Share

31. Setan yang Tampan

Auteur: Indy Shinta
last update Dernière mise à jour: 2025-01-13 01:49:47

Sinar matahari menerobos lembut melalui tirai yang setengah terbuka. Cheryl menggeliat di ranjangnya, mengusir sisa kantuk yang masih menggantung di matanya. Ia mendengar suara langkah kaki, benda-benda yang bergeser, dan percakapan pelan di antara dengung mesin yang menyala.

Suasana aneh itu seketika membuat matanya tiba-tiba terbuka lebar.

Ia tersentak melihat kamarnya kini dipenuhi oleh beberapa pelayan yang sibuk membersihkan ruangan. Ada yang sedang menghisap debu di karpet, membuka jendela lebar-lebar, dan merapikan meja kecil di sudut kamar, seolah keberadaan Cheryl di kamar ini tak berarti apa-apa.

Cheryl terduduk dengan rambut acak-acakan, menatap mereka dengan sorot bingung sekaligus kesal.

“Kalian... kok bisa masuk? Dan kenapa masuk tanpa izin dariku dulu?” tegurnya dengan suara serak, khas orang yang baru bangun tidur. Kekesalan yang nyata memancar dari nada bicaranya, namun suaranya belum cukup keras untuk menghentikan kesibukan mereka.

Seorang pelayan bernama Wati, ya
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Tari Adiba
sy tdk suka sm cheryl sifat yg angkuh padahal sdh tdk punya apa.. bisa ndak su cheryl ndak ada...
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   297. Antara Dua Pintu

    Cheryl menggeliat pelan. Kelopak matanya bergetar, merespons cahaya pagi yang menyusup malu-malu dari celah tirai tebal. Ia mengucek matanya dengan malas. Kepala terasa berat, berdenyut tak enak, seperti dihantam palu semalaman.Perlahan, matanya mengerjap. Bukan kamarnya. Bukan penthouse Valen. Semuanya terasa asing.“Ah, iya… Aku kan lagi nginap di hotel,” gumamnya parau.Tapi belum sempat ia meresapi kenyamanan selimut tebal yang membungkus kakinya dalam suhu AC yang dingin ini, detak jantung Cheryl seketika melompat liar saat matanya bertemu sepasang tatapan gelap yang menusuknya dari tepi ranjang.Bara duduk di sana. Tangannya terlipat di dada. Mengawasinya lurus-lurus. Cheryl menjerit, seperti baru melihat hantu. Tangannya refleks meraih bantal dan melemparkannya ke arah Bara. “Ih. Ngapain kamu di sini, setan?!”Bantal itu terhenti di lengan Bara, yang bahkan tidak bergerak sejengkal pun. Lelaki itu hanya menaikkan sebelah alis, senyumnya tipis, nyaris mengejek.“Sudah sadar?

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   296. Tak Ingin Usai

    Cheryl masih tenggelam dalam pusaran alkohol yang mengacak-acak pikirannya. Bibirnya terus bergerak, meracau nama Valen seolah nama itu satu-satunya jangkar yang menahan kesadarannya agar tak sepenuhnya karam. Matanya setengah terpejam, kata-katanya berhamburan, nyaris tak terangkai rapi, tapi justru di situlah letak kepedihan yang memukul dada Bara tanpa ampun.“Kalau dilihat-lihat… bibir kamu bagus juga, Val. Kayak bibirnya Bara.” Cheryl tertawa kecil, tawa pendek, putus-putus, sedikit pecah, seolah ada sisa luka yang tersembunyi di ujungnya. Jemarinya, hangat dan sedikit gemetar, menelusuri bibir dan garis rahang Bara yang tegang. “Kamu sudah 40 tahun, kan? Tapi kamu terlihat masih semuda Bara,” ocehnya lagi, jari-jari lentiknya tanpa dosa terus membelai setiap senti wajah Bara.Kadang tangannya berhenti di dagu Bara, lalu bergerak lagi ke pipi, seolah ia lupa arah. Bau alkohol, menyusup di sela napas gadis itu, bercampur dengan bau sabun dan sisa parfum manis di rambutnya.Bara

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   295. Siap Menerima Kebencianmu

    Dari tempatnya duduk di sudut bar, Reno mengawasi Cheryl yang tertawa kecil, membiarkan kepalanya terayun ke kanan dan kiri seperti balon helium yang baru saja dia nyanyikan.Sesekali senyum tipis lolos dari bibir Reno.“Bahkan saat mabuk pun dia tetap terlihat manis. Pantas saja bikin Mas Axel tergila-gila sampai tega meninju Omnya sendiri,” gumamnya, setengah miris, setengah geli.Jarum jam di pergelangan tangannya terus bergerak, menandai waktu yang meluruh bersama denting gelas dan irama jazz yang mengalun di bar itu.Beberapa tamu sudah berganti, bartender tetap sibuk bekerja, dan Cheryl… perlahan kepalanya tampak terkulai di atas meja bar, bahu mungilnya merosot. Masih meracau, menggumamkan potongan lagu anak-anak yang makin tak jelas nadanya.Reno tetap menunggu hingga beberapa jam. Akhirnya, ia mendekat saat Cheryl sudah tak bergerak lagi, entah ketiduran atau pingsan. Tangannya terulur, siap menahan tubuh gadis itu kalau benar-benar tumbang di kursi tinggi.Tapi rupanya suda

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   294. Butuh Ketenangan

    “Reno, kamu cepat pergilah… awasi dan jaga Cheryl. Pastikan dia aman,” tegas Valen. Suaranya datar tapi serak di ujung, seolah menahan denyut yang menancap di dadanya sendiri. Tatapannya masih terpaku pada pintu yang baru saja menelan punggung Cheryl.“Baik, Dok.” Reno mengangguk cepat dan segera keluar dari kamar, meskipun matanya sedikit was-was saat memandang Axel. Khawatir emosi anak itu bisa meledak lagi kapan saja dan bisa melukai tuannya.Tapi melihat ketenangan di mata Valen, Reno percaya sang dokter bisa menjaga dirinya sendiri. Sepeninggalan Reno, Valen menghela napas panjang, lalu ikut duduk di lantai, berhadapan dengan Axel. Ditepuknya lembut pundak si keponakan dengan segenap kasih sayangnya. Sikapnya tenang terkendali, meredam gelombang yang bisa menenggelamkan mereka berdua.“Axel. Demi Tuhan—” Suara Valen nyaris pecah, tapi di ujungnya tetap terdengar tegas dan berwibawa. “Om betul-betul baru tahu saat makan siang di rumahmu, bahwa Cheryl-lah orangnya. Om juga kaget,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   293. Sudah Cukup

    Keributan dan teriakan di luar kamar mandi memukul jantung Cheryl keras-keras.‘Hah, apaan tuh?’ Ia langsung menutup kuping, matanya terpejam rapat, seolah suara benturan dan teriakan di luar sana bisa lenyap begitu saja.“Astaga… kenapa hal semacam ini harus terjadi sekarang sih!” erangnya sambil menekan telinganya lebih rapat. “Aku lagi bete, tau!”Tapi bentakan Axel, suara tinju menghantam, dan erangan Valen merobek pertahanannya untuk pura-pura tak mendengar apa-apa.Cheryl akhirnya bangkit, tangannya sedikit gemetar saat meraih kenop pintu.Begitu pintu terbuka, suara ‘BRAK!’ kembali meledak. Valen terhuyung ke dinding, bahunya menghantam lemari dengan bunyi pekak. Sementara itu satu tangan Axel masih terangkat, wajahnya merah, napasnya berat, mata nyalangnya menatap Valen seperti memandang musuh bebuyutan. Reno sigap menahan pergelangan tangannya, tapi Axel meronta sekuat urat.‘Sialan. Akhirnya yang kutakutkan terjadi. Bahkan ini lebih buruk dari yang kubayangkan.’Pikiran Ch

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   292. Kenapa Harus Dia

    Hati Axel panas membara.Saat Reno tadi berkata, “Saya antar bajunya Dokter Joshua dulu ya, Mas. Tunggu sebentar di sini, saya nggak lama kok. Cuma mau turun ke lantai 18,” Axel hanya mengangguk sambil menahan senyum tipis, padahal bara api di dadanya seketika meledak.“Baju buat Om Valen? Di lantai 18 dengan Cheryl?” desis Axel dalam hati, kedua matanya menyipit, menatap punggung Reno yang berbalik meninggalkannya di lorong hotel.“Mereka… check in?”Ada yang tersayat di hatinya. Cheryl, gadis yang di matanya tampak mahal dan polos, apakah ternyata semurah itu? Apakah kehormatan gadis yang ia cintai sejak SMA itu cuma seharga materi yang telah diberikan oleh omnya?Axel teringat bagaimana dulu diam-diam ia membuntuti Cheryl saat pulang sekolah sendirian, hanya untuk memastikan gadis itu betul-betul aman sampai di rumah. Namun, semua kenangan itu kini bagai ditertawakan Valen.Ia mengepalkan tangan, menahan amarah yang rasanya bisa meledak di tempat.Begitu Reno menjauh, Axel menajamk

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status