"Kau sudah selesai berkemas, Sayang?" Alex yang baru saja masuk ke kamar mereka langsung memeluk Mega dari belakang, menyandarkan dagunya di bahu kanan Mega yang telanjang. "Kau cantik sekali, Sayang." Alex menatap wajah cantik Mega dari pantulan cermin di depan mereka.
"Sudah selesai dari tadi. Kau dari mana tadi?" tanyanya lembut, walau menahan rasa kesal karena ditinggal suaminya keluar kamar tanpa diberitahu.
"Membicarakan masalah pekerjaan dengan papaku. Kau tahu kan kalau aku ini orang yang sibuk?" Alex mengecup leher Mega dan meninggalkan tanda merah di sana, tidak hanya satu, tetapi ada beberapa.
"Apa yang kau lakukan?" kesal Mega ketika melihat lehernya merah karena ulah suaminya. Dia akan sangat malu kalau sampai orang lain melihat tanda merah itu.
"Memberi tanda kepemilikan." Alex tersenyum manis tanpa merasa bersalah sama sekali. Dia sengaja melakukan itu dengan harapan Mega mengganti pakaiannya yang sekarang.
"Orang lain juga tahu kala
"Apa isi kepalamu hanya membuat bayi?" dengan sedikit kesal Mega mendorong dada Alex sehingga pria itu menjauh dan tidak lagi menindihnya. "Daripada kau hanya tidur sampai malam, lebih baik melayaniku dan mendapat pahala," balas Alex yang kini sudah pindah posisi berbaring di sebelah sang istri seraya menarik wanita itu ke dalam pelukan. Dia juga mengecup dahi istrinya lama karena merasa sangat mencintai wanita yang diperkirakan sedang mengandung anaknya itu."Lebih baik pergi ke dokter daripada melayanimu yang tidak pernah tahu waktu. Aku juga ingin beristirahat karena kamu setiap hari selalu melakukan itu," balas Mega sedikit mendongak dan menatap mata suaminya yang juga sedang menatapnya hangat. "Kalau begitu, seperti yang aku katakan tadi silakan ganti bajumu dulu kalau benar-benar memilih untuk tetap pergi!" perintah Alex lirih kemudian mencubit hidung mancung istrinya sampai sedikit memerah ujungnya. "Baiklah, aku akan mengganti pakaianku dan kita pergi ke rumah sakit karena
Alex dan Mahesa saling menatap dalam diam, keduanya sama-sama keras kepala hingga waktu lima menit terbuang dengan sia-sia tanpa ada obrolan sama sekali. "Katakan apa yang ingin Papa bicarakan sekarang!" Akhirnya Alex yang memulai percakapan. "Papa tidak mau mendengar alasan apa pun darimu. Kau selalu menolak ketika dijodohkan, kali ini papa sudah menyerah, kau boleh menikah dengan siapa pun yang kau mau walau bukan dari keluarga kaya sekali pun, dengan syarat waktumu hanya tiga bulan dari sekarang." Mahesa menarik napas kasar, dia sudah sangat lelah terus menjodohkan Alex dengan anak dari rekan bisnisnya karena putranya itu punya banyak cara untuk menghindari perjodohan. "Bagus, aku akan segera menikah dan jangan ikut campur tentang kehidupanku setelah aku menikah nanti!" Alex tersenyum sinis. Satu kalimat sederhana yang diucapkan dengan penuh penekanan itu sudah menjadi jawaban jika hubungan di antara mereka tidak akan pernah hangat sep
"Kasihan sekali wanita itu, kekasih dan ibunya berselingkuh. Hm ... biar aku kirim pesan padanya agar dia bisa melabrak dua bajingan itu." Alex tersenyum jahat setelah satu minggu yang lalu mengetahui semua informasi tentang Mega.Alex : Datang ke rumah ibumu jika kau mencari kekasih kesayanganmu...........................................................................Brak!"Dasar brengsek!" Mega berteriak seraya mendobrak pintu kamar Sora dengan sangat kasar sampai bunyi dentuman terdengar memekakkan telinga.Dua orang yang sedang memadu kasih di dibuat sangat terkejut dengan kedatangan Mega yang tiba-tiba. Dengan cepat keduanya segera menutup tubuh polos mereka dengan selimut. Wajah keduanya pucat pasi ketika menerima tatapan tajam dari Mega.Sekarang mereka merasa diintimidasi oleh tatapan tajam Mega. Wanita itu melotot karena tidak menyangka jika pes
Mega menatap samar mobil miliknya yang terbakar beberapa meter di depannya. Dia sangat beruntung karena sempat melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu, sehingga berhasil terlempar keluar mobil tepat lima detik sebelum mobil itu berguling dan meledak.'Terima kasih atas perlindungan-Mu, Tuhan. Sialan, kalau bukan karena dua bajingan itu. Aku pasti tidak akan seperti ini,' batinnya dengan sangat geram.Beruntung Mega terjatuh di rerumputan sehingga walau tubuhnya terluka setidaknya tidak terlalu parah. Namun, tidak dengan kepalanya yang tetapi yang terluka cukup parah karena terbentur sebuah batu sehingga banyak darah yang keluar dari sana. Dia masih sadar untuk beberapa detik sebelum akhirnya kesadarannya menghilang ketika rass sakit yang teramat menyerangnya.Kecelakaan itu mengakibatkan jalan raya menjadi macet karena proses evakuasi masih berlangsung. Bukan hanya mobil Mega yang terbakar, tetapi beberapa mobil lain
Mahendra menunggu Mega di depan ruang operasi. Pikirannya sedang menerka-nerka alasan apa yang membuat pengusaha muda yang sangat terkenal itu bisa berada di rumah sakitnya, tepatnya di depan ruangan tempat Mega di operasi.'Mungkinkah Alex dan Mega saling mengenal, atau yang membawa Mega ke rumah sakit Alex? Tapi, kenapa bisa Alex?' Mahendra belum tahu kalau Mega bekerja di perusahaan milik Alex karena dia tidak terlalu ikut campur kehidupan pribadi putrinya.Mahendra memijit pelipisnya saat kepalanya terasa pening memikirkan hal yang belum tentu benar. Sekarang dia memilih untuk fokus kepada Mega.Setelah cukup lama menunggu, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Mahendra langsung bangkit dari kursinya, kemudian menanyakan keadaan Mega."Dokter, bagaimana keadaan putriku?" Nadanya terdengar sangat cemas. Dokter melihat tangan Mahendra saling meremas dan sedikit bergetar, bisa dibaca dari sana kalau pemilik rumah sakit itu benar-b
Tiga bulan berlalu, banyak yang berubah dari sifat dan kepribadian Mega setelah dikhianati ibu dan kekasihnya sendiri. Sampai saat ini Mega belum mengetahui siapa pemilik nomor ponsel yang memberitahu dirinya tentang perselingkuhan Sora dan Dimas.Sambil melupakan dan mencaritahu siapa si pemilik nomor ponsel. Mega lebih memilih menyibukkan diri dengan berkerja di perusahaan milik Alex karena bosan jika terus diam di rumah, walau keadaannya belum sepenuhnya pulih."Kau tidak pulang, Mega?" tanya salah satu teman kantornya.Mega melihat jam di tangan kirinya, kemudian dia menggelengkan kepala pelan. "Aku masih banyak pekerjaan, kau pulang saja duluan!" ucapnya ramah."Jangan terlalu sering lembur karena kau masih dalam masa pemulihan pasca kecelakaan!" ucap temannya perhatian.Lagi-lagi Mega hanya tersenyum dan mengangguk.Jarum jam terus berputar,
"Sial!" teriak Mega ketika dugaannya benar.Ada orang yang mengikutinya dan sekarang si penguntit itu mengejarnya dengan sebuah mobil berwarna hitam."Siapa dia, kenapa mengikuti aku?" Mega bergumam gelisah. Jantungnya berdetak sangat cepat karena perasaan takut yang menguasainya. Dia hanya sendiri sekarang, jalanan sudah cukup sepi, kalau yang mengikutinya adalah orang yang memiliki buat jahat, maka dia tidak bisa menjamin akan selamat atau malah sekarat."Berpikir Mega! Berpikirlah yang benar!" Mega semakin takut, tangannya menggenggam erat kemudi mobil. Bayangan kejadian tiga bulan lalu melintas begitu saja di mana karena dia mengemudi dengan kecepatan tinggi mengalami kecelakaan yang cukup parah."Lupakan rasa takutmu, lebih baik kecelakaan lagi dan mati daripada mati di tangan orang lain." Mega telah memantapkan tekatnya. Dengan gerakan pasti kaki kanannya menekan pedal gas mobil dalam-dalam sehingga melaju lebih kencang. Sesekali dia m
Brug!"Arkh!" Dimas jatuh tersungkur kala orang yang menarik bajunya mendorong dengan sangat kasar.Perih rasanya ketika kulit telapak tangan berdarah karena kerikil kecil tajam menancap di sana."Sialan!" Dimas berteriak sambil menyeka ujung bibirnya yang terasa asin karena mengeluarkan darah segar, sedangkan Mega yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa melongo karena mengenali orang yang memukul Dimas."Tuan Kim." Mega menutup mulutnya yang terbuka karena tidak menyangka jika orang yang menolongnya adalah asisten dari sang bos yang telah menyusahkan dirinya walau tanpa tatap muka."Selamat malam, Nona." Kim mengangguk dan tersenyum manis. Namun, Mega tidak menyukainya karena Kim terlihat sangat menyeramkan sekarang.Kim kembali menarik kemeja Dimas dan memberikan satu pukulan lagi di sana. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan sampai Dimas dan Mega harus menelan ludahnya kasar."Pergi sekarang dan jangan perna