Mega menatap samar mobil miliknya yang terbakar beberapa meter di depannya. Dia sangat beruntung karena sempat melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu, sehingga berhasil terlempar keluar mobil tepat lima detik sebelum mobil itu berguling dan meledak.
'Terima kasih atas perlindungan-Mu, Tuhan. Sialan, kalau bukan karena dua bajingan itu. Aku pasti tidak akan seperti ini,' batinnya dengan sangat geram.
Beruntung Mega terjatuh di rerumputan sehingga walau tubuhnya terluka setidaknya tidak terlalu parah. Namun, tidak dengan kepalanya yang tetapi yang terluka cukup parah karena terbentur sebuah batu sehingga banyak darah yang keluar dari sana. Dia masih sadar untuk beberapa detik sebelum akhirnya kesadarannya menghilang ketika rass sakit yang teramat menyerangnya.
Kecelakaan itu mengakibatkan jalan raya menjadi macet karena proses evakuasi masih berlangsung. Bukan hanya mobil Mega yang terbakar, tetapi beberapa mobil lain pun ikut rusak parah karena terjadi kecelakaan beruntun setelah mobil Mega meledak.
..........................................................................
Alex melihat jam di pergelangan tangan kirinya lalu mendesah kesal karena dia yakin akan terlambat pulang karena terjebak kemacetan yang cukup panjang.
Alex terus menggerutu mengeluarkan kekesalannya karena sudah tidak sabar ingin segara sampai rumah.
"Kim, sebenarnya apa penyebab kemacetan di sini? Seharusnya jalan ini tidak macet, 'kan?" Alex bertanya dengan sangat penasaran. Tidak biasanya jalan yang dia lewati mengalami macet parah seperti sekarang.
"Sepertinya di depan terjadi kecelakaan, Tuan. Mungkin saja ada mobil yang terbakar karena saya melihat ada asap hitam di depan sana, sedangkan beberapa mobil yang lain rusak parah karena kecelakaan beruntun." Kim menjawab dengan cepat dan akurat walau tidak melihat berita kecelakaan itu sudah menjadi trending topik sekarang.
Alex mengerutkan dahi seraya mengangguk pelan, dia sama sekali tidak tertarik untuk bertanya lebih detail lagi. Perlahan mobil pun mulai berjalan, ketika mobil mereka berhasil melewati kerumunan, ada sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya.
Seorang wanita cantik masih dengan pakaian kerjanya yang lengkap tidak sengaja Alex lihat. Wanita yang sangat tidak asing untuknya sedang dievakuasi menuju ambulan dengan wajah berlumuran darah.
'Bukankah dia Mega?' Alex sangat yakin jika dirinya tidak salah melihat. Namun, yang dia ingat sekarang malah pesan yang dia kirim untuk Mega.
"Tuan, sepertinya wanita yang sedang di bawa ke ambulan itu Nona Mega. Tuan ingat, 'kan dengan wanita cantik yang berani membentak Anda ketika di dalam lift satu minggu yang lalu?" Ucapan Kim semakin meyakinkan Alex jika dia tidak salah melihat orang.
"Kim ikuti ambulan itu sekarang!" perintahnya dengan nada yang sangat khawatir.
"Kenapa, Tuan?" Kim sangat penasaran.
"Ikuti saja dan jangan banyak bertanya jika kau masih sayang dengan nyawamu!" bentak Alex dengan sangat kesal. Kenapa dia punya sekretaris sangat bodoh sehingga emosinya sering kali diuji.
Kim mengangguk, dia diam dan melakukan apa yang diperintahkan Alex kepadanya. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah sakit. Alex langsung membuka pintu mobil dan berlari turun menghampiri perawat yang sedang memindahkan Mega ke brankar dorong.
Alex ikut mendorong brankar Mega ke ruang gawat darurat. Namun, karena tidak diperbolehkan masuk dia pun menunggu di luar ruangan.
Dokter senior yang hebat langsung menangani Mega dengan sangat baik, semua orang yang bekerja di rumah sakit sudah sangat mengenal Mega karena wanita itu adalah anak dari pemilik rumah sakit tersebut.
Lima menit berlalu, dokter dan perawat membawa Mega ke ruang operasi karena hanya itu jalan satu-satunya yang bisa mereka lakukan.
Kim dan Alex pun juga ikut ke ruang operasi dan menunggu Mega di depan ruangan. Kim dibuat sangat bingung dengan sikap Alex yang terlihat sangat cemas dan khawatir.
Kim tidak tahu kenapa atasannya itu bisa mengkhawatirkan orang lain yang bukan keluarganya. Kim jadi curiga kalau Alex memiliki perasaan kepada Mega.
Alex berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi. Sesekali dia melihat jam di pergelangan tangan hanya untuk mengetahui sudah berapa lama Mega berada di dalam sana. Alex tidak sadar jika sikapnya itu menimbulkan Kim salah paham.
"Tuan, sebaiknya kita pulang sekarang. Tuan besar sudah menghubungi saya berkali-kali dan menanyakan keberadaan Anda saat ini." Kim terpaksa memberitahu Alex karena dia takut jika hubungan antara Alex dan keluarganya semakin renggang jika Alex tidak menemui papanya sekarang.
Alex sangat bingung antara menunggu atau pulang. Namun, setelah berpikir cukup lama dia memilih pulang dan mengutuki kebodohannya sendiri yang mengkhawatirkan seorang wanita yang bukan siapa-siapanya.
..........................................................................
Pyar! Suara cangkir yang pecah menjadi beberapa bagian membuat Mahendra terkejut dan mengusap dadanya pelan. Dia sedang menikmati secangkir kopi, tetapi tiba-tiba merasa sangat tidak tenang.
Cangkir yang berada di tangannya pun terlepas dan pecah begitu saja dan pikirannya langsung tertuju kepada putri tercinta.
"Apa yang terjadi kepadamu putriku?" gumamnya lirih seraya menatap foto Mega yang berada di meja sebelahnya.
Masih dengan rasa terkejutnya. Mahendra mendapat kabar dari orang suruhannya yang bertugas mengawasi Mega jika putrinya itu mengalami kecelakaan dan sudah di bawa ke rumah sakit.
Laki-laki paruh baya yang masih terlihat tampan dan gagah itu langsung menghubungi rumah sakit untuk menanyakan kebenarannya. Ponselnya lepas dari tangan ketika mengetahui fakta menyederhanakan itu.
Mahendra pun dengan cepat mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan putrinya.
Sesampainya di rumah sakit, dia langsung menanyakan di mana Mega sekarang. Setelah mengetahuinya, Mahendra langsung pergi ke ruang operasi dan tanpa sengaja dia melihat Alex dan Kim yang baru saja pergi dari sana.
"Kenapa mereka berada di sana? Laki-laki itu terlihat sangat familiar untukku." Mahendra menatap kepergian Kim dan Alex dengan rasa penasaran yang dalam.
Bersambung ...
"Apa isi kepalamu hanya membuat bayi?" dengan sedikit kesal Mega mendorong dada Alex sehingga pria itu menjauh dan tidak lagi menindihnya. "Daripada kau hanya tidur sampai malam, lebih baik melayaniku dan mendapat pahala," balas Alex yang kini sudah pindah posisi berbaring di sebelah sang istri seraya menarik wanita itu ke dalam pelukan. Dia juga mengecup dahi istrinya lama karena merasa sangat mencintai wanita yang diperkirakan sedang mengandung anaknya itu."Lebih baik pergi ke dokter daripada melayanimu yang tidak pernah tahu waktu. Aku juga ingin beristirahat karena kamu setiap hari selalu melakukan itu," balas Mega sedikit mendongak dan menatap mata suaminya yang juga sedang menatapnya hangat. "Kalau begitu, seperti yang aku katakan tadi silakan ganti bajumu dulu kalau benar-benar memilih untuk tetap pergi!" perintah Alex lirih kemudian mencubit hidung mancung istrinya sampai sedikit memerah ujungnya. "Baiklah, aku akan mengganti pakaianku dan kita pergi ke rumah sakit karena
"Kau sudah selesai berkemas, Sayang?" Alex yang baru saja masuk ke kamar mereka langsung memeluk Mega dari belakang, menyandarkan dagunya di bahu kanan Mega yang telanjang. "Kau cantik sekali, Sayang." Alex menatap wajah cantik Mega dari pantulan cermin di depan mereka."Sudah selesai dari tadi. Kau dari mana tadi?" tanyanya lembut, walau menahan rasa kesal karena ditinggal suaminya keluar kamar tanpa diberitahu."Membicarakan masalah pekerjaan dengan papaku. Kau tahu kan kalau aku ini orang yang sibuk?" Alex mengecup leher Mega dan meninggalkan tanda merah di sana, tidak hanya satu, tetapi ada beberapa."Apa yang kau lakukan?" kesal Mega ketika melihat lehernya merah karena ulah suaminya. Dia akan sangat malu kalau sampai orang lain melihat tanda merah itu."Memberi tanda kepemilikan." Alex tersenyum manis tanpa merasa bersalah sama sekali. Dia sengaja melakukan itu dengan harapan Mega mengganti pakaiannya yang sekarang."Orang lain juga tahu kala
"Suapi aku!" pinta Mega dengan sangat manja. Dia menatap Alex dengan ekspresi wajah yang imut sehingga membuat Alex sangat gemas dengannya."Baiklah, tapi sebelum itu kau harus membasuh wajahmu dulu karena kau baru bangun tidur. Ya, walau tidurmu hanya sebentar!" perintah Alex yang dibalas anggukan oleh Mega.Alex kemudian membantu Mega berdiri dan mengantar wanita itu ke kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. "Apa kau mencintaiku?" tanya Mega sebelum dia membasuh wajahnya."Kenapa kau bertanya tentang hal itu?" Alex menatap mata istrinya lekat, dia tidak ingin menjawabnya."Jawab saja pertanyaanku, Hubby!" desak Mega yang dibalas gelengan suaminya. "Kenapa tidak mau menjawabnya?" Mega mengerucutkan bibirnya kesal."Basuh saja wajahmu sekarang dan tidak usah banyak bertanya!" ucap Alex dengan nada datar.Dengan menahan perasaan kesal Mega langsung membasuh w
"Oh, Hubby ... kenapa kau terlihat sangat tampan jika sedang fokus seperti ini." Mega beranjak berdiri kemudian memeluk suaminya dari belakang. Rasanya dia tidak ingin melepaskan pelukannya dan ingin terus bertahan dalam posisi itu."Aku memang selalu tampan di setiap waktu, Sayang. Apa kau baru menyadarinya sekarang?" Alex terkekeh dengan rasa bangga. Entah kenapa dia merasa sangat senang dipuji istrinya sendiri."Aku rasa tidak karena dulu kau tidak setampan ini." Mega menempelkan pipinya di punggung lebar sang suami. Hangat dan nyaman rasanya."Dulu kau pasti rabun," ledek Alex seraya mencubit tangan istrinya pelan."Kau yang rabun atau mungkin kaca di rumahmu yang rusak." Mega tidak mau diejek."Yang rusak mungkin kaca yang kau pakai, Sayang. Semua barang di rumahku itu mahal dan berkualitas bagus. Jadi, tidak mungkin kalau rusak." Alex membela diri, dia sangat percaya diri dan sedikit sombong."Terserah kau saja, aku m
"Kau bilang sikapku seperti seperti wanita hamil? Apa alasannya?" Mega menatap suaminya lekat. "Coba kau pikir, selama beberapa hari ini aku selalu mual-mual padahal tidak sedang sakit-""Iya, tetapi kita kan belum tahu kau memang tidak sakit atau sakit tapi kau tidak tahu," potong Mega langsung membantah ucapan suaminya."Dengarkan dulu sampai aku selesai bicara!" pinta Alex dengan nada rendah dan lembut. Dia sebenarnya tidak suka jika seseorang memotong ucapannya dengan sengaja."Baiklah ... ayo kita keluar dari sini dan duduk!" Mega berjalan keluar dari kamar mandi kemudian duduk di tepi ranjang kamar mereka.Alex memilih untuk berlutut di depan istrinya. Dia lebih nyaman bicara dengan posisi itu karena bisa langsung menatap wajah istrinya dari depan."Dengar dan jangan potong ucapanku, oke!"Mega mengangguk, dia menatap suaminya lagi dan kali ini dia diam sesuai permintaan suaminya.
"Setiap pagi kau selalu seperti ini, apa sekarang perutmu sudah merasa baik?" tanya Mega sembari memijit tengkuk leher suaminya. Sebagai seorang istri dia sangat tidak tega dan khawatir melihat suaminya selalu mual dan muntah setiap pagi.Alex hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Wajahnya yang tampan kini terlihat sangat pucat, tetapi dia masih bersikap baik-baik saja karena tidak ingin membuat Mega khawatir."Sebaiknya kita pergi periksa ke dokter, Sayang. Aku takut lambung-mu bermasalah," usulnya penuh perhatian."Tidak perlu, aku baik-baik saja." Alex berkumur sampai mulutnya bersih. Dia terlalu malas jika harus pergi ke rumah sakit hanya karena mual biasa."Baik-baik saja itu menurutmu. Ku mohon kau menurut saja padaku karena aku sangat takut jika kau sakit." Mega menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca."Aku tidak apa-apa, ini hanya mual biasa. Lagipula nanti siang juga akan sembuh sendiri." Alex meme