"Mana bisa seperti itu, Cinta anakku Pak Jo." Berlian mencoba menggeser Jonathan dari kursi roda Cinta. "Ma, jangan begitu sama Om Jo. Dia kan baik, hanya mau mengantarkan kita. Cinta enggak keberatan kok," ujar Cinta lalu memandang Jonathan.Berlian menarik napas panjang, ia bingung kenapa sang anak bisa membela Jonathan. Harusnya ia menjauhkannya dari pria itu, tapi kenapa bisa dia bertemu dengan ayahnya kembali.Berlian menarik Jonatan menjauh dari Cinta, ada hal yang ingin Ia bicarakan tidak di depan sang anak."Bukannya Anda marah saat tahu saya memiliki anak, kenapa anda malah datang dan menemui Cinta?" tanya Berlian dengan berbisik."Aku sudah bilang kalau Kak Arnold meminta aku mengantar kalian. Apa salah?""Pak Arnold mengatakan bukan Pak Jo yang mengantar saya dan Cinta. Tapi sopir pribadi dia."Berlian mencoba menegaskan, lalu ia kembali berpikir apa yang sedang di rencanannya oleh pria itu. Sejak pertama bertemu saja sudah begitu menyebalkan dan bersikap dingin dan angkuh
"Jahat kamu." Berlian memukul dada bidang Jonatan. Ia merasa pria itu kejam jika membatalkan pernikahan yang sudah di impikan calonnya. Dirinya pun pernah merasakan hal itu, mendengarnya saja sudah merasa sakit.Jonatan tersenyum sinis saat tangan kecil Berlian menyentuh dada bidangnya. Entah ia merasa ada yang aneh, sesuatu yang sudah lama tidak terasa kini membuat jantungnya begitu cepat berdetak.Namun, demi menjaga kewibawaannya, Jonatan hanya mengeluarkan senyum palsu dengan sikap dinginnya."Itu urusanku, mau jahat atau tidak. Lagi pula, jangan sok tahu dengan apa yang ada di hidupku karena kamu hanya orang lama yang baru saja muncul kembali," ujar Jonathan."Aku tidak peduli, tapi sebagai wanita aku bisa merasakan juga apa yang akan di rasakan Mbak Alea jika mendengar kamu bicara seperti itu."Jonatan membenarkan jasnya, lalu tanpa bicara apa pun ia malah meninggalkan Berlian dan masuk ke mobil. Tidak lama pria itu pun langsung meninggalkan rumah Berlian."Apa semua orang kaya
"Apa mungkin Cinta benar anakku?" Jonatan mengacak-acak rambutnya. Jonatan malah berharap Cinta adalah anaknya. Namun, ia pun memikirkan bagaimana jika benar, tapi pasti akan ada pertentangan dari kedua orang tuanya. Pria itu seperti tidak sabar, berpikir jika akan melakukan tes DNA tanpa sepengetahuan Berlian. Hanya saja, semua tidak akan mudah. Namun, ia kembali berpikir jika lebih baik bicara dengan Berlian lagi dan memastikan apa benar Cinta itu adalah anaknya atau memang Berlian menikah dengan pria lain."Jo buka pintu," ujar Ferdinand dari luar.Jonathan menarik nafas, ia beranjak dari ranjang dan menghampiri pintu. Lalu membuka pintu dan terlihat sang Ayah sudah berada di hadapannya.Tanpa disuruh masuk Ferdinand pun langsung melangkah ke dalam. Ia baru saja pulang dan langsung bicara dengan Jonathan."Ada apa Papa datang ke sini?""Kamu masih bisa bertanya ada apa, sementara kamu sudah membuat kepala Papa pusing dengan mengatakan akan membatalkan pernikahan kamu dengan Alea
"Kamu dengar tidak, kenapa semakin hari kamu sering bengong?" Nunung menyenggol Berlian.Sontak Berlian tersadar, bukan sering bengong hanya saja ia kaget saat di minta ke ruangan Pak Jo saat ini. Yang ia tahu sedang ada Alea di sana. Memikirkannya saja pusing apalagi berhadapan langsung pikirnya."Saya enggak mau tahu kalau kamu buat kesalahan lagi di depan pak Jo dan Bu Alea calonnya. Saya enggak mau ada komplain dari dia," ujar Bu Hera. Terlihat sangat judes karena berulang kali dia mendapat teguran dan komplain jika berlian kerap kali membuat kesalahan."Saya heran, berulangkali membuat kesalahan kenapa kamu selalu selamat. Heran," ujarnya.Setelah Bu Hera keluar dari ruangan, Nunung kembali menghampirinya. Sama halnya dengan Bu Hera teman satu kerjanya Berlian juga mengatakan kalau dirinya heran dengan berlian yang sering lolos dari hukuman setelah membuat kesalahan."Kamu kaya kucing, punya nyawa tujuh. Berulang kali salah tetap saja masih berada di kantor ini."Berlian tak men
"Berlian kamu kenapa?" tanya Jonathan. Mendengar suara Alea, ia pun gegas menghampiri wanita itu di luar."Karyawan bodoh kamu itu melakukan kesalahan besar. Lihat saja dia hampir membasahi sepatuku," ucap Alea dengan angkuhnya.Jonathan melirik sepatu Alea juga Berlian yang sudah basah bajunya terkena air pel. Ia berpikir sudah pasti Alea mendorong Berlian. "Sudah cukup, Berlian kamu bereskan dan kembali ke pantry. Dan kamu, ikut aku." Jonathan menarik Alea masuk ke ruangannya lagi. Ia harus meluruskan hal yang harus di luruskan. Berlian pun mengepel lantai yang basah, lalu mengambil pel dan ember. Ia merasa tidak nyaman dengan baju basah itu, dengan gegas Berlian kembali ke ruang pantry."Apa kamu bawa baju lain, Ning?" tanya Lian."Enggak adalah. Lagian kerja yang benar, jangan kebanyakan bengong.""Aku enggak bengong, wanita itu berjalan lalu menendang ember itu. Silakan lihat CCTV saja," ujar Berlian menantang. Nunung menggeleng melihat sikap Berlian. Ia yakin rekan kerjanya i
"Aku tidak tega melihat kamu di hina seperti itu, semakin lama mereka semakin tidak terkontrol," ujar Jonathan.Berlian tersenyum sinis, ia bingung dengan apa yang di katakan oleh pria di hadapannya. Bagaimana bisa berbaik hati saat dirinya di hina."Bukannya Pak Jo juga sama seperti mereka. Suka menghina dan merendahkan aku. Untuk apa merasa kasihan dengan penghinaan mereka kalau Anda sama saja dengan semuanya." Menghadapi Berlian saat ini tidak sama dengan saat masih dahulu. Begitu banyak asam garam yang ia lalui, membuat wanita itu sangat kuat dan terlalu keras kepala. Tidak peduli dengan permintaan Jonatan, Berlian akan tetap bekerja di perusahaan itu walau sering mendapatkan caci dan maki."Berlian, maaf jika aku menyinggung kamu. Ini semua demi kebaikan Cinta," ucapnya."Kebaikan apa, untuk apa Anda mengurusi aku dan Cinta kalau selama ini kamu tidak ada untuk kami," ujar Berlian. Berlian terdiam, sedangkan Jonathan mulai mencerna apa yang di katakan oleh wanita di hadapanny
"Hah, mengundurkan diri?" Nunung begitu kaget karena Berlian bukan di pecat, tapi malah di minat mengundurkan diri. Netranya membulat sempurna mendengar penuturan Berlian."Gila, dia enggak mecat kamu, tapi meminta kamu mengundurkan diri. Kenapa bisa begitu, harusnya dengan mudah dia bilang kalau kamu saya pecat," ucap Nunung. Berlian hanya mengangkat bahu lalu bangkit dan mengambil air minum. Melihat mimik wajah Nunung yang begitu syok, ia terkesan tidak peduli. Bahkan, ia malah berpikir mungkin akan terjadi berita skandal antara dirinya dengan Pak Jo jika Nunung tahu mereka memiliki hubungan masa lalu dan ada Cinta di antara keduanya yang tak di ketahui mereka."Lian, kamu beruntung sih." Nunung kembali bicara."Di suruh mengundurkan diri malah beruntung. Kamu ini aneh Nung," ujar Berlian sembari meneguk air putih.Nunung masih saja kagum melihat temannya itu. Namun, Berlian tidak memperdulikan Nunung yang mungkin siap menyebar gosip. "Aku mau cari minum segar, waktu istirahat ti
"Apa kau tidak sedang bercanda atau berbohong padaku?" Arnold memajukan tubuhnya mendekat pada adiknya. Arnold seperti tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Jonathan. Mantan kekasih yang mana pikirnya. "Mantan kekasih, saat kapan?" tanya Arnold lagi."Sebelum aku pergi sekolah ke luar negri. Lima tahun lalu," kenang Jonathan.Arnold mengingat-ingat, benar sang adik pernah sekolah ke luar negeri. Lima tahun lalu, tapi ia tak tahu jika Jonathan memiliki kekasih. Ia pun sibuk dengan kehidupan dirinya sendiri. Walau sesekali tahu kabar adiknya saat ibu atau ayahnya mengabari. Jonathan mengerjapkan mata berulang kali. Ia pun menyesal karena tidak menyelesaikan masalahnya dulu. Setelah kejadian malam itu, ia tidak pernah bertanya apa pun pada Berlian. Bahkan ia tak menyangka jika memang Berlian hamil."Lalu, kalian CLBK?" tanya Arnold. "Tunggu, kalau begitu Cinta itu ... kamu sempat menuduhku memiliki anak dari wanita lain. Wajah Cinta dan Mischa sama. Apa Cinta anak kamu?"Arnol