"Kasihan sekali wanita itu, kekasih dan ibunya berselingkuh. Hm ... biar aku kirim pesan padanya agar dia bisa melabrak dua bajingan itu." Alex tersenyum jahat setelah satu minggu yang lalu mengetahui semua informasi tentang Mega.
Alex : Datang ke rumah ibumu jika kau mencari kekasih kesayanganmu.
..........................................................................
Brak!
"Dasar brengsek!" Mega berteriak seraya mendobrak pintu kamar Sora dengan sangat kasar sampai bunyi dentuman terdengar memekakkan telinga.
Dua orang yang sedang memadu kasih di dibuat sangat terkejut dengan kedatangan Mega yang tiba-tiba. Dengan cepat keduanya segera menutup tubuh polos mereka dengan selimut. Wajah keduanya pucat pasi ketika menerima tatapan tajam dari Mega.
Sekarang mereka merasa diintimidasi oleh tatapan tajam Mega. Wanita itu melotot karena tidak menyangka jika pesan singkat yang dia dapat dari nomor tanpa nama ketika dia hendak pulang dari perusahaan tempatnya bekerja ternyata benar. Kekasihnya berselingkuh dan parahnya wanita selingkuhan kekasihnya adalah ibu kandung Mega sendiri.
Sora memang sudah lama berpisah dengan ayah Mega yang bernama Mahendra karena alasan perselingkuhan. Tanpa bisa dikendalikan lagi, air bening mengalir dari sudut matanya. Mega memegang dadanya yang terasa nyeri, tetapi dia juga merasa sangat lega karena rasa penasarannya tentang perubahan sikap sang kekasih akhirnya dia ketahui.
"Me-mega, ini tidak seperti yang kau lihat, Nak." Ibu kandung Mega berusaha untuk menjelaskan. Wanita berusia 44 tahun itu masih terlihat cantik dan menggoda walau telah memiliki Mega yang sekarang sudah berusia 23 tahun.
Kekasih Mega hanya bisa diam karena tidak bisa berkata apa-apa. Dia sudah ketahuan dan untuk mengelak pun hanya akan percuma saja.
"Lalu apa? Orang lain yang melihat kalian pun akan menilai sama sepertiku. Pasangan selingkuhan yang sedang membuat anak!" bentak Mega penuh amarah. Rasa nyeri di hatinya semakin terasa.
"Jaga ucapanmu. Aku ini ibumu, Mega!" teriak Sora tegas untuk menutupi rasa bersalahnya.
Mega tersenyum sinis, dia mengepalkan tangannya dengan erat seraya berjalan ke arah ranjang.
Plak! Plak! Dua kali tamparan Mega berikan pada Sora dengan keras, sekarang dia percaya kalau ayahnya dulu menceraikan Sora karena wanita itu berselingkuh.
Mega geram, untuk pertama kalinya dia merasa jijik dengan ibu kandungnya sendiri. Bagaimana bisa wanita yang telah mengandungnya selama sembilan bulan dengan tega merebut kekasih putrinya.
"Tidak ada ibu yang tega melukai hati anaknya kecuali sang ibu tidak menginginkan kehadiran anak itu dan mungkin saja sedang memiliki masalah kejiwaan." Kalimat telak yang membuat Sora bungkam seakan apa yang dikatakan Mega adalah sebuah kebenaran.
Mega berpikir kalau ibu singa pun tidak akan memakan anaknya. Sungguh, Mega sangat membenci Sora sekarang, dia tidak mau lagi memanggil wanita itu dengan panggilan 'mama' lagi setelah melihat betapa menjijikkan wanita itu.
"Dimas, kita putus!" teriak Mega seraya menatap dengan sorot penuh kekecewaan pada laki-laki itu.
"Tidak! Kau tidak bisa melakukannya. Ibumu yang merayuku, Sayang." Dimas memakai celananya lalu berjalan menghadap Mega.
"Jangan menyalahkan orang lain untuk menutup kelakuan bejatmu!" Mega mendorong Dimas sampai laki-laki itu terjengkang di lantai kamar.
"Mega!" bentak Sora marah, dia tidak terima Mega melukai kekasihnya.
"Aku tidak akan melupakan hari ini. Untuk pertama kalinya aku sangat menyesal karena lahir dari rahim wanita menjijikkan seperti dirimu." Mega membalikkan badannya dan berlari cepat keluar kamar untuk meninggalkan rumah itu.
"Sayang, tunggu!" Dimas mengejar Mega sampai teras rumah. Namun, dia terlambat karena mobil milik wanita yang sangat dia cintai itu telah pergi.
Dia sangat menyesal karena telah mengkhianati wanita yang sangat dia cintai karena napsu bejatnya yang membuat dirinya tidak bisa menahan diri dari godaan Sora.
"Lupakan anak bajingan itu, lebih baik kita melanjutkan aktivitas kita yang tertunda!" Sora menarik tangan Dimas dan mengajaknya kembali masuk ke rumah. Mereka berdua pun melanjutkan kembali aktivitas bejatnya.
"Sakit sialan!" teriak Sora yang tidak bisa mengimbangi permainan Dimas.
"Diam jalang!" Kali ini Dimas sangat kasar sampai Sora kesakitan. Nasi sudah jadi bubur. Dimas tahu kesalahannya sudah sangat besar dan lebih memilih untuk menikmati Sora karena dia tahu akan percuma meminta maaf pada Mega yang tidak akan sudi menerimanya lagi.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .
Mega melajukan mobil miliknya dengan kecepatan tinggi. Terlihat jelas jika wanita itu menahan amarah yang teramat dalam sampai tidak memedulikan lagi keselamatannya.
Dia mengusap air matanya kasar dan bersumpah tidak akan menangis lagi karena air matanya terlalu berharga untuk menangisi para bajingan itu.
Ketika air matanya telah kering. Mega teringat kembali dengan pesan dari nomor tanpa nama tadi, dia bertanya-tanya tentang siapa si pengirim pesan yang memberitahunya tentang perselingkuhan sang kekasih. Dia sangat yakin kalau orang yang memberitahunya pasti bukan orang sembarangan.
Namun, dia juga bingung dengan alasan yang ada di balik si pengirim pesan karena sangat tidak mungkin kalau orang itu mengirimnya dengan cuma-cuma.
"Aku harus mencari tahu siapa pemilik nomor ponsel misterius itu." Mega terus berpikir dan membuatnya sakit kepala. Dia tidak terlalu fokus pada jalanan sehingga dia dibuat terkejut ketika melihat beberapa meter di depannya ada seseorang yang akan menyebrangi jalan.
Mega tahu jika kecelakaan itu sudah tidak mungkin untuk dihindari. Namun, sekuat tenaga dia tetap berusaha kuat untuk menghindari orang itu dengan cara paling mudah yaitu dengan membanting setir kemudi ke arah kanan sampai mobilnya melewati pembatas jalan.
"Aaaarrrrgggh!" teriaknya untuk terakhir kali ketika merasakan rasa sakit yang luar biasa pada kepalanya yang terbentur dengan sangat keras.
Brak! Duar!
Mobil Mega berguling dua kali sampai akhirnya meledak dan terbakar. Asap hitam mengepul dari mobil itu dan tidak lama setelah kecelakaan besar itu terjadi, banyak orang dan polisi yang datang.
Bersambung...
Mega menatap samar mobil miliknya yang terbakar beberapa meter di depannya. Dia sangat beruntung karena sempat melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu, sehingga berhasil terlempar keluar mobil tepat lima detik sebelum mobil itu berguling dan meledak.'Terima kasih atas perlindungan-Mu, Tuhan. Sialan, kalau bukan karena dua bajingan itu. Aku pasti tidak akan seperti ini,' batinnya dengan sangat geram.Beruntung Mega terjatuh di rerumputan sehingga walau tubuhnya terluka setidaknya tidak terlalu parah. Namun, tidak dengan kepalanya yang tetapi yang terluka cukup parah karena terbentur sebuah batu sehingga banyak darah yang keluar dari sana. Dia masih sadar untuk beberapa detik sebelum akhirnya kesadarannya menghilang ketika rass sakit yang teramat menyerangnya.Kecelakaan itu mengakibatkan jalan raya menjadi macet karena proses evakuasi masih berlangsung. Bukan hanya mobil Mega yang terbakar, tetapi beberapa mobil lain
Mahendra menunggu Mega di depan ruang operasi. Pikirannya sedang menerka-nerka alasan apa yang membuat pengusaha muda yang sangat terkenal itu bisa berada di rumah sakitnya, tepatnya di depan ruangan tempat Mega di operasi.'Mungkinkah Alex dan Mega saling mengenal, atau yang membawa Mega ke rumah sakit Alex? Tapi, kenapa bisa Alex?' Mahendra belum tahu kalau Mega bekerja di perusahaan milik Alex karena dia tidak terlalu ikut campur kehidupan pribadi putrinya.Mahendra memijit pelipisnya saat kepalanya terasa pening memikirkan hal yang belum tentu benar. Sekarang dia memilih untuk fokus kepada Mega.Setelah cukup lama menunggu, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Mahendra langsung bangkit dari kursinya, kemudian menanyakan keadaan Mega."Dokter, bagaimana keadaan putriku?" Nadanya terdengar sangat cemas. Dokter melihat tangan Mahendra saling meremas dan sedikit bergetar, bisa dibaca dari sana kalau pemilik rumah sakit itu benar-b
Tiga bulan berlalu, banyak yang berubah dari sifat dan kepribadian Mega setelah dikhianati ibu dan kekasihnya sendiri. Sampai saat ini Mega belum mengetahui siapa pemilik nomor ponsel yang memberitahu dirinya tentang perselingkuhan Sora dan Dimas.Sambil melupakan dan mencaritahu siapa si pemilik nomor ponsel. Mega lebih memilih menyibukkan diri dengan berkerja di perusahaan milik Alex karena bosan jika terus diam di rumah, walau keadaannya belum sepenuhnya pulih."Kau tidak pulang, Mega?" tanya salah satu teman kantornya.Mega melihat jam di tangan kirinya, kemudian dia menggelengkan kepala pelan. "Aku masih banyak pekerjaan, kau pulang saja duluan!" ucapnya ramah."Jangan terlalu sering lembur karena kau masih dalam masa pemulihan pasca kecelakaan!" ucap temannya perhatian.Lagi-lagi Mega hanya tersenyum dan mengangguk.Jarum jam terus berputar,
"Sial!" teriak Mega ketika dugaannya benar.Ada orang yang mengikutinya dan sekarang si penguntit itu mengejarnya dengan sebuah mobil berwarna hitam."Siapa dia, kenapa mengikuti aku?" Mega bergumam gelisah. Jantungnya berdetak sangat cepat karena perasaan takut yang menguasainya. Dia hanya sendiri sekarang, jalanan sudah cukup sepi, kalau yang mengikutinya adalah orang yang memiliki buat jahat, maka dia tidak bisa menjamin akan selamat atau malah sekarat."Berpikir Mega! Berpikirlah yang benar!" Mega semakin takut, tangannya menggenggam erat kemudi mobil. Bayangan kejadian tiga bulan lalu melintas begitu saja di mana karena dia mengemudi dengan kecepatan tinggi mengalami kecelakaan yang cukup parah."Lupakan rasa takutmu, lebih baik kecelakaan lagi dan mati daripada mati di tangan orang lain." Mega telah memantapkan tekatnya. Dengan gerakan pasti kaki kanannya menekan pedal gas mobil dalam-dalam sehingga melaju lebih kencang. Sesekali dia m
Brug!"Arkh!" Dimas jatuh tersungkur kala orang yang menarik bajunya mendorong dengan sangat kasar.Perih rasanya ketika kulit telapak tangan berdarah karena kerikil kecil tajam menancap di sana."Sialan!" Dimas berteriak sambil menyeka ujung bibirnya yang terasa asin karena mengeluarkan darah segar, sedangkan Mega yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa melongo karena mengenali orang yang memukul Dimas."Tuan Kim." Mega menutup mulutnya yang terbuka karena tidak menyangka jika orang yang menolongnya adalah asisten dari sang bos yang telah menyusahkan dirinya walau tanpa tatap muka."Selamat malam, Nona." Kim mengangguk dan tersenyum manis. Namun, Mega tidak menyukainya karena Kim terlihat sangat menyeramkan sekarang.Kim kembali menarik kemeja Dimas dan memberikan satu pukulan lagi di sana. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan sampai Dimas dan Mega harus menelan ludahnya kasar."Pergi sekarang dan jangan perna
"Oma tidak mau tahu, kalian harus menikah!" Wanita paruh baya itu berjalan mendekat dengan raut wajah yang sulit dimengerti artinya.Entah marah atau bahagia, yang jelas dia ingin pernikahan antara Alex dan wanita yang tidak ia ketahui namanya itu terlaksana. Wanita paruh baya itu masih menatap Alex dan Mega yang masih saling tumpang tindih di lantai."Whaaat?" Mega dan Alex terkejut dengan kehadiran wanita paruh baya itu yang sudah seperti hantu. Terutama Alex, jantungnya mendadak berdetak dengan sangat kencang karena dia yakin akan sulit menghadapi omanya itu."Apa kau memiliki riwayat sakit jantung, Tuan?" bisik Mega dengan suara yang sedikit serak sehingga terdengar sangat seksi di telinga Alex. Apalagi ketika napas hangat dari mulut Mega mengenai telinga Alex, membuat pria itu bergairah.Mega bertanya demikian karena dia bisa mendengar suara detak jantung Alex yang sangat cepat.
"Menunggu di rumah? Apa maksudnya?" Mendadak Mega menjadi linglung. "Iya, di rumah calon mertuamu. Maksud oma, kau akan memperkenalkan diri dengan papanya Alex nanti." Mata Mega sedikit melebar ketika mendengar perkataan oma. Mega langsung mengalihkan perhatiannya dari Alex. Wanita itu berjalan perlahan menghampiri oma, meraih kedua tangannya, dan mencoba meluruskan kesalahpahaman yang dibuat Alex dengan sengaja. "Nyonya, Anda salah paham. Aku benar-benar tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya selain sebagai atasan dan bawahan," ucap sungguh-sungguh. Oma bingung, dia memerhatikan mata Mega untuk mencari kejujuran di sana. Namun, oma malah tidak bisa menilai arti tatapan Mega sekarang. "Tapi tadi Alex bilang kalau kau calon istrinya." Oma terlihat agak sedih dan itu membuat Mega merasa sangat bersalah. "Tapi pada kenyatannya aku memang hanya karyawan biasa di sini, Nyonya." Mega tetap menjelaskan yang sebenarnya. "Ah, k
Mega sadar sebelum mereka sampai di rumah sakit. Dia terlihat bingung ketika menyadari dirinya berada di dalam sebuah mobil asing dan hanya berdua saja dengan pria yang telah melibatkan dirinya ke dalam masalah besar. "Kau sudah sadar?" Suara Alex yang lembut dan penuh dengan kekhawatiran membuat Mega merinding. "Apa dia khawatir kepadaku?" gumamnya lirih seraya menahan sedikit perasaan kesal dalam hatinya. Mega memilih diam, dia malas menjawab pertanyaan pria yang membuat kepalanya terasa hampir pecah. Alex menoleh sebentar ke belakang karena pertanyaannya di abaikan. "Kau bisu?" sindirnya dengan nada tinggi. Mega masih bungkam, dia malah dengan sengaja mengalihkan pandangan ke luar kaca mobil. "Aku bertanya pada manusia, bukan patung." Alex membanting setir kemudi dengan kasar dan berhenti di pinggir jalan. "Aduh!" Mega memegang dahinya yang terbentur jok depan karena ulah Alex yang membaha