Share

27 | Pagutan yang Liar

Penulis: Eliyen Author
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 17:20:02

“Aku bukan salah satu teman tidurmu.”

Tangan Gista memerah setelah menampar Akash. “Jangan perlakukan aku seperti mainanmu.”

Kalau tadi Akash merasa kaget ditampar oleh Gista, kini dia merasa sakit luar biasa. Hatinya seperti ditampar oleh perkataan halus, tetapi menusuk, yang keluar dari mulut Gista. Dua perkataan Gista yang satu pun tak bisa dia balas.

“Gista, akan aku jelaskan,” pinta Akash lirih. Matanya tetap menahan setiap gerak Gista.

Gista memejamkan mata. Napasnya yang sempat memburu, kini mulai melandai. Bibirnya masih terasa bengkak, efek dari ciuman paksa Akash.

Tinju kecil Gista terkepal di samping tubuh. Dia merapat ke dinding, membuat jarak dengan Akash. Jika terus berdekatan dengan pria itu, Gista mungkin akan kembali terpasung dalam ingatan kemarin.

Dia hanya ingin tenang dan melupakan rasa sakit hatinya.

“Menjelaskan apa, Pak Akash? Menjelaskan kalau saya hanya partner riset, cadangan, atau pilihan kedua? Maaf, saya tidak punya waktu untuk berdiri di sini dan menden
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   37 | Lidah yang Saling Bertaut

    “Akash! Turunin aku!”Pria itu menghentikan kendaraan di tepi jalan. Lampu sein berkedip cepat. Tanpa banyak kata, Akash meraih tengkuk Gista dan melumat bibirnya kuat-kuat.Gista membelalak, tetapi dengan cepat membuka mulut, membalas perlakuan Akash.Di luar hujan deras mulai turun. Tetesan airnya memukul-mukul atap mobil. Hanya satu dua kendaraan yang berseliweran di jalanan kompleks itu.Tanpa sadar tangan Gista menyelinap ke rambut Akash dan menarik pria itu. Akash melepas sabuk pengaman. Lidah keduanya saling bersentuhan. Gista mendesah pelan sebelum melepas ciuman karena mulut Akash yang tersenyum lebar.“Apa?” tanya Gista bingung.Akash menggeleng. Dia kembali melajukan kendaraan menuju apartemennya alih-alih kembali ke rumah Gista.“Aku melihatmu diantar Arvin,” ucap Akash setelah mereka berada di ruang duduk apartemen yang hangat.Gista membeku. Pandangannya terarah ke pemandangan di luar jendela. Cahaya lampu kota lebih menarik minatnya ketimbang menjawab pertanyaan Akash.

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   36 | Tatapan Liarmu di Tubuhku

    “Menyentuhmu? Tidak, Nona Penulis. Bukannya kita sedang melakukan riset tentang ‘tatapan’?” Akash bertanya jenaka.Gista frustrasi. Badannya mendamba sentuhan pria itu. Dia menggeliat. Tangannya mencengkeram, berusaha menahan ledakan gairah yang timbul hanya dari tatapan Akash.“Kamu ingin?” tanya Akash akhirnya, seolah mengetahui beban putus asa wanita itu.Gista tanpa malu mengangguk. “Kalau begitu, memohonlah padaku.”Gista bergeming. Tinjunya terkepal di atas kepala. Matanya penuh sorot mencela, tetapi juga mengharap. Dia sudah ingin memohon, tetapi lagi-lagi perkataan Arvin melintas di kepalanya.[“Dia hanya ingin mempermainkanmu.”][“Jika sudah bosan, dia akan mencampakkanmu.”]Gista belum pernah bercinta. Akash adalah pengalaman pertamanya dalam hal keintiman. Namun, secara naluriah, Gista tahu. Jika dia mengabulkan permintaan pria itu, dirinya benar-benar akan jatuh dalam permainan Akash.“Nggak,” suara Gista berubah dingin. Dia menekan dalam-dalam gairahnya yang masih berkob

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   35 | Eksperimen Sensual

    “CEO Salim cuma bisa nyakitin perempuan, Gis. Semua orang yang kenal dia sudah tahu. Dia cuma jadikan kamu mainan sesaat, setelah bosan bakal dia buang. Aku punya buktinya.”Informasi klise. Seperti dalam novel-novel romansa yang dibacanya, Gista mendengar kalimat berulang itu. Jadi, dia hanya mengedikkan bahu dan berkata tenang.“Masalahku adalah urusan pribadiku, Kak Arvin. Trims karena udah ngasih tahu.” Gista menatap Arvin. “Terkadang apa yang orang lihat belum tentu yang terjadi sebenarnya, Kak.”Arvin menggeleng-geleng. “Aku cuma pengen lindungi kamu dari patah hati.”“Aku nggak perlu dilindungi, Kak.” Gista beranjak. Di ambang pintu pantri, dia berhenti sejenak. “Oh, soal bukti itu, aku nggak peduli. Itu kehidupan pribadi Pak Akash. Aku nggak berhak mencampuri.”Obrolannya dengan Arvin sudah selesai sejak berjam-jam lalu. Sekarang Gista sedang duduk nyaman di sofa ruang tengahnya. Di luar hujan deras. Malam beranjak tinggi. Sepi mencekam, tetapi tidak dengan pikiran Gista yang

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   34 | Ciuman Kilat di Pantri Kantor

    Apa Akash seorang cenayang? Gimana dia tahu sekarang aku lagi teleponan sama Kak Arvin?Terkejut dan kaget memaksa Gista spontan mematikan panggilan Arvin. Ponselnya berdering lagi, tetapi Gista abaikan. Dua kali deringan lagi lalu senyap. Yang dilakukan Gista hanya memelototi gawai itu. Untungnya esok hari Gista tak perlu bertemu Arvin. Direktur memberi tahu dua hari lagi MoU kerja sama dengan Salim akan resmi ditandatangani.“Kamu, Gis. Kamu bertanggung jawab bikin acaranya sukses. Nanti kamu juga koordinasi sama tim lain buat persiapkan pesta syukuran,” perintah Direktur.Gista mengangguk pelan. Yang lain bergembira, dia hanya memasang wajah datar. Seolah dia sudah tahu hal itu pasti akan terjadi. Sialnya, sikap Gista yang tak terlihat antusias justru memancing teman-teman sekantornya bergunjing lebih hebat.Gista cuek.Karena yang membuatnya antusias bukan turunnya investasi Salim, melainkan prospek bertemu Akash nanti malam.“Maaf, Gis. Nggak bisa dulu. Masih ada kerjaan di sini

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   33 | Phone Sex

    “Semalam kenapa aku dengar suara pria?” tanya Arvin.Gista hanya bisa mangap tak menentu. “Lupain,” kata Arvin lalu melengang pergi.Gista mengangguk sebagai tanda pamitan lalu berjalan meninggalkan Arvin. Di atap gedung, Gista cukup nyaman bekerja. Setidaknya dua bab selesai sampai waktunya makan siang. Namun, setelah istirahat justru otaknya makin kacau tak karuan.“Gis, lo nggak ikut party Arvin? Baru pulang dari Malaysia dia. Buset, demen banget itu orang jalan-jalan terus keluar negeri.”Gista menggeleng. Dia teringat oleh-oleh khusus pria itu untuknya yang masih tersimpan rapi di laci. “Langsung pulang, Mbak Lola. Revisian dari Mbak udah nungguin.”“Jangan keras-keras sama diri sendiri. Nikmati hidup, Gis.” Sang editor menepuk bahu Gista.Gista meringis. Nasehat yang sangat bijak dari orang yang membuatnya tak bisa menikmati hidup. Alih-alih mengikuti semua pegawai kantor ke klub malam, Gista langsung pergi ke halte menunggu bus membawanya pulang.Malam itu, Gista berjibaku den

  • CEO Dingin Itu Mentor Bercintaku   32 | Interupsi Hasrat

    “Kenapa sekeras ini?” Gista bertanya gugup. Dia mencoba bergerak, tetapi Akash mencengkeram panggulnya kuat-kuat.“Jangan bergerak. Aku bisa meledak nanti,” geram Akash.“Meledak?” Gista semakin gugup. “Apa maksudnya? Kamu … oh!” Mata Gista membelalak. Dia merasakan sesuatu di bawah sana. Tangannya refleks mencengkeram bahu Akash.“Ya, oh.” Pria itu menepikan rambut Gista yang terjuntai ke satu sisi leher. Bibirnya mencium kulit halus leher Gista. “Kamu tahu? Dia tegang hanya buat kamu. Dia keras hanya buat kamu.”Jantung Gista berdebar kencang. Suara Akash serupa belaian yang menggoda pertahanannya. Gista memejamkan mata.“Sentuh aku,” pinta Akash di telinga wanita itu.Gista merinding. Tangannya gemetar. Dia ingin melakukannya, menuruti perintah Akash, dan menanti penuh antisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, satu pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benaknya. Apa dia benar-benar sudah siap untuk ini? Kenapa dia mendadak begitu agresif saat Akash mencumbunya tadi? “Sayan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status