Beranda / Romansa / CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku / 170. Demi Tuhan, Aku Mencintainya

Share

170. Demi Tuhan, Aku Mencintainya

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-01 14:09:17

Cheryl tak langsung menyalakan lampu saat memasuki kamarnya. Ia berdiri dalam gelap, membiarkan sepi menyambutnya seperti pelukan dingin dari dunia yang telah kehilangan warna.

Napasnya membeku di udara, berat dan tersendat, seolah paru-parunya pun enggan menerima kenyataan. Yang paling menyakitkan bukanlah ditinggalkan, melainkan kenyataan bahwa ia sendirilah yang memilih pergi dari pria yang masih ia cintai, tapi tak sanggup lagi ia percaya.

Ia teringat pada hari pertama ia mengizinkan dirinya mencintai Bara. Pada senyum lembut pria itu. Pada pelukan hangatnya yang dulu terasa seperti rumah. Tapi kini semua kenangan itu terasa seperti belati, menyayat tanpa ampun.

Cheryl perlahan merosot ke lantai, membiarkan tubuhnya ambruk dalam keheningan yang memekakkan. Tangannya terulur ke arah ranjang… tempat di mana ia pernah menyerahkan seluruh dirinya, bukan hanya tubuh, tapi juga cinta, keyakinan, dan kehormatan.

Masih terngiang bagaimana malam pertama mereka terjadi hari itu…

"Bara. Kita
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
opa Sigit ini Tuhannya harta ya thor?? kok hatinya kejam bgt
goodnovel comment avatar
Aishwa Maira
mungkin nunggu kaya sebelah berat dan lama alurnya dan mungkin berkepanjangan jd sinetron huhuhu
goodnovel comment avatar
Easy Loundry
keknya berat banget nih novel thorrr, tiap habis baca novel aku harus buang napas panjang, blm seberapa pnjng tapi udh mulai pusing aku memilih u 5 ato 6 bab aja baru di baca.. spy g nyesek.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   190. Semakin Kagum

    Axel hanya nyengir, menyadari dirinya barusan keceplosan. Ia menggaruk belakang kepalanya pelan, gugup tapi berusaha tetap terlihat santai.Selama ini, ia memang sengaja menyembunyikan statusnya sebagai keponakan dari dr. Joshua Valen yang tersohor itu. Pernah ada masa di mana status itu justru membuatnya dimanfaatkan, sampai akhirnya dia kapok. Sejak saat itu, ia memilih untuk dikenal sebagai dirinya sendiri, bukan karena koneksi keluarganya.“Ehehe… ya gitu deh,” katanya sambil menghindari tatapan Cheryl.Cheryl menyipitkan mata, tidak puas dengan jawaban itu. “Axel,” ujarnya tajam, “jadi bener? Kamu keponakannya dr. Joshua?” desaknya penasaran.Axel mengangkat kedua tangan, seolah menyerah. “Technically, iya. Tapi aku jarang banget ketemu dia.”“Tapi kamu bisa hubungi dia kalau butuh bantuan?” desak Cheryl, alisnya terangkat.Axel mengangkat bahu. “Kenapa nggak? Kami sering ngobrol by phone kok. Soalnya buat ketemu langsung agak susah. Om Valen itu kayak planet beda galaksi. Sibuk,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   189. Idola

    Cheryl masih berada di area lounge lantai tengah bersama Axel. Dari balik kaca besar yang membentang di sisi ruangan, matahari pagi menjelang siang menyinari sebagian wajahnya. Gadis itu sedang mengangkat panggilan telepon yang menampilkan nama “Bara”.“Halo?”“Sayangku, jangan nakal.” Lalu telepon mati begitu saja setelah Bara mengatakannya.Cheryl mendengus. “Ih. Ini orang ya… iseng banget sih? Telepon cuma mau ngomong gitu doang?” gerutunya dalam hati.Axel yang berada di depannya melirik sekilas, lalu menghela napas ringan.“Kamu kelihatan stres, Cher?” komentar Axel, mencondongkan badan sedikit, mencoba menangkap tatapan Cheryl yang tampak sewot saat menyimpan ponselnya ke dalam tas.Cheryl tersenyum tipis tanpa benar-benar menoleh. “Biasa. Urusan kerjaan.”Axel tertawa kecil. “Hmm, wajar sih. Mengingat bosmu itu Pak Bara langsung, kamu pasti ikutan stres. Apex kan lagi dalam masalah besar.”Cheryl akhirnya menoleh. “Masalah besar?”“Beritanya kan udah rame, Cher. Bahkan nongol

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   188. Jangan Nakal

    Dering ponsel Bara tak henti-hentinya berbunyi. Sepanjang jalan, pria itu sibuk menerima telepon demi telepon yang nyaris tanpa jeda. Cheryl hanya duduk diam di samping Bara, tatapannya lurus ke depan, tak ingin menanyakan apapun, tak ingin mengganggu. ‘Bara cerdas. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Dia pasti bisa keluar dari ini semua,’ yakinnya, atau lebih tepatnya meyakinkan dirinya sendiri.Cheryl menghela napas, lalu memalingkan wajah ke jendela.‘Tapi lawannya Tuan Sigit,’ batinnya berat. ‘Bisakah Bara menandingi kekuatan sebesar itu?’Beragam skenario berkelebat di benaknya. Ia membayangkan bisa menghubungi orang-orang penting yang berpengaruh, membayangkan dirinya menyusup ke jaringan kuat yang selama ini hanya bisa dilihatnya di majalah bisnis. Bahkan, ia sempat membayangkan dirinya berlutut di hadapan pria tua itu, memohon agar Bara dilepaskan.Tapi semua itu tak lebih dari khayalan kosong.Ia sadar, dirinya bukan siapa-siapa. Bukan bagian dari dunia tempat Bara kini berd

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   187. Sudah Dimulai

    Selesai menelepon, Bara menyusul Cheryl keluar kamar. Gadis itu sudah duduk di sofa dengan kaki bersilang anggun, tangannya memainkan ponsel sambil tersenyum melihat kemunculan sang suami."Siap berangkat?" sapanya ringan dan manis.Bara mengangguk. Tanpa berkata, ia meraih uluran tangan Cheryl. Jemari mereka bertaut, dan tiba-tiba saja Bara meremas tangan Cheryl lebih kuat dari biasanya, tidak menyakitkan, tapi cukup membuat Cheryl menoleh dengan alis terangkat. Pria itu seolah tak sadar melakukannya.Cheryl menatap wajah suaminya yang tampak begitu tenang. Terlalu tenang. Bahkan sudut bibirnya masih sempat terangkat tipis, seperti biasa. Tapi mata itu—mata gelap yang selalu menjadi favorit Cheryl—kali ini terlalu diam, terlalu dalam. Seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalamnya, namun dikunci rapat-rapat.Cheryl menunduk sejenak, melirik jemari mereka yang saling menggenggam. Genggaman Bara masih erat, dan terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan dingin karena suhu tubuh,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   186. Tak Terlalu Terkejut

    Langkah Bara menggema lembut di dalam ruang wardrobe yang luas, sebuah ruangan seluas kamar utama biasa, dikelilingi lemari kaca dan laci-laci kayu gelap yang dibingkai lampu warm tone.Dalam balutan handuk yang melilit di pinggangnya, Bara berjalan ke sisi kiri wardrobe, tempat jas-jasnya tergantung sempurna berdasarkan warna dan potongan. Ia mengulurkan tangan, mengambil setelan jas hitam kelam dari koleksi Ermenegildo Zegna—kemeja hitam pekat, dasi satin senada, dan celana wol ramping berpotongan klasik. Sepatu pantofel hitam mengilap sudah tertata rapi di lantai marmer di bawah rak. Semuanya serba gelap.Di sisi berlawanan wardrobe, Cheryl membuka salah satu lemari khusus berisi koleksi busana kerjanya—barisan blazer warna nude, ivory, soft green, hingga dusty rose tergantung rapi bersama deretan celana panjang dan rok pensil. Gadis itu memilih satu set yang ringan namun memukau: blazer crop warna oyster beige dari Max Mara, dipadukan dengan celana high-waist senada. Di dalam bl

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   185. Lagi Ingin Dimanja

    Sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk, Cheryl berjalan keluar dari kamar mandi. Uap hangat masih melekat di kulitnya, menyisakan aroma sabun yang lembut memenuhi udara. Ia tersenyum saat matanya bertemu tatap dengan Bara yang sedang menerima telepon. Namun Bara tak membalas senyumnya, lelaki itu justru segera mengalihkan pandangannya ke arah jendela.Cheryl tertegun di tempat, memandang Bara yang kini berdiri membelakanginya, tubuh lelaki itu diam di dekat jendela. Ia pun tahu, Bara sedang terlibat pembicaraan penting.Setelah Bara terlihat selesai, Cheryl bertanya, “Siapa yang menelepon?” nada suaranya santai, seolah tak ingin betul-betul tahu. Bara akhirnya menoleh dan tersenyum padanya tanpa menjawab apa-apa. Suaminya itu hanya mengedikkan bahunya, acuh tak acuh, seakan telepon tadi bukanlah sesuatu yang penting.“Kamu cantik banget habis mandi kayak gini,” gumam Bara seraya meraih pinggang Cheryl, memeluknya erat, lalu menunduk, mengendus lembut ceruk lehe

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   184. Sebuah Permohonan

    Bara berdiri di dekat jendela kamarnya, ponsel masih melekat di telinga. Pandangannya sesekali melirik ke arah kamar mandi di mana Cheryl sedang membersihkan diri usai percintaan panas mereka. Suara air yang mengalir terdengar samar, tapi cukup untuk membuat pikirannya sedikit terpecah. Ia berharap suara shower itu cukup menutupi percakapannya.Dia menurunkan sedikit volume suaranya, tak ingin Cheryl mendengar isi pembicaraan yang sedang berlangsung. Apa pun yang dibicarakan dengan Nyonya Dania, bukanlah sesuatu yang perlu Cheryl tahu. Istrinya tak seharusnya dibebani dengan masalah dari masa lalunya."Ini tak ada sangkut pautnya dengan istriku, Tante. Kenapa bawa-bawa Cheryl?" ucapnya pelan namun tajam. Tangannya yang menggenggam ponsel bergetar menahan emosi, sementara mata Bara memejam sejenak, menahan gemuruh kemarahan yang mulai mendesak dari dalam dadanya.“Tentu saja ini semua karena dia. Kamu tidak mungkin mencampakkan Milena begitu saja kalau bukan karena perempuan itu!” "Ak

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   183. Amarah

    Helikopter medis mendarat mulus di helipad lantai paling atas sebuah rumah sakit ortopedi terbaik di Jakarta, yang masih merupakan jaringan dari Bintang Hospital Group. Angin dari baling-balingnya menerbangkan debu halus dan ujung jas para staf medis yang sudah berjajar rapi di area pendaratan VIP.Sebuah tandu khusus diturunkan dengan cepat dari perut helikopter. Di atasnya, Milena terbaring kaku, wajahnya pucat pasi, rahangnya menggertak menahan rasa sakit yang menyayat hingga ke sumsum.“Stabilkan kepala! Jangan lepas penyangga spinalnya!” teriak salah satu paramedis yang berlari ke sisi tandu.“Brace cervikal masih aman!” sahut rekannya yang berjaga di bagian kaki tandu.“Arahkan brankar ke lorong isolasi! Jaga tulang belakang tetap sejajar, jangan ada rotasi mendadak!”Tandu berpindah ke brankar darurat, lalu tim medis membawanya melalui jalur khusus yang menghindari area umum, langsung menuju unit gawat darurat privat. Roda berdecit pelan di atas lantai mengilap, diiringi napas

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   182. Konsekuensi Besar

    Cheryl mendorong pelan tubuh Bara yang memeluknya. "Hah, gila apa?" Gerutunya pelan, tapi cukup jelas untuk membuat Bara mengangkat kepala.Bara menatapnya, sedikit bingung dengan reaksi Cheryl yang tiba-tiba menjauh. “Kok gila, sih?” tanyanya, nada suaranya terdengar lebih rendah, lebih hati-hati. “Apa salahnya kalau aku pengen punya anak dari kamu?”Cheryl bangkit duduk, menarik selimut menutupi tubuhnya, lalu mengalihkan pandangan ke arah jendela yang memantulkan cahaya pagi yang hangat. Matanya menatap jauh, tapi pikirannya justru berkelindan pada kejadian yang baru-baru ini merundungnya.“Bara, ini bukan soal mau punya anak. Ini soal kita sanggup atau nggak menghadapi semua konsekuensinya.”Bara ikut duduk, menyentuh lembut lengan Cheryl. “Aku serius. Aku nggak main-main waktu bilang aku cinta kamu. Dan aku pengen ada bagian dari kamu dan aku di dunia ini. Seseorang yang bisa kita jaga bersama, yang lahir dari cinta kita.”“Tapi jangan bikin kamu lupa satu hal,” potong Cheryl, ki

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status