Share

Hangat

"Otakku berada di kepala, Pa," jawab Mega dengan sesenggukan. Mahendra dan Mahesa yang mendengar itu malah ingin tertawa, tetapi mereka tahan.

"Astaga, putriku kenapa malah menjawab dengan kalimat polos begitu?" Mahendra tetap masih marah walau sedikit terganggu karena jawaban putrinya.

Air mata masih keluar dari netra tua Mahendra, melihat sang papa menangis membuat hati Mega ikut sesak. Dia menakan dadanya kuat-kuat setelah menyadari jika sudah membuat kesalahan besar yang mungkin akan sulit untuk dimaafkan sanga papa.

Amarah Mahendra yang semakin meluap layaknya air dari sungai yang dangkal karena tidak ada lagi tempat untuk menampung, membuat hati Mega sedih luar biasa karena ini adalah pertama kalinya sang papa sangat marah dan kecewa dengannya. Bayangkan saja, orang-tua mana yang tidak akan marah ketika tahu putrinya merusak masa depannya sendiri dengan perbuatan yang berdosa.

Mega masih meringis menahan rasa sakit pada pipinya. Namun, dia tidak men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status