Share

269. Dunia yang Sempit

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-07 16:55:04
Didampingi Arin yang masih tersenyum hangat, Axel melangkah santai ke arah deretan meja di sisi kanan ruangan.

“Nah, ini mejamu,” ujar Arin sambil menunjuk meja kosong tepat di sebelah kiri Cheryl. “Dekat jendela, biar sewaktu-waktu bisa menatap pemandangan indah.” Lalu Arin berbisik pelan. “Sesuai permintaanmu.”

Cheryl sontak menoleh. Matanya langsung menyipit heran. “Kebetulan macam apa ini?” pikirnya.

Ia menatap Axel dengan tatapan waspada, seolah mencoba mencari tahu agenda tersembunyi di balik senyum tengil lelaki itu. Tapi Axel hanya membalas dengan ekspresi tenang, seolah memang tidak ada yang perlu dicurigai.

“Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk selalu bertemu, Cher,” gumam Axel sambil mengedipkan sebelah mata.

“Aku nggak punya waktu buat memikirkan teori takdir, kerjaanku banyak,” sahut Cheryl sambil tersenyum tipis. “Well, selamat datang dan selamat bergabung di tim ini, Axel.”

Tangannya kembali bergerak di atas keyboard. Fokus. Seolah tak terjadi apa-apa.

Axel menghela
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
alur cerita bab ini bikin adem , semangat ya Cheryl dan Axel.jadilah anak muda berkualitas yg cuma bisa nangis krna masalah cinta
goodnovel comment avatar
Naya Ajach
Wowwwww excellent ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   275. Ikut Bangga

    Mesin Lamborghini meraung pelan, ban sportnya berdecit ringan saat melewati portal keamanan di sebuah kawasan elite Kebayoran Baru—Jakarta Selatan. Cheryl terbelalak, menatap deretan rumah megah di sisi kanan-kiri jalanan paving yang rapi. Kanopi pohon-pohon mahal meredam terik matahari, memantulkan kilau jingga di kap mobil oranye terang itu.Cheryl terkejut saat Axel membelokkan setir, masuk ke jalur batu koral putih, menuju sebuah gerbang rumah besar yang terbuka otomatis begitu sensor mendeteksi mobil mereka. Pilar-pilar tinggi, lampu taman elegan, dan taman depan yang asri langsung menyambut. Di ujung jalur, terpampang rumah modern minimalis dengan desain kaca tinggi, kayu solid, dan sentuhan marmer di fasadnya. Terlihat luas, tenang, tapi juga memancarkan aura kelas atas.“Axel, kita ke mana ini? Memangnya di sini ada restoran?” tanya Cheryl bingung. Suaranya terdengar bergetar, seiring Lamborghini melaju perlahan melewati gerbang terbuka.Axel hanya tersenyum kecil, tak menja

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   274. Siap Sakit Buatmu

    Mesin Lamborghini meraung halus di jalan protokol Senayan. Di luar kaca jendela yang sedikit gelap, gedung-gedung tinggi SCBD lewat bagai klip musik super mahal.Di dalam kabin supercar berbalut kulit hitam dan aksen emas itu, suasana justru terasa jauh lebih santai dibanding tampilan luarnya yang sangar.Hembusan AC dingin dari ventilasi di dashboard Lamborghini menampar halus kulit leher Cheryl, menepis sisa hawa panas Jakarta siang itu. Aroma kulit asli yang mahal, bercampur wangi maskulin parfum Axel, memenuhi ruang sempit kabin. “Kita mau ke mana sih? Buruan, aku udah lapar, tau! Jangan cuma muter-muter nggak jelas cuma buat pamer mobilmu,” omel Cheryl sambil memangku plakat penghargaan dengan satu tangan, sementara tangan satunya memeluk buket bunga dan boneka beruang raksasa yang nyaris memenuhi setengah kabin.Bahunya sedikit terangkat, berusaha menahan plakat agar tidak tergores sabuk pengaman. Sesekali boneka beruang itu bergeser, menabrak lututnya setiap kali Axel memindah

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   273. Cowok Lolipop

    Cheryl melangkah cepat keluar dari aula, menyusup di antara barisan wisudawan yang bergerak lambat karena sibuk foto dan saling bersalaman. Ia tidak ingin satu pun momen tersisa untuk kemungkinan bertemu mata dengan Bara. Saat pria itu sempat menoleh ke arah barisannya, Cheryl sudah menghilang, membungkuk sedikit sambil menghindari pandangan—seolah sedang mencari sesuatu di lantai, padahal yang ia cari hanyalah jalan kabur.“Cheryl! Ayo kita foto bareng!” panggil salah satu teman seangkatannya begitu melihatnya di koridor luar aula.Sial.Langkah Cheryl terhenti. Beberapa tangan langsung menarik lengan jubah toganya, menariknya masuk ke dalam lingkaran kecil para gadis ekonomi yang sudah siap dengan kamera dan senyum merekah.“Mau ke mana sih? Kapan lagi kita foto bareng?” omel Rina sambil menggandeng pinggang Cheryl.“Sekali lagi ya... Satu, dua, cheese...!”Cheryl terpaksa menyunggingkan senyum semanis mungkin ketika kilau kamera dari ponsel-ponsel mereka mulai menyambar. Blitz dem

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   272. Aku Bangga Padamu

    Prosesi wisuda dimulai. Satu per satu nama-nama dipanggil, menggema dari pengeras suara di tengah aula megah JCC Senayan. Para wisudawan dan wisudawati berdiri satu demi satu, berjalan tertib menuju panggung utama. Kamera-kamera bersiap mengabadikan setiap momen berharga itu. Sorot lampu mengikuti langkah mereka.“Cheryl Anindita, Fakultas Ekonomi.”Nama itu mengudara jernih dari atas podium, dan seketika, suasana di dalam ruangan berubah. Suara tepuk tangan yang semula datar kini terdengar berbeda—lebih ramai. Lebih bersemangat.Gemerisik pun menyeruak dari deretan hadirin.“Oh jadi itu yang namanya Cheryl Anindita, yang disebut-sebut Pak Bara tadi… ternyata anak ekonomi.”“Wah, cantik ya. Nggak heran.”“Menurutmu, mungkin nggak kalau Pak Bara naksir Cheryl?”“Mungkin aja, apa sih yang nggak mungkin di dunia ini?”“Tuh, liat aja… dia aja sampai berdiri sambil tepuk tangan buat Cheryl.”“Senyumnya dong… kayak lagi senyumin pacar.”“Ih. Tapi kan Pak Bara udah ada tunangan.”“Tapi gos

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   271. Someone Special

    Lagu kebangsaan berkumandang megah di seluruh penjuru aula utama JCC Senayan. Barisan toga hitam dengan selempang warna-warni fakultas memenuhi deretan kursi tengah. Cahaya dari lampu gantung menyinari ruangan seperti langit-langit gereja klasik, membuat suasana terasa sakral, istimewa.Pembawa acara berbicara dengan suara tegas dan formal.“Dengan mengucap syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sidang Terbuka Senat Universitas Buana Nusantara dalam rangka Wisuda ke-117 dengan ini resmi dibuka.”Tepuk tangan membahana. Musik mars kampus mengalun pendek. Para orang tua di kursi belakang sibuk mengabadikan momen, sementara para wisudawan saling tersenyum gugup.Cheryl duduk di antara barisan wisudawan dan wisudawati dari Fakultas Ekonomi. Buket mawar merah dari Valen untuk sementara ia letakkan di bawah kursi. Ia menatap panggung, matanya berbinar, meskipun di dasar hatinya masih ada lubang kosong yang belum bisa ia tutupi sepenuhnya, terganjal oleh pikiran: “Andai Bapak ada di sini.”S

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   270. Tak Benar-Benar Sendirian

    Cermin besar di sudut kamarnya memantulkan sosok Cheryl yang tengah merapikan riasan wajahnya. Jemari halusnya bergerak hati-hati, membaurkan sedikit warna di pipi dan merapikan alis. Ia tak mengenakan makeup tebal—hanya riasan ringan yang menonjolkan pesona naturalnya. Matanya berbinar, meski tak sepenuhnya mampu menyembunyikan kesedihan yang perlahan mengendap di baliknya.Kebaya berwarna broken white yang sederhana namun elegan membalut tubuhnya dengan pas. Motif renda di bagian lengan memberi sentuhan anggun, sementara kain batik katun lembut bermotif parang terlihat pas sebagai bawahan yang elegan. Cheryl menyanggul rambutnya sendiri—tatanan simpel yang ia pelajari lewat video tutorial di internet. Tak ada salon mewah, tak ada perias profesional, hanya dirinya, cermin, dan usaha terbaiknya untuk tampil pantas di hari penting ini.Ia tersenyum pada bayangannya sendiri. “Ini untukmu, Pak… akhirnya aku memakai toga seperti yang selalu Bapak impikan,” bisiknya lirih, nyaris tak terd

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status