Alex menatap tajam Kim yang sedang merintih menahan sakit akibat ulahnya.
"Aaargh!" Kim meringis menahan rasa sakit di lengan kanannya. Tangan kirinya ia gunakan untuk menekan tangan lain yang terluka. Bisa dipastikan dalam beberapa menit ke depan lengan itu akan memar.
Kim tidak siap ketika Alex tiba-tiba mendorongnya sehingga dia tidak melakukan perlindungan diri, bahkan pria itu sangat tidak menyangka kalau tuan mudanya akan melalukan hal seperti itu.
Pandangan mata Kim saat ini tertuju kepada Mega, dia bisa menyimpulkan kalau wanita itu sedang merasa bersalah kepadanya. Dari sorot mata Mega sudah terlihat kalau wanita itu juga mengkhawatirkan Kim.
"Kenapa kau .... kau be-ru-bah?" tanya Mega kepada Alex dengan nada datar dengan suara yang hampir tidak terdengar karena tertutup suara isak tangis yang cukup kencang.
Sungguh, baru pertama kali dia menangis seperti itu karena seseorang melukainya dengan sengaja. Alex benar-benar psikopat tidak
maaf kalau punya agak lama. aku lagi kurang sehat, pusing mandang layar lama-lama
Dua jam berlalu dengan cepat, Alex membawa Mega pulang dari rumah sakit setelah berdebat panjang dengan dokter Harun karena dokter muda itu tidak mengizinkan Mega dibawa pulang hari itu karena kondisinya yang semula sudah membaik kembali seperti sebelumnya. Namun, dengan terus memaksa dan mengancam dokter muda itu. Akhirnya Alex bisa membawa Mega pulang dari rumah sakit itu. "Ikut aku!" Alex menarik kasar tangan wanita itu dan membawanya keluar dari ruangan inap. "Aku tidak mau, tolong lepaskan tanganmu!" Mega menggeleng, dia menarik-narik tangannya dari genggaman Alex. Jujur sekarang dia memiliki rasa takut berlebihan kepada pria itu setelah apa yang dilakukannya. "Papa dan oma sudah menunggu kita terlalu lama, aku tidak mau membuat mereka menunggu lebih lama lagi." Alex terus menarik tangan wanita itu sampai di parkiran rumah sakit walau mendapat tatapan bermacam-macam arti dari beberapa perawat, dokter, dan pengunjung yang berada di rumah sak
Mega tidak membuka mulutnya di sepanjang perjalanan karena bentakan Alex tadi. Dia bahkan dengan sengaja mengabaikan Alex yang terus berusaha memancingnya untuk bicara. 'Tadi dia membentak agar aku diam, tetapi nyatanya dia terus memancingku untuk bicara. Dasar pria plin-plan!' batinnya penuh kebencian. Mega menatap ke arah luar kaca mobil, pemandangan jalanan jauh lebih indah daripada pria berwajah tampan di sebelahnya. "Lain kali kalau kau berani mengabaikan aku maka ayahmu yang akan menerima hukumannya," ucap Alex sengit saat mereka telah sampai di rumah utama. "Kau selalu mengancam." Akhirnya Mega bicaranya dengan nada yang sangat geram. "Itu karena kau tidak akan menurut jika tidak diancam," sahut Alex dengan wajah dingin. "Rasanya aku ingin mati saja," gumam Mega dengan mata memerah mulai berkaca-kaca. Dia sudah lelah terus menerus menghadapi takdir yang membuatnya sering terluka. "Kalau kau mati p
"Sepertinya aku terlalu memanjakan dirimu, ya, sampai kau memiliki keberanian yang besar untuk membantah setiap keputusan yang aku buat?" Alex menatap dingin Mega, seulas senyum jengkel terlukis di wajah tampannya.'Keputusan yang kau buat secara sepihak itu?Sebelumnya kita belum membicarakan masalah serius ini, bahkan tidak ada perjanjian untuk melanjutkan sandiwara ini ke jenjang pernikahan.' Mega balas menatap Alex sampai padangan keduanya bertemu."Kenapa kau diam?" Alex bersuara lagi.Mega menggeleng. "Kau salah paham padaku, aku tidak membantah, hanya sedikit tidak setuju karena kita belum membahas masalah ini sebelumnya." Mega membela diri, dia tidak mau dipojokkan seolah-olah memang dialah yang bersalah.Walau baru bertemu Alex beberapa kali dan mengetahui sifat pria itu sedikit demi sedikit. Namun, Mega sudah bisa menilai dan membedakan macam-macam arti senyuman Alex. Dan sekarang pun dia tahu kalau Alex tersenyum karena pria itu kesal."B
"Mereka sangat cocok, 'kan, Mahes?" tanya Oma sebelum pergi ke kamarnya. Dia menatap punggung Alex dan Mega yang telah menjauh. "Ya, Ma." Mahesa mengangguk, tetapi ada perasaan tidak nyaman di hatinya karena melihat Mega sama sekali tidak terlihat kalau mencintai putranya. "Kapan kau akan menemui sahabat lamamu itu?" tanya oma lagi, kali ini dia menatap putranya penasaran. "Secepatnya, aku ingin berbicara banyak dengannya." Mahesa menjawab cepat, seulas senyum tipis terbit di bibirnya. "Bagus, kalau begitu sekarang kau tidurlah!" perintah oma penuh perhatian walau putranya itu sering sekali membuatnya naik darah karena pendapat mereka sering sekali tidak sama. "Ya, Ma. Selamat istirahat." Mahesa melangkah pelan menuju kamarnya. *** Alex terus menarik tangan Mega dan membawa wanita itu ke lantai tiga dengan berjalan kaki. Pria itu sepertinya tidak merasa kasihan dengan Mega yang sedang sakit d
Cahaya matari menerobos masuk melewati celah gorden yang sedikit terbuka. Ternyata keadaan di luar memang sudah terang, tetapi tidak membuat dua manusia yang masih lelah karena pertempuran nikmat tadi malam bangun.Mereka berdua masih asik meringkuk di tempat tidur empuk dengan balutan selimut tebal yang hangat dan enggan meninggalkannya.Ketika matahari semakin tinggi, salah satu dari mereka membuka matanya perlahan. Orang itu adalah Mega, dia merasakan rasa perih di pusat tubuhnya ketika akan melakukan sedikit gerakan untuk meregangkan otot-ototnya seperti yang biasa dia lakukan ketika bangun tidur.Namun, yang membuatnya merasa tidak nyaman bukan hanya rasa sakit di intinya, tetapi juga karena seseorang memeluknya dengan erat. Kakinya juga ditindih oleh kaki lain yang membuatnya kesulitan bergerak. Dengan mengerutkan dahi dalam-dalam, dia mencoba mengingat semuanya.Matanya berhasil melebar nyaris
"Besar sekali, pantas saja rasanya sangat menyakitkan ketika dia menjebol keperawanan aku tadi malam." Mega bergumam sangat lirih, matanya masih setia menatap milik Alex."Apa kau mengatakan sesuatu?" Alex bertanya seraya menatap wajah cantik wanita itu."Telingamu perlu dibersihkan karena aku tidak berkata apa-apa." Mega tersenyum mengejek, malu kalau harus mengakui perkataannya sendiri.Sial, bagian bawah tubuhnya tiba-tiba saja berdenyut hanya karena melihat milik Alex yang menggoda. Wanita itu bahkan merasa sangat yakin kalau semua wanita yang merasakan milik Alex pasti akan sangat puas dan ketagihan.Ah, dia benci berpikir seperti itu. Hatinya merasa panas karena cemburu yang dibuat olehnya sendiri.Namun, seulas senyum terlihat samar di bibir seksinya ketika dia tahu kalau dirinya adalah wanita yang pertama untuk pria itu. Entah bohong atau tidak, yang dikatakan Alex tadi malam mampu membuatnya bahagia."Kau pandai mengelak
Setelah Alex meninggalkannya. Mega tidak langsung menyusul pria itu, dia tiba-tiba merasa lelah dan perlu istirahat sejenak. Dia berjalan menuju sofa yang berada di sudut lobi, kemudian duduk dengan nyaman di sana.Mega belum siap menyusul Alex yang sedang marah karena pasti sangat sulit memadamkan api yang sedang berkobar.Sementara itu, Kim menarik napas panjang ketika melihat Mega malah duduk. Sebenarnya Kim ingin menyusul Alex, tetapi niatnya dia urungkan karena sudah mendapat keyakinan kalau nanti dirinya akan diusir dari ruangan tuannya."Nona, sebaiknya Anda segera menyusul Tuan Alex sekarang!" saran Kim dengan suara lemah lembut seraya berjalan menghampiri wanita itu."Kau mau melihat dia melukai aku lagi seperti yang dilakukannya kemarin? Tubuhku sampai sekarang bahkan masih merasakan sakit seperti diremuk karena perbuatannya," balas Mega jujur dengan nada kesal.Ya, yang dia katakan memang benar, Alex tidak hanya membuatnya terluka, tetap
Kaki Mega bergetar, tidak kuat lagi untuk berdiri dengan benar setelah mendapat pelepasan yang pertama.'Ah, aku membenci diriku yang malah menikmati permainannya, tubuhku pasti sudah tidak waras karena selalu merespon baik setiap sentuhannya. Oh, aku sangat membenci diriku yang lemah di depannya.' Mega memeluk leher pria itu walau dirinya merasa tidak suka.Tubuhnya sangat lemas setelah mencapai puncak untuk pertama kali. Mega benar-benar kehabisan tenaga, kondisi kesehatannya yang sedang tidak baik membuatnya sangat mudah lelah dan pusing."Kita belum selesai, Sayang. Kau tidak boleh lelah dulu! Kita akan menikmati waktu ini denganmelalukan sesuatu yang nikmat." Alex membopong tubuh lemah wanita itu dan membawanya ke sebuah kamar yang cukup besar walau hanya berada di ruang kerjanya."Aku tidak mau melakukanya, tolong jangan paksa aku! Aku mungkin saja bisa mati kalau kau menggauliku," ucap Mega yang berada dalam gendongan pria itu."Kau pikir ak