Selena sudah bilang bahwa jangan keluar rumah, tapi ayah Nicholas tetap saja pergi. Ayah Nicholas bilang pada bibi dia pergi bukan mau bekerja tapi menemui temannya, bibi pun mengangguk karena memang ayah Nicholas tidak membawa jubah dokternya.Ayah Nicholas pergi ke rumah sakit, tapi bukan untuk bekerja melainkan dia menemui teman dokternya yang kemarin memapahnya, seorang dokter ahli neurologi. Temannya itu tersenyum melihat kedatangan ayah Nicholas."Nah.. Akhirnya mau juga datang kemari, dok." Ujar teman ayah Nicholas, namanya dokter Jaya."Haha, iya. Dimarahin sama anak, nggak boleh kerja jadi saya nggak kerja hari ini. Karena nggak ada kegiatan jadi saya kesini untuk memeriksakan diri." Ujar ayah Nicholas."Emang mantranya anak perempuan tuh ampuh pokoknya, kalo nggak boleh ya nggak beneran, hahaha.." Dokter Jaya terkekeh."Jadi, tolong periksa saya dok." Ujar ayah Nicholas."Tentu dok, mari." Ujar dokter Jaya.Mereka sama-sama dokter profesional, dan mereka juga sama-sama

  • CALON TUMBAL   BAB 122

    Setelah Selena memastikan ayahnya sudah masuk kedalam kamarnya untuk istirahat, Selena pun kini kembali ke kamarnya sendiri dengan rasa bersalahnya. Selena tau rumah itu dipagari dan pagarnya juga sangat kuat, tapi Selena tidak terpikirkan bahwa semakin kuat pagar gaibnya maka semakin besar juga usaha yang dikerahkan ayah Nicholas.'Jangan khawatir Selena, aki bisa menjaga kamu dan rumah ini.’ Tiba-tiba suara aki muncul."Makasih aki, tapi aku tetep merasa bersalah sama papa." Ujar Selena."Aku akan belajar untuk memagari rumah ini sendirian, supaya nggak bikin papa capek." Ujar Selena.Selena akhirnya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dan ketika dia sedang mandi dia kembali teringat dengan sosok-sosok yang berada di rumah Pak Hasan yang menyambutnya dengan ramah.Sosoknya ada yang berupa binatang macan putih yang sangat besar bahkan lebih besar dari gajah, lalu ada yang seperti aki namun dalam versi lebih pendek sedikit, dan juga ada yang seperti manusia biasa na

  • CALON TUMBAL   BAB 121

    Selena berdiri di luar ruangan Intan setelah berhasil melepaskan susuk terakhir dari Intan, dan Intan akhirnya sudah berpulang.."Pada akhirnya, dia meninggal dengan menderita." Gumam Selena."Kita sampein maafnya ke keluarganya Roy besok, Roy juga masih belum bisa pergi kan?" Tanya Linggar, dan Selena mengangguk."Siapa tau setelah ini dia bisa pergi dengan damai." Ujar Linggar."Iya.." Ujar Selena.Ya, Roy.. Sebelum Intan meninggal, dia menyebut nama Roy. Dia mengakui dirinya juga membuat Roy kehilangan akal. Ibunya tidak tahu siapa Roy, tapi Selena memberi tahu bahwa Roy adalah kakak seniornya di kampus."Yuk, makan dulu. Kita ampe lupa makan dari siang." Ujar elang dan Selena kembali mengangguk.Pak Hasan sudah lebih dulu pergi untuk melebur semua susuk yang keluar dari tubuh Intan, ada sekitar 17 susuk yang ditempatkan di setiap titik mata memandang sehingga banyak pria yang tertarik melihat Intan karena banyaknya susuk yang terpasang.Intan dan Linggar kini sedang berada di rest

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

  • CALON TUMBAL   BAB 118

    Selena sudah bersama ibunya Intan, saat ini ibunya Intan sedang menangis tersedu-sedu karena kondisi Intan makin tidak normal. Ibunya Intan juga menceritakan pada Selena tentang kejadian kemarin saat ada belatung yang keluar dari kemaluan Intan, Selena dan Linggar sampai ngeri mendengarnya."Tiap malem dia selalu merintih kesakitan, minta ampun, minta tolong, tapi dia sama sekali nggak kebangun dan sadar. Tante ngaji, dia makin kesakitan. Tante nggak ngerti lagi harus gimana.." Ujar ibunya Intan."Kita ke rumah Faaz dulu ya, tan. Aku semalem udah ngomong sama orang tuanya. Abis itu aku kenalin tante sama temen papaku yang bantu nolongin Faaz waktu itu." Ujar Selena, dan ibunya Intan mengangguk."Iya nak, tante berharap ada yang bisa nolong Intan." Ujar ibunya Intan.Akhirnya Selena dan Linggar membawa ibunya Intan itu ke rumah orang tua Faaz, dimana di sana juga ada Faaz yang senang dengan kedatangan Selena. Selena salim dengan kedua orang tua Faaz dan kini mereka duduk di ruang tamu.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status