Home / Romansa / CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA / BAB 2 BERLIAN DALAM KACA

Share

BAB 2 BERLIAN DALAM KACA

Author: Zainuri
last update Last Updated: 2025-05-21 22:49:17

Lampu kristal menggantung megah di ballroom Hotel ardelia, hotel bintang lima yang biasa menjadi tempat pertemuan para pemilik kekuasaan dan kekayaan,Malam itu, pesta ulang tahun Nadine Mahendra, putri CEO Mahendra Group, berlangsung mewah dan gemerlap, Deretan tamu penting berdatangan, mengenakan gaun terbaik dan jas berkelas,Para wartawan berdiri di depan karpet merah, memotret tamu-tamu papan atas. Namun semua perhatian tertuju pada satu pria saat ia melangkah masuk.

"Rey Adrian".

Dengan jas hitam klasik dan sikap dingin khasnya, Rey membuat ruangan terasa lebih tenang hanya dengan kehadirannya.

Beberapa wanita muda langsung membenarkan gaun dan lipstik mereka,Senyum mereka dibuat seindah mungkin semua demi menarik perhatian pria idaman seantero kota itu.

"Aku yakin malam ini dia akan memilihku," gumam Vanya, anak dari pemilik perusahaan properti besar, sambil menatap Rey.

"Ngimpi.Nadine yang punya panggung malam ini,Dan dia jelas suka Rey," sahut Mira, yang tak kalah cantik dengan gaun emasnya.

Rey melangkah tenang, menyapa para pebisnis penting, sesekali mengangguk sopan,Tapi ekspresinya tetap dingin, Ia tidak tertarik pada pesta,Tidak tertarik pada kemewahan atau gaun-gaun terbuka yang berusaha mencuri perhatiannya.

Matanya, pikirannya… masih terjebak pada senyum polos seorang gadis sederhana di terminal bus.

"Rey!" Nadine muncul di hadapan Rey dengan gaun merah yang ketat dan mencolok,Ia tersenyum penuh percaya diri. "Thanks udah datang,Aku tahu kamu paling benci pesta, tapi kamu datang buat aku. Itu spesial."

Rey hanya tersenyum tipis. "Ini penting untuk hubungan bisnis, kan?"

Nadine mendekat, terlalu dekat. "Kamu tahu, Rey. Kalau kamu mau…? kita bisa lebih dari sekadar mitra bisnis."

Beberapa tamu menoleh. Nadine tak malu-malu menyentuh lengan Rey, seolah ingin menunjukkan bahwa ia lah satu-satunya gadis yang cocok untuk pria itu.

Tapi Rey dengan sopan menarik tangannya.

"Aku lebih suka hubungan yang tidak dipaksakan, Nadine."

Wajah Nadine menegang, tapi ia cepat menutupi dengan tawa kecil. "Masih sulit ditaklukkan ya? Kamu tahu kamu nggak bisa sendiri terus."

Rey tidak menjawab. Ia melangkah ke arah balkon, meninggalkan keramaian pesta.

Di luar, ia menatap langit malam Jakarta. Gemerlap lampu kota tak bisa mengalihkan pikirannya dari bayangan seorang gadis berwajah lelah namun tulus, yang bahkan tak tahu siapa dirinya.

"Semua yang di sini… terlalu sempurna, terlalu terencana. Tapi dia… dia nyata," gumamnya.

Davin mendekat dari belakang. "Kamu tahu, Rey. Kamu bisa punya semua wanita di ruangan ini. Tapi kamu malah mikirin seorang gadis yang bahkan mungkin nggak tahu kamu CEO siapa."

Rey menoleh dengan mata yang dalam. "Itu justru yang bikin aku ingin mengenalnya lebih dalam."

"Jadi, kamu serius?"

Rey mengangguk. "Aku akan cari dia. Sampai ketemu."

Dan di saat yang sama, di kamar kontrakannya yang sempit, Alya tengah mengganti kain hangat di dahi ibunya yang demam.

Dunia mereka begitu berbeda. Tapi satu hal pasti semesta diam-diam mulai menyusun jalan untuk mempertemukan mereka lagi.

Apartemen penthouse milik Rey di pusat kota berdiri megah, dikelilingi jendela kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta yang masih menyala walau malam sudah larut.

Namun di dalam kamar, suasana begitu hening. Hanya suara detik jam dinding yang menemani Rey yang tengah berbaring di ranjang king size nya.

Ia menatap langit-langit dengan mata terbuka. Biasanya, Rey mudah tertidur setelah hari yang melelahkan. Tapi malam ini berbeda. Ada sesuatu… atau lebih tepatnya, seseorang… yang tak bisa ia lupakan.Gadis itu.

Rey memejamkan matanya, dan seketika wajah polos Alya terbayang begitu jelas. Senyum malu-malu itu, mata bening penuh ketulusan, dan suara lembutnya saat berbicara, meski hanya sekilas.

“Kenapa wajahmu masih muncul di pikiranku?” bisik Rey lirih dalam kegelapan.

Ia mengingat puluhan wajah gadis yang pernah mengelilinginya. Cantik, anggun, berpakaian mewah, berdandan sempurna. Mereka semua tahu siapa dia, tahu hartanya, tahu nama besar keluarganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 13 PASTA BESAR CEO

    Dua hari sebelum pesta besar sesama CEO, Rey mengirim pesan kepada Alya.“Alya, aku ada undangan pesta CEO besar. Aku ingin kamu ikut bersamaku. Aku akan kirim sopir untuk menjemputmu nanti malam.”Alya membaca pesan itu berulang kali, hatinya campur aduk. Ia bingung, bagaimana harus menyiapkan diri? Pakaian apa yang pantas dipakai ke pesta mewah seperti itu? Pikirannya langsung melayang ke lemari kecilnya yang berisi baju-baju sederhana.Malam itu, Alya pulang ke rumah dan duduk di ruang tamu bersama ibunya. Ia menceritakan undangan pesta dari Rey dan kebingungannya soal gaun.Ibu Alya tersenyum lembut lalu membuka lemari tua. “Ini, Nak. Dulu ibu pakai baju ini saat pergi ke pesta. Mungkin sekarang sudah tidak seindah dulu, tapi masih layak dipakai. Baju ini mahal, hadiah dari almarhum ayahmu waktu masih hidup.”Alya terkejut sekaligus tersentuh. Dengan hati-hati, ia mengeluarkan gaun itu dari plastik pelindung. Gaun berwarna biru tua dengan aksen renda halus dan payet kecil berkilau

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 12

    Pagi itu, suasana kantor HDR seperti biasa—ramai namun tertib. Alya yang sudah berniat kuat untuk bertahan, kini mulai bekerja dengan lebih fokus. Ia tidak ingin mengecewakan Rey. Dan diam-diam, ia pun ingin membuktikan pada semua orang bahwa ia memang layak berada di sana.Sampai akhirnya, saat baru saja selesai merapikan dokumen, Mbak Dita menghampiri dengan senyum khasnya.“Alya, Pak Rey manggil kamu ke ruang meeting lantai tiga. Ada proyek baru katanya.”Alya menelan ludah. “Aku?”“Iya, kamu. Katanya penting.”Dengan langkah yang agak gugup, Alya menuju ruangan meeting. Sesampainya di sana, Rey sudah duduk, ditemani dua manajer senior dan beberapa karyawan lainnya. Ketika Alya masuk, mata Rey langsung menangkap kehadirannya. Tatapan itu… seperti biasa, hangat dan menusuk kalbu.“Silakan duduk, Alya,” ucap Rey tenang.Alya duduk, menunduk sopan. Ia masih sulit menatap pria itu terlalu lama. Apalagi hari ini Rey memakai jas abu muda dengan dasi gelap yang membuat ketampanannya semak

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    bab 11 INGIN MUNDUR TAPI HATI MENOLAK

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak Alya resmi menjadi staf administrasi di HDR Corp. Tugas-tugas yang diberikan kepadanya memang ringan, namun setiap kali dia berhasil menyelesaikannya, senyum puas selalu tersungging di wajahnya.Namun, hari ini berbeda.Sejak pagi, suasana kantor terasa aneh. Alya merasa banyak mata memperhatikannya—bukan tatapan biasa, melainkan tatapan yang menyelidik, seolah ia menyimpan rahasia besar. Di lorong, bisik-bisik terdengar pelan namun cukup jelas.> “Itu dia, si anak baru yang katanya dekat sama Pak Rey.”> “Kemarin makan siang bareng CEO loh... di pantry lagi!”> “Cantik sih, tapi masa iya? CEO kita tuh pilihannya nggak main-main biasanya.”Alya menunduk. Telapak tangannya dingin. Ia pura-pura sibuk di depan layar monitor. Tapi hatinya bergemuruh.Ia tahu Rey sosok yang sangat dikagumi. Setiap langkah Rey selalu diperhatikan. Bahkan pilihan dasinya bisa dibahas satu divisi. Maka ketika Rey terlihat akrab dengannya—seorang gadis biasa—wajar bila kant

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 10 KEGILAAN

    Setelah seharian bekerja dan... bertemu kembali dengan Alya ,si gadis toko buku yang kini resmi jadi karyawan kantornya, Rey merasa dadanya penuh rasa aneh yang sulit dijelaskan.Ia menaruh jasnya ke sandaran kursi, melepas dasi, lalu duduk di tepi ranjang.Wajah polos Alya muncul begitu saja di benaknya. Terbayang ekspresi kaget Alya saat menyadari siapa dirinya, lalu kalimat yang keluar dari mulut gadis itu dengan cepat dan bawel:“Ini Rey, kan ya? Kan yang suka beli buku itu ya?”Rey tertawa kecil. Tawanya pelan, tapi tulus. Tak pernah sebelumnya seorang wanita bisa membuatnya tertawa seperti ini, bahkan setelah seharian bekerja keras.“Lucu banget…” gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.Kemudian ia tertawa lagi, kali ini lebih lepas.Namun setelah tertawa, Rey terdiam. Ia meraih bantal, menyandarkan punggung ke kepala ranjang, lalu menatap kosong ke arah jendela.“Rey…” bisiknya pada diri sendiri, “…kamu gila, kah?”Ia mengusap wajahnya.“Gara-gara gadis bawel polos itu, k

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 9 ES CAMPUR DAN SENYUMAN

    Pagi itu, sinar matahari baru saja menembus jendela kamar Alya saat ponselnya berdering. Dengan jantung berdebar, ia meraih ponsel di atas meja kecilnya. “Hallo… selamat pagi. Ini dari HRD R Corporation. Kami ingin mengundang Alya untuk wawancara kerja besok pukul 10 pagi,” suara lembut dari seberang telepon membuat mata Alya membelalak. “A-apa? Saya… saya dipanggil?” tanyanya gugup, nyaris tak percaya. “Benar. Silakan hadir tepat waktu, ya.” “Baik! Terima kasih banyak!” Setelah panggilan itu berakhir, Alya menatap langit-langit kamarnya dengan bibir yang perlahan-lahan tersenyum. Ia langsung memeluk ibunya dengan semangat. “Bu! Alhamdulillah, Alya dipanggil wawancara!” Ibunya tersenyum penuh haru dan mencium kening Alya. “Doa ibu selalu bersamamu, Nak.” Alya bersujud syukur terhadap Tuhannya dengan hati senang bahagia dan berkata " terima kasih ya Allah " Keesokan harinya, dengan pakaian paling rapi yang ia miliki, Alya berjalan menuju halte. Di tengah jalan, panas mulai

  • CEO BERLUTUT PADA GADIS SEDERHANA    BAB 8 NAMA YANG MENYALA DI HATI

    Sudah dua hari sejak Alya menyerahkan lamaran kerja ke gedung megah itu. Hari-harinya diisi dengan menatap layar ponsel, menunggu panggilan. Setiap notifikasi membuat jantungnya berdegup lebih cepat namun selalu berakhir kecewa. Di malam hari, Alya duduk di samping ibunya, memandangi langit-langit kamar yang sederhana. Tangannya menggenggam tasbih kecil pemberian almarhum ayahnya. Dengan suara lirih, ia berdoa, “Ya Allah… jika memang bukan di sana rezekiku, tolong beri aku petunjuk ke tempat lain. Aku hanya ingin bantu Ibu…” Sementara itu, di lantai 17 gedung R Corporation, HRD tengah menyeleksi ratusan lamaran. Salah satu staf, Mbak Dita, membuka berkas milik Alya dan mengernyit pelan. “Ini gadis cantik bngets, tapi pengalaman kayak minim sekali, sepertinya nggak cocok untuk jadi resepsionis perusahaan besar seperti ini,” gumamnya. Ia lalu meletakkan map itu di tumpukan pending review. Pagi harinya, Alya menerima telepon singkat Alya sudah merasa senang dengan harapan dan keyak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status