Share

Bab 114.  Cerita Ibu

"Maafkan Ibu, Nduk. Maaf." Ucapan Ibu sebelum dia tergugu kembali. Guratan penyesalan terlihat lekat di wajah. Mata nya pun membengkak karena air mata yang mengalir tiada henti.

Dari kamar mendiang Paklik Adi, tadi aku langsung ke kamar Ibu. Niatnya ingin membicarakan apa yang dikatakan Eyang Jaya dan buku harian yang aku sembunyikan di balik baju.

Bau balsem, minyak kayu putih, dan semacamnya pun menyeruak. Saat aku masuk tadi, ada orangnya Eyang yang memijit ibu yang berbaring di ranjang. Setelah aku masuk, mereka pun tahu diri dan pamit keluar kamar.

“Ibu salah,” ucap Ibu sambil berusaha untuk duduk. Aku membantunya bersandar di sandaran ranjang kayu berukir.

Tangan ibu menangkap tanganku yang berniat melepas dari bahunya. Tatapan resah bercampur dengan mata yang tergenang basah. “Ibu menyesal. Kenapa harus memberitahukan foto itu kepada eyangmu. Harusnya tidak ibu lakukan.”

Berganti aku menepuk punggung tangannya, menggenggam telapak tangan yang berkeringat dingin.

“Tidak, Bu. I
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mis Samia
yg sabar ya kalian berdua,pasti ada jalan buat bersama
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status