Home / Romansa / CEO Baru Itu Mantan Rivalku / CEO Yang Terbakar Api Sendiri

Share

CEO Yang Terbakar Api Sendiri

Author: Moon_L03
last update Last Updated: 2025-06-04 22:18:43
Begitu suara pintu tertutup rapat, Seon Woo membuka sebelah matanya perlahan.

Sunyi.

Ia mengintip ke arah pintu, memastikan Ji An benar-benar pergi. Setelah yakin tidak ada suara langkah kaki atau napas penuh kekesalan dari arah dapur, ia menghela napas lega dan… duduk tegak.

Tidak, ia tidak mabuk.

Seon Woo menyandarkan punggungnya ke sofa, lalu memutar lehernya pelan.

“Toleransi alkoholku masih oke, ternyata,” gumamnya lirih sambil memijat perutnya yang sedikit nyeri. “Tapi tendangannya juga masih tetap berbahaya. Apa dia latihan MMA sekarang?”

Ia memicingkan mata ke arah gelas yang masih berisi setengah di meja. Sebenarnya, satu-satunya alasan ia bersikap seperti itu adalah karena… ia tidak sengaja mendengar Ji An dan Seo Jun merencanakan sesuatu di restoran. Pergi ke tempat baru, katanya. Naik mobil yang sama, katanya.

Dan entah kenapa, Seon Woo merasa... tidak suka. Hanya sedikit. Sedikit banget.

Bukan karena cemburu, tentu saja. Bukan karena takut kehilangan. Hanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Akses Terlarang

    [Ruang Rapat CEO]Langit gelap menekan jendela kaca kantor saat suara ketukan pelan terdengar di pintu ruangannya.Seon Woo menoleh dari layar laptopnya, ekspresinya datar seperti biasa. “Masuk.”Pintu terbuka. Sekretarisnya masuk lebih dulu, lalu diikuti empat orang penting dari struktur perusahaan: Kepala Divisi Legal, HR, Operasional, dan Audit.Tanpa banyak basa-basi, mereka langsung menempati kursi masing-masing di meja rapat kaca panjang. Wajah-wajah mereka tegang, tanpa senyum basa-basi yang biasanya menyertai pertemuan formal.Seon Woo duduk tenang di ujung meja, tangan kanan melipat di depan dada, mata mengamati satu per satu. “Kelihatan seperti kalian menemukan mayat di laci akuntan,” gumamnya ringan, tapi dengan nada tajam.Kepala Audit, Pak Jang, membuka rapat lebih dulu. Suaranya kaku.“Kami menemukan indikasi penyisipan transaksi fiktif selama dua bulan terakhir. Jumlahnya tidak kecil, dan dilakukan lewat vendor yang tidak terdaftar secara resmi di sistem.”“Nama vendor?

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Kantor yang Menyimpan Mayat

    Ji An keluar dari ruang CEO dengan langkah cepat dan kepala tertunduk. Wajahnya menegang, rahangnya terkunci, dan napasnya sedikit tersengal—bukan karena lelah, tapi karena emosi yang membuncah tanpa jalan keluar.Kesal. Malu. Dan bodoh.Itu tiga kata yang paling tepat untuk menggambarkan dirinya saat ini.Ia tidak tahu apa yang lebih menyakitkan—sikap Seon Woo yang dingin seolah tidak pernah terjadi apa-apa, atau kenyataan bahwa ia masih berharap pria itu akan menunjukkan sedikit saja kepedulian. Sedikit saja.Ia membanting tubuhnya ke kursi, membiarkan punggungnya menyentuh sandaran dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Beberapa rekan kerja di seberangnya sempat melirik, tapi tak ada yang berani menyapa. Aura Ji An terlalu panas pagi ini.Belum lima detik ia mencoba menenangkan diri, suara hak sepatu yang familiar terdengar mendekat.“Ji An-ah.”Ia mendongak cepat dan mendapati Min Ji berdiri di sisi mejanya, membawa map biru dan ekspresi lelah akibat lembur semalam.“Ada dokume

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Maaf yang Tak Datang / Dua Miliar yang Hilang

    Pagi itu, Ji An datang dengan kepala penuh amarah yang dibungkus rapi dalam senyum tipis dan ketukan ringan di pintu. Satu malam penuh ia berperang dengan pikirannya sendiri, mengulang setiap detik kebersamaannya dengan Seon Woo—mulai dari sundulan isengnya di rak es krim, kalimat ambigu sebelum tertidur, sampai... napas mereka yang terlalu dekat di ruang tamu.Ia sudah mempersiapkan beberapa kalimat pembuka: mungkin sedikit sarkasme, mungkin pertanyaan frontal, atau setidaknya satu tuntutan maaf.Tapi begitu pintu terbuka, semua yang ia siapkan langsung hancur.Seon Woo berdiri di depan mejanya sambil memeriksa dokumen, lengkap dengan ekspresi datarnya yang biasa. Seolah-olah malam kemarin tidak pernah ada.“Oh, Han Ji An-ssi,” ucapnya ringan. “Kamu datang tepat waktu. Aku mau bahas laporan transaksi bulan lalu. Duduklah.”Ji An mematung sejenak.Ia menatap Seon Woo dalam diam, menunggu kode—sekecil apa pun—bahwa pria itu akan menyebutkan sesuatu. Bahkan satu kalimat basa-basi pun ta

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   CEO Yang Terbakar Api Sendiri

    Begitu suara pintu tertutup rapat, Seon Woo membuka sebelah matanya perlahan. Sunyi. Ia mengintip ke arah pintu, memastikan Ji An benar-benar pergi. Setelah yakin tidak ada suara langkah kaki atau napas penuh kekesalan dari arah dapur, ia menghela napas lega dan… duduk tegak. Tidak, ia tidak mabuk. Seon Woo menyandarkan punggungnya ke sofa, lalu memutar lehernya pelan. “Toleransi alkoholku masih oke, ternyata,” gumamnya lirih sambil memijat perutnya yang sedikit nyeri. “Tapi tendangannya juga masih tetap berbahaya. Apa dia latihan MMA sekarang?” Ia memicingkan mata ke arah gelas yang masih berisi setengah di meja. Sebenarnya, satu-satunya alasan ia bersikap seperti itu adalah karena… ia tidak sengaja mendengar Ji An dan Seo Jun merencanakan sesuatu di restoran. Pergi ke tempat baru, katanya. Naik mobil yang sama, katanya. Dan entah kenapa, Seon Woo merasa... tidak suka. Hanya sedikit. Sedikit banget. Bukan karena cemburu, tentu saja. Bukan karena takut kehilangan. Hanya

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Cara Tidak Ideal Mengakhiri Malam

    Ruang makan mulai lengang. Gelas-gelas kosong tertinggal di meja, beberapa kursi sudah kosong, dan sisa suara tawa terdengar samar di antara dengkuran pelan. Pesta itu perlahan mereda, menyisakan jejak hangat dan sedikit kelelahan. Min Seok tertidur setengah duduk di sofa, wajahnya merah, mulutnya masih menyunggingkan senyum entah karena mimpi atau alkohol. Seon Woo masih di kursinya, kepala tertunduk, kedua tangan terkulai di paha. Ia tak sepenuhnya sadar, tapi cukup tenang untuk tak membuat keributan. Yuri berjongkok di samping Min Seok, menepuk pipinya pelan. “Min Seok-aa, bangun. Ayo pulang,” katanya sambil menghela napas. Hyun Woo membantu menopang tubuh Min Seok, nyaris tak bisa menyembunyikan rasa lelahnya. “Dia udah nggak bisa dibangunin,” gumam Hyun Woo. Yuri melirik ke arah Seon Woo. “Kayaknya Seon Woo juga. Dari tadi diem aja.” Seo Ri berdiri ragu dari kursinya. “Kalau begitu… biar aku saja yang antar dia pulang.” Ucapan itu membuat Ji An—yang masih duduk di kurs

  • CEO Baru Itu Mantan Rivalku   Serangga Yang Berterbangan Dari Masa Lalu..

    Ji An keluar dari kamar mandi sambil merapikan pakaiannya yang sedikit kusut. Ia menghela napas kecil, berusaha menenangkan diri sebelum kembali ke meja. Namun, baru beberapa langkah keluar, ia mendapati Seon Woo sudah berdiri bersandar di dinding tak jauh dari pintu, kedua tangan disilangkan di dada.Ji An hanya meliriknya sinis dan melangkah melewatinya tanpa berkata sepatah kata pun.Namun tangan Seon Woo cepat meraih lengannya. "Tunggu.""Lepaskan." Suara Ji An terdengar tajam. Ia menoleh, menatap pria itu dengan tatapan penuh ketidaksenangan."Kita perlu bicara," ucap Seon Woo, tetap tenang tapi terlihat mendesak."Nggak ada yang perlu dibicarakan," balas Ji An."Ada," jawab Seon Woo singkat."Berarti itu masalah kamu. Sekarang lepasin tangan aku," timpal Ji An tajam. Ia mencoba menarik tangannya kembali, tapi tidak bisa lepas dari lelaki itu.Seon Woo mendekat selangkah. Cukup membuat gadis itu menahan napasnya sejenak.Tatapan Seon Woo menusuk. "Kamu keras kepala, Ji An. Mau sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status