แชร์

CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA
CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA
ผู้แต่ง: Zainuri

BAB 1 PERTEMUAN TAK TERDUGA

ผู้เขียน: Zainuri
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-21 22:24:15

Langit kota Jakarta masih muram, meski waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Hujan semalam meninggalkan aroma tanah basah yang bercampur dengan bau aspal. Di tengah keramaian terminal kecil, seorang gadis sederhana bernama Alya berdiri dengan tas kain di pundaknya, menatap jadwal bus yang terus berubah di layar tua.

Ia baru saja menyelesaikan shift malamnya sebagai penjaga toko roti 24 jam, dan kini hendak pulang ke kontrakannya yang kecil di gang sempit pinggiran kota. Bajunya sederhana, rambutnya diikat seadanya, dan wajahnya polos tanpa riasan. Tapi ada yang berbeda dari Alya ketulusan dalam sorot matanya begitu nyata.

Sementara itu, hanya beberapa kilometer dari sana, sebuah mobil mewah berwarna hitam mengerem mendadak.

"Rey, kamu nggak bisa terus kabur dari rapat penting kayak gini!" teriak Davin, asistennya, dari kursi penumpang.

Rey Adrian, pria 30-an dengan jas rapi dan tatapan tajam, hanya menghela napas. "Aku cuma mau jalan sebentar. Cari udara. Semua orang di kantor terlalu... palsu."

Sebelum Davin bisa membalas, Rey turun dari mobil dan berjalan ke arah jalan kecil yang tak biasa ia lalui, Sepatu mahalnya menyentuh genangan air, tapi ia tak peduli. Sesuatu menariknya ke sana sesuatu yang bahkan ia sendiri tak bisa jelaskan,Dan di situlah ia melihatnya.

Alya. Berdiri di pinggir jalan, kesulitan membuka payung rusaknya, Hujan kembali turun.Rey mematung.

Gadis itu tampak begitu nyata dan mempesona tak seperti wanita-wanita glamor yang biasanya mengelilinginya, Tanpa sadar, ia berjalan mendekat dan menawarkan payungnya.

"Maaf, kamu butuh ini?" tanyanya pelan.

Alya menoleh cepat. Tatapan mereka bertemu. Dan entah kenapa, jantung Rey berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Eh? Oh... nggak usah, aku terbiasa begini kok," jawab Alya,dengan senyum kecilnya

Tapi Rey tak menyerah. "Bukan soal biasa atau nggak nya, Kamu bisa sakit, ini Ambil saja."

Alya memandang pria itu dengan heran, Siapa orang ini?dia bertanya dalam hati, Penampilannya seperti eksekutif dari film-film luar negeri.

"Kalau kamu kasih aku payung, terus kamu kehujanan dong," balas Alya.

Rey mengangkat alis, lalu tersenyum kecil, langka sekali terjadi. "Mungkin aku memang butuh sedikit kehujanan hari ini." Ujarnya kepada Alya.

Dan untuk pertama kalinya, sang CEO yang biasa memerintah dunia bisnis… merasa ditolak secara lembut oleh seorang gadis biasa, Dia merasa ada yang aneh pada gadis itu.

Gedung tinggi milik Adrian Group menjulang seperti istana kaca, Setiap sudutnya dipenuhi orang-orang ambisius dengan jas mahal dan sepatu mengilap, Di puncaknya, di lantai 42, duduk seorang pria yang selalu membuat jantung para wanita berdetak lebih cepat, Rey Adrian.

CEO muda itu sedang menandatangani berkas, wajahnya datar, nyaris membosankan, Tapi di balik ketenangan itu, Rey memiliki reputasi yang menggemparkan.

"Bukan cuma tampan dan kaya, Rey itu calon suami impian!" bisik Nadine, putri dari CEO perusahaan tambang terbesar, kepada temannya sambil berdiri di lobi Adrian Group.

"Dan dia masih single," timpal Mira, anak dari pemilik jaringan rumah sakit swasta.

Sejak dulu, Rey memang menjadi incaran banyak wanita. Entah itu model, sosialita, hingga anak-anak CEO ternama, Tapi Rey selalu tak tersentuh. Ia menerima makan malam, menerima undangan gala, tapi tak satu pun dari mereka bisa mendekati hatinya.

"Aku yakin tinggal sedikit lagi, Rey pasti pilih aku," kata Nadine penuh percaya diri. "Mama bahkan udah kasih kode ke ibunya Rey."

Tapi yang mereka tidak tahu, hati Rey justru sedang diganggu oleh sosok yang bahkan tidak tahu siapa dia.

Di ruangannya yang mewah, Rey menatap layar laptop… tapi pikirannya terbang pada gadis sederhana di terminal kemarin, yaitu Alya.

Ia bahkan belum tahu nama lengkapnya, Tapi cara gadis itu menolaknya tanpa rasa minder sedikitpun dan terlihat kepolosannya, justru membuat Rey terdiam. Sesuatu dalam dirinya terasa asing, mengganggu, tapi membuat dirinya menyenangkan.

"Bos." Davin masuk membawa berkas. "Besok kamu harus datang ke pesta ulang tahun anaknya CEO Mahendra. Nadine bakal tampil, katanya dia mau kasih kejutan."

Rey mengangkat kepala. "Aku nggak tertarik."

"Bos… semua CEO besar bakal hadir, Ini bagian dari diplomasi bisnis."

Rey hanya menatap jendela. “Aku bosan lihat berlian palsu, Aku lagi penasaran sama bunga liar.”

Davin mengerutkan kening. "Bunga liar?...."

"Aku bertemu dengan seorang gadis di terminal bus, aku tidak tahu dia siapa… dan itu menyegarkan pandangan mataku walaupun cuman sesederhana itu"ujarnya,

Davin nyaris menjatuhkan berkasnya

"Kamu naksir gadis terminal?...."

Rey tersenyum samar, itu pun jarang terjadi.

"Mungkin..iya"

Sementara itu, di sisi lain kota, Alya duduk di warung kopi kecil, membuka buku catatannya. Ia sedang menghitung pengeluaran untuk bulan depan kontrakan, uang kuliah adiknya, dan cicilan motor.

Hidup sederhana, tapi damai, Ia bahkan tak menyadari bahwa seorang CEO papan atas sedang memikirkan senyum ringannya.

Namun dunia Rey dan dunia Alya bagai langit dan bumi, yang sangat jauh berbeda,

Dan ketika dunia itu akhirnya bertabrakan, akan ada luka, cinta… dan pilihan.

Sedangkan di sisi lain alya tidak cocok dengan pekerjaannya disamping dia kerja mencari lowongan kerjaan lain.

Rumah kontrakan Alya terletak di sebuah gang kecil di daerah Cipinang, Bangunannya tua, berdinding kayu lapuk dengan atap seng yang mulai berkarat. Tapi bagi Alya dan ibunya, itu sudah cukup asal bisa berlindung dari terik panas dan hujan.

Pagi itu, Alya baru selesai mencuci pakaian di ember. Tangannya dingin, bajunya sedikit basah, tapi senyumnya tetap ada saat ia memanggil ibunya dari dapur kecil.

"Bu, mau aku beliin nasi uduk atau bikin sendiri aja?" tanya Alya sambil mengeringkan tangannya.

Bu Rahma adalah ibu alya, wanita paruh baya dengan wajah lembut yang mulai keriput, hanya tersenyum. "Bikin aja, sayang. Kita irit dulu. Bulan ini banyak tagihan listrik dan air naik, kan..?"

Alya mengangguk pelan, hatinya sedikit perih. Ia tahu ibunya berusaha kuat, tapi kesehatan Bu Rahma mulai menurun. Sejak stroke ringan dua tahun lalu, ibunya tak bisa bekerja lagi.

Setelah sarapan seadanya, Alya mengenakan kerudung polos dan membawa map plastik berisi fotokopi ijazah dan CV sederhana. Ia mencium tangan ibunya.

"Doain ya, Bu. Aku mau keliling hari ini. Kali aja Alfamart deket sini buka lowongan. Katanya sih. gampang masuk kalau bawa lamaran langsung."

Bu Rahma memeluk Alya sebentar. "Ibu selalu doain. Kamu gadis kuat. Suatu hari, rezekimu pasti datang."

Di sisi lain kota, Rey Adrian sedang duduk di mobil mewahnya, melintas di jalanan yang tak biasa ia lewati lagi.

"Apa kamu serius nyari gadis itu?" tanya Davin dari kursi depan.

"Aku nggak bisa berhenti mikirin dia," jawab Rey datar, tapi nadanya jujur. "Senyumnya… caranya menatap aku seolah aku orang biasa, Rasanya aneh."

"Kamu nggak tahu nama dia, alamat, pekerjaannya… saja saja kita nyari dia tuh kayak nyari jarum di tumpukan jerami bos,"

Rey menatap jendela. "Maka aku akan balik ke tempat pertama kali aku lihat dia."

Dan benar saja, mobil itu berhenti di terminal tua tempat mereka bertemu. Rey turun, berdiri di antara orang-orang yang sibuk dengan urusan harian mereka.

Tak ada tanda-tanda Alya. Tapi Rey bersumpah, jika takdir mempertemukan mereka sekali lagi, ia tidak akan melepasnya.

Alya berjalan kaki hampir tiga kilometer, menyusuri deretan toko dan minimarket. Ia masuk ke beberapa Alfamart dan Indomaret, menanyakan lowongan.

"Maaf, kami lagi nggak buka penerimaan karyawan," jawab salah satu penjaga.

Alya tersenyum sopan, meski kecewa. "Baik, terima kasih, Kak."

Ia keluar dari toko, menunduk, menatap map di tangannya yang mulai lecek karena keringat.

“Ya Allah… mudah-mudahan ada yang nerima hari ini,” bisiknya lirih.

Namun tanpa ia sadari, tak jauh dari sana, Rey masih berjalan. Langkah mereka hampir bersilangan… tinggal satu tikungan lagi. Dan ketika dunia dua insan yang begitu berbeda ini bertemu lagi… akankah mereka saling mengenal?..

"Terkadang, pertemuan yang tak dianggap bisa jadi penghalang, Bukan karena takdir menolak,

Tapi karena hati belum siap menerima makna sesungguhnya.

Kita saling pandang, tapi tak benar-benar melihat.

Saling dekat, tapi jauh di dalam makna, Mungkin bukan salah pertemuan,Hanya waktunya belum berpihak."

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 13 PASTA BESAR CEO

    Dua hari sebelum pesta besar sesama CEO, Rey mengirim pesan kepada Alya.“Alya, aku ada undangan pesta CEO besar. Aku ingin kamu ikut bersamaku. Aku akan kirim sopir untuk menjemputmu nanti malam.”Alya membaca pesan itu berulang kali, hatinya campur aduk. Ia bingung, bagaimana harus menyiapkan diri? Pakaian apa yang pantas dipakai ke pesta mewah seperti itu? Pikirannya langsung melayang ke lemari kecilnya yang berisi baju-baju sederhana.Malam itu, Alya pulang ke rumah dan duduk di ruang tamu bersama ibunya. Ia menceritakan undangan pesta dari Rey dan kebingungannya soal gaun.Ibu Alya tersenyum lembut lalu membuka lemari tua. “Ini, Nak. Dulu ibu pakai baju ini saat pergi ke pesta. Mungkin sekarang sudah tidak seindah dulu, tapi masih layak dipakai. Baju ini mahal, hadiah dari almarhum ayahmu waktu masih hidup.”Alya terkejut sekaligus tersentuh. Dengan hati-hati, ia mengeluarkan gaun itu dari plastik pelindung. Gaun berwarna biru tua dengan aksen renda halus dan payet kecil berkilau

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 12

    Pagi itu, suasana kantor HDR seperti biasa—ramai namun tertib. Alya yang sudah berniat kuat untuk bertahan, kini mulai bekerja dengan lebih fokus. Ia tidak ingin mengecewakan Rey. Dan diam-diam, ia pun ingin membuktikan pada semua orang bahwa ia memang layak berada di sana.Sampai akhirnya, saat baru saja selesai merapikan dokumen, Mbak Dita menghampiri dengan senyum khasnya.“Alya, Pak Rey manggil kamu ke ruang meeting lantai tiga. Ada proyek baru katanya.”Alya menelan ludah. “Aku?”“Iya, kamu. Katanya penting.”Dengan langkah yang agak gugup, Alya menuju ruangan meeting. Sesampainya di sana, Rey sudah duduk, ditemani dua manajer senior dan beberapa karyawan lainnya. Ketika Alya masuk, mata Rey langsung menangkap kehadirannya. Tatapan itu… seperti biasa, hangat dan menusuk kalbu.“Silakan duduk, Alya,” ucap Rey tenang.Alya duduk, menunduk sopan. Ia masih sulit menatap pria itu terlalu lama. Apalagi hari ini Rey memakai jas abu muda dengan dasi gelap yang membuat ketampanannya semak

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    bab 11 INGIN MUNDUR TAPI HATI MENOLAK

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak Alya resmi menjadi staf administrasi di HDR Corp. Tugas-tugas yang diberikan kepadanya memang ringan, namun setiap kali dia berhasil menyelesaikannya, senyum puas selalu tersungging di wajahnya.Namun, hari ini berbeda.Sejak pagi, suasana kantor terasa aneh. Alya merasa banyak mata memperhatikannya—bukan tatapan biasa, melainkan tatapan yang menyelidik, seolah ia menyimpan rahasia besar. Di lorong, bisik-bisik terdengar pelan namun cukup jelas.> “Itu dia, si anak baru yang katanya dekat sama Pak Rey.”> “Kemarin makan siang bareng CEO loh... di pantry lagi!”> “Cantik sih, tapi masa iya? CEO kita tuh pilihannya nggak main-main biasanya.”Alya menunduk. Telapak tangannya dingin. Ia pura-pura sibuk di depan layar monitor. Tapi hatinya bergemuruh.Ia tahu Rey sosok yang sangat dikagumi. Setiap langkah Rey selalu diperhatikan. Bahkan pilihan dasinya bisa dibahas satu divisi. Maka ketika Rey terlihat akrab dengannya—seorang gadis biasa—wajar bila kant

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 10 KEGILAAN

    Setelah seharian bekerja dan... bertemu kembali dengan Alya ,si gadis toko buku yang kini resmi jadi karyawan kantornya, Rey merasa dadanya penuh rasa aneh yang sulit dijelaskan.Ia menaruh jasnya ke sandaran kursi, melepas dasi, lalu duduk di tepi ranjang.Wajah polos Alya muncul begitu saja di benaknya. Terbayang ekspresi kaget Alya saat menyadari siapa dirinya, lalu kalimat yang keluar dari mulut gadis itu dengan cepat dan bawel:“Ini Rey, kan ya? Kan yang suka beli buku itu ya?”Rey tertawa kecil. Tawanya pelan, tapi tulus. Tak pernah sebelumnya seorang wanita bisa membuatnya tertawa seperti ini, bahkan setelah seharian bekerja keras.“Lucu banget…” gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.Kemudian ia tertawa lagi, kali ini lebih lepas.Namun setelah tertawa, Rey terdiam. Ia meraih bantal, menyandarkan punggung ke kepala ranjang, lalu menatap kosong ke arah jendela.“Rey…” bisiknya pada diri sendiri, “…kamu gila, kah?”Ia mengusap wajahnya.“Gara-gara gadis bawel polos itu, k

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 9 ES CAMPUR DAN SENYUMAN

    Pagi itu, sinar matahari baru saja menembus jendela kamar Alya saat ponselnya berdering. Dengan jantung berdebar, ia meraih ponsel di atas meja kecilnya. “Hallo… selamat pagi. Ini dari HRD R Corporation. Kami ingin mengundang Alya untuk wawancara kerja besok pukul 10 pagi,” suara lembut dari seberang telepon membuat mata Alya membelalak. “A-apa? Saya… saya dipanggil?” tanyanya gugup, nyaris tak percaya. “Benar. Silakan hadir tepat waktu, ya.” “Baik! Terima kasih banyak!” Setelah panggilan itu berakhir, Alya menatap langit-langit kamarnya dengan bibir yang perlahan-lahan tersenyum. Ia langsung memeluk ibunya dengan semangat. “Bu! Alhamdulillah, Alya dipanggil wawancara!” Ibunya tersenyum penuh haru dan mencium kening Alya. “Doa ibu selalu bersamamu, Nak.” Alya bersujud syukur terhadap Tuhannya dengan hati senang bahagia dan berkata " terima kasih ya Allah " Keesokan harinya, dengan pakaian paling rapi yang ia miliki, Alya berjalan menuju halte. Di tengah jalan, panas mulai

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 8 NAMA YANG MENYALA DI HATI

    Sudah dua hari sejak Alya menyerahkan lamaran kerja ke gedung megah itu. Hari-harinya diisi dengan menatap layar ponsel, menunggu panggilan. Setiap notifikasi membuat jantungnya berdegup lebih cepat namun selalu berakhir kecewa. Di malam hari, Alya duduk di samping ibunya, memandangi langit-langit kamar yang sederhana. Tangannya menggenggam tasbih kecil pemberian almarhum ayahnya. Dengan suara lirih, ia berdoa, “Ya Allah… jika memang bukan di sana rezekiku, tolong beri aku petunjuk ke tempat lain. Aku hanya ingin bantu Ibu…” Sementara itu, di lantai 17 gedung R Corporation, HRD tengah menyeleksi ratusan lamaran. Salah satu staf, Mbak Dita, membuka berkas milik Alya dan mengernyit pelan. “Ini gadis cantik bngets, tapi pengalaman kayak minim sekali, sepertinya nggak cocok untuk jadi resepsionis perusahaan besar seperti ini,” gumamnya. Ia lalu meletakkan map itu di tumpukan pending review. Pagi harinya, Alya menerima telepon singkat Alya sudah merasa senang dengan harapan dan keyak

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status