Share

Bab 5

Eric tak pernah meminta banyak hal pada Lusie. Ia hanya ingin Lusie menjalani hidupnya dengan benar. Seperti sekolah tepat waktu, tidak pulang terlambat,  dan pergi dengan orang yang mau menjaganya.

Hari ini Eric meminta sesuatu yang besar. Meskipun Lusie sangat menyukai Hero, tetapi menikah bukan lah suatu hal yang ia inginkan. Lusie bahkan tidak tahu apakah ia hanya suka atau kagum saja. 

Hero tidak banya berbicara. Sesekali ia hanya melirik Lusie lalu membuang muka. Semua itu terjadi terlalu singkat. Lusie tidak bisa mengelak, bahkan jika ia bisa. Eric terlalu lemah untuk ia bantah.

Seminggu setelah itu acara pernikah dibuka secara privat. Hanya beberapa keluarga besar saja yang datang. Minus Isabella sebab ia masih mengadakan tur luar negeri. Tentu saja jika ia sempat ia tak akan datang. Media akan berdatangan dan membuka kehidupan Isabella yang sesungguhnya.

Lusie masih diperbolehkan sekolah dengan berbagai diskusi panjang yang harus ia lewati. Tak ada satu pun temannya yang tahu, termasuk Farel dan Falery. Hanya beberapa petinggi sekolah saja yang datang. Mereka hadir karena orangtua Hero yang berpengaruh dalam donasi di sekolah.

Hero dengan jas hitam dan dasi putih menggandeng Lusie. Mereka berdiri di atas kursi megah usai mengucap ikrar sakral. Di hadapan para hadirin, Hero telah meresmikah Lusie sebagai istri sahnya.

Lusie menatap Eric dari kejauhan. Ayahnya memakai kursi roda dengan bantuan alat infus. Lusie berterimakasih pada Tuhan karena di hari pernikahnnya ia masih melihat Eric disana.

Pesta sederhana itu rampung di tengah malam. Lusie amat kelelahan setelah melewati berbagai rangkaian cara. Ia menyikap dahinya yang berkeringat. Entah berapa kali jepretan foto diambil. Lusie melenguhkan napas.

Lelah yang menerpa dirinya membuat Lusie langsung berbaring ke atas ranjang. Ia belum membersihkan diri. Gaun emasnya tersibak memenuhi kasur.  Bahkan beberapa kelopak bunga mawar menyingkir dengan sendirinya.

Krak. Ceklek. Pintu terbuka kemudian tertutup. Seseorang sudah menguncinya. Lusie tahu siapa yang datang dan ia berpura-pura menutup mata. 

“Jika kau ingin tidur disini, setidaknya bersihkan dirimu.”

Lusie. “…”

“Apakah aku perlu memandikan istriku di malam pertama?”

“Heh! Jangan coba-coba, ya!”

Hero mencebik. “Kau pikir aku serius? Dasar jorok!”

Lusie menggembungkan pipi. Belum pernah dalam hidupnya seseorang mengomentari dengan nada sedingin itu. Hero berjalan ke arah kamar mandi. Lusie masih berbaring di atas kasur dan segera bangun.

Lusie membuka pintu kamar mandi karena ia kesal dengan umpatan Hero. Namun, ia justru melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat dalam hidup. Lusie berteriak keras, begitu pula dengan Hero. 

Lusie menutup wajahnya. “Aaaaaa, sialan! Kenapa kau tidak memakai bajumu bodoh!”

“Dasar kurang ajar! Beraninya kau masuk tanpa seizinku!”

“Seharusnya kau mengunci pintu kamar mandi ini!”

Hero sadar jika ini adalah kamarnya. Ia sengaja tidak memasang kunci karena selama ini hanya ia yang ada di dalam ruangan itu. Kini Hero mengutuk keras dirinya karena tidak terlalu memperhatikan setiap sudut di kamar.

Hero mendorong Lusie pergi. Tangan Hero mengarah ke bahu Lusie. Namun karena keadaan lantai yang licin Hero justru tergelincir dan menarik Lusie ke dalam bak mandi bersamanya.

Lusie merasakan sesuatu yang basah mengecup bibirnya. Ia terperangah ketika membuka mata. Hero dengan matanya yang sayu tengah menyentuh Lusie. Tangan Hero mengukung tubuh Lusie dalam bak mandi.

“He-hero.”

“Diamlah, Lus.”

Hero membuka gaun Lusie dengan perlahan. Sontak tangan Lusie segera menutup area dadanya.

“Kau harus ingat jika aku ini masih sekolah!”

“Tapi kau sudah menjadi istriku."

Lusie bergetar ketika nada suara Hero berubah menjadi dalam. Apakah dengan masuknya Lusie dengan keadaan seperti ini sudah membuat Hero berubah? Lusie hendak pergi, tetapi Hero kembali menarik tangannya.

“Aku tidak akan melewatkan malam ini.”

Lusie terperangah ketika Hero membuka paksa gaunnya dan menyiram Lusie dengan air hangat dari shower. Hero membawa Lusie ke atas ranjang dengan keadaan telanjang. Keduanya bergemul di tengah malam. Meskipun Lusie awalnya menolak, tetapi ia menikmati setiap sentuhan Hero di dalam dirinya.

Lusie menahan napas ketika Hero benar-benar menanamkan kehidupan di dalam dirinya. Ia tersenyum lega melihat Hero menjatuhkan dirinya di atas dada Lusie. Malam ini, Hero benar-benar memiliki Lusie seutuhnya.

***

Lusie berlari di tengah gurun. Ia terjatuh dan memandang ke arah kerumunan dengan wajah penuh kemenangan yang tengah menatapnya remeh. Mereka menuding-nuding Lusie dan sesekali menarik rambut Lusie.

“Wanita pelacur selamanya akan menjadi pelacur!”

“Dasar wanita desa rendahan!”

“Matilah kau bangkai sialan!”

Lusie menarik napasnya dalam. Ia membuka mata dengan napas yang terdengar tak teratur. Lusie melirik sekeliling. Ini hanya sebuah mimpi. Ya, mimpi yang sama setiap ia mengalami mimpi buruk. 

Namun, seingat Lusie kejadian dengan Hero semalam sangat nyata. Ia menoleh ke samping, tak ada Hero di sebelahnya. Lusie menyibak selimut. Ia merona merah ketika melihat bercak darah dan dirinya yang tak berhelai benang satu pun.

Lusie manarik piyama putih dan menutupi dirinya yang telanjang. Lusie mengernyit ketika menemui sebuah kertas dengan pita merah ada di atas meja. Lusie hendak membuka kertas itu.

Lusie berjalan ke arah balkon. Barangkali Hero sedang mandi dan akan canggung rasanya ketika ia bertemu dan menatap wajah Hero setelah adegan panas semalam. Lusie merasa terkalahkan dengan pesona Hero.

Sayangku, Hero 

Terimakasih sudah rela menikahi gadis itu. Selamanya, aku akan tetap mencintaimu dalam keadaan apapun. Kau telah membuat keputusan yang tepat dengan kakek tua yang menyedihkan itu, Hero. Semoga kau menikmati hadiahku. Terimakasih untuk segalanya. Aku ingin kau selalu ingat akan cinta kita.

Salam manisku, Marina Solvert

Lusie menjatuhkan surat itu. Ia menutup mulutnya—membayangkan jika semalam ia hanyalah sebuah boneka yang dikendalikan tuannya. Lusie berlari ke arah kamar mandi. Ia tak menemui Hero di sana. Lusie bergegas mengganti baju dan segera turun ke bawah.

Lusie menemui Anea yang sedang sarapan pagi seorang diri dengan boneka beruang coklat di sebelah. Ia mendekati Anea dan bergabung di meja makan.

“Kemana semua orang, sayang?”

“Opa dan Oma sudah pergi. Apakah Papa tidak memberitahukannya pada Mama?”

Darah Lusie berdesir ketika Anea memanggilnya dengan sebutan Mama. Ia mengelus rambut Anea dan tersenyum. 

“Bagaimana dengan Papa?”

“Papa pergi dengan tante Marina.”

Deg! Lusie kini ingat siapa Marina. Segera Lusie mencoba menelpon Hero. Satu kali telponnya tidak diangkat. Untuk kedua kalinya, Hero mematikan telpon Lusie. Darah Lusie seakan menjadi mendidih. 

“Apakah Marina sering datang kemari?”

“Tidak juga. Anea belum pernah bertemu dengannya. Karena papa selalu melarang kami untuk bertemu.”

Lusie bergerak gelisah. Ia meninggalkan Anea dengan roti selai kacang dan boneka beruang coklat. Lusie berjalan ke arah teras dengan gaun putih dan rambut yang terurai. Seharusnya pagi ini ia masih harus berangkat ke sekolah. Masih ada waktu, tetapi Lusie ingin bertemu dengan Hero lebih dulu.

Bram. Mobil putih dengan sentuhan klasik masuk ke dalam pekarangan. Lusie melemaskan tangannya yang kaku. Ia menunggu seseorang keluar dari mobil itu. Seorang lelaki, dengan seragam putih dan topi khas pilot.

Dia Hero Louis. Ia berjalan santai dengan kacamata hitam menuju ke arah Lusie. Tak ingin lama menunggu, Lusie bergegas menghampiri Hero sambil menunjukkan surat dengan pita merah. Hero tidak bereaksi apapun.

“Katakan apa yang dimaksud di dalam surat ini, Hero!”

Hero melepas kacamata hitamnya. Matanya yang hitam dengan alis tebal menukik tajam. 

“Kau pikir aku rela menikahi gadis bodoh dan ceroboh sepertimu?”

Lusie menjatuhkan bahunya.

“Dengar Lusie, orangtuaku selalu menuntut ibu untu Anea. Sementara kekasihku seorang model yang tidak bisa kunikahi sekarang karena profesinya. Kemudian, ayahmu memohon-mohon agar aku menikahimu. Ku pikir, semua kebenaran ini bisa kau terima dengan mudah.”

“Apa?!  Lantas, apa yang kau lakukan semalam denganku, brengsek!”

“Aku pria dewasa yang sudah memiliki anak dan kau gadis muda yang masih sangat lugu. Awalnya aku pikir aku tak mungkin tergoda dengan tubuhmu. Namun  kau datang menyerahkan diri. Bagaimana aku bisa menolak?”

Lusie menahan gemuruh di dadanya. Ia menarik napas dalam-dalam, lantas memeluk Hero dengan erat. Lusie meletakkan kepalanya di dada Hero. Ada suara degup jantung yang kencang berdetak.

“Jika kau tidak mencintaiku, setidaknya perlakukan aku dan keluargaku dengan baik.”

Lusie mengendurkan tangan. Ia tersenyum simpul, menarik tangan Hero ke dalam rumah. Anea berlari menerjang kaki Lusie. Ia sudah memakai seragam sekolah. Kecantikan Anea benar-benar membuat Lusie gemas.

Ketika Lusie sibuk membawa Anea ke dalam kamar, Hero termenung di tempat. Ia tidak tahu mengapa Lusie tidak melanjutkan amarahnya. Ia bertindak seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.

“Hero, aku akan menyusul setelah bersiap dengan seragamku.”

Suara Lusie bergema. Ia turun sepuluh menit kemudian dengan seragam sekolah bersama Anea yang dituntun. Lusie duduk di sebelah Hero yang masih belum menyentuh makanannya.

“Mama, hari ini papa harus bekerja lagi, ya?”

Lusie menyelipkan rambut Anea. “Ehm, sepertinya. Tidak apa, kan ada mama di rumah.”

“Dan ada teddy juga!”

Anea memamerkan boneka beruangan coklat miliknya kepada Lusie. Hero mencebik melihat Lusie yang mudah beradaptasi. Ia menyentuh rotinya, tetapi urung ia makan setelah ponselnya berdering. Nama Mariana terpampang jelas disana.

Slap. Lusie merebut ponsel Hero dan berbicara dengan Mariana.

“Maaf, suamiku sedang sibuk dengan keluarganya. Jika kau ada perlu, silakan datang ke rumah dan mari bertemu.”

Tit. Lusie meletakkan ponsel Hero dan kembali bermain dengan Anea. Hero menatap Lusie, bukan sebuah tatapan tajam yang hendak menerkam. Melainkan sesuatu yang belum pernah ia rasakan semenjak ia duduk di bangku SMA tempo dulu dan mendapatkan Anea sebagai gadis kecilnya yang polos. Tatapan keraguan diantara benci dan menerima kehadiran sosok baru dalam hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status