Share

31. Setan yang Tampan

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2025-01-13 01:49:47

Sinar matahari menerobos lembut melalui tirai yang setengah terbuka. Cheryl menggeliat di ranjangnya, mengusir sisa kantuk yang masih menggantung di matanya. Ia mendengar suara langkah kaki, benda-benda yang bergeser, dan percakapan pelan di antara dengung mesin yang menyala.

Suasana aneh itu seketika membuat matanya tiba-tiba terbuka lebar.

Ia tersentak melihat kamarnya kini dipenuhi oleh beberapa pelayan yang sibuk membersihkan ruangan. Ada yang sedang menghisap debu di karpet, membuka jendela lebar-lebar, dan merapikan meja kecil di sudut kamar, seolah keberadaan Cheryl di kamar ini tak berarti apa-apa.

Cheryl terduduk dengan rambut acak-acakan, menatap mereka dengan sorot bingung sekaligus kesal.

“Kalian... kok bisa masuk? Dan kenapa masuk tanpa izin dariku dulu?” tegurnya dengan suara serak, khas orang yang baru bangun tidur. Kekesalan yang nyata memancar dari nada bicaranya, namun suaranya belum cukup keras untuk menghentikan kesibukan mereka.

Seorang pelayan bernama Wati, ya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   32. Penerobos Privasi

    Bara bersedekap, tatapan tajamnya menusuk ke arah Cheryl, seolah-olah menguliti setiap lapisan yang melindungi dirinya. Mata pria itu bukan sekadar melihat, tapi menggali, membaca, dan menilai, membuat Cheryl merasa terpojok.Tubuh Cheryl menegang. Meski pria itu adalah suaminya, namun keberadaannya terasa seperti ancaman yang asing dan tidak diundang. Ia buru-buru menghindari sorotan itu dengan bergerak cepat menuju lemari. “Berhenti menatapku seperti itu!” bentaknya, berusaha menutupi getar dalam suaranya.“Aku hanya menggunakan mataku,” Bara menukas, suaranya rendah, nyaris seperti gumaman. Seolah kata-katanya adalah hal yang paling masuk akal di dunia.Wajah Cheryl memerah, entah karena marah atau tersipu—ia bahkan tak tahu. “Dan kamu cukup menarik untuk dilihat. Kenapa aku harus berhenti?”Panas menjalar ke seluruh tubuh Cheryl. Ia mencengkeram handuk yang membalut tubuhnya, menyadari betapa pendeknya kain itu hingga memperlihatkan pahanya yang jenjang. “Dasar kurang ajar,” de

    Last Updated : 2025-01-13
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   33. Tugas yang Menyiksa

    "Aku? Me-apa katamu? Memasak?" Cheryl ternganga sejenak. "Tapi aku—" Ia menelan ludah, gugup. Memasak? Itu lebih mirip tantangan hidup daripada tugas sederhana baginya.Gagasan tentang dirinya berdiri di depan kompor, mencoba menciptakan sesuatu yang layak disebut "makanan," terasa seperti lelucon yang sangat buruk.Selama ini, dapur baginya hanyalah tempat untuk menyeduh teh dan kopi instan, atau membuat Indomie di tengah malam. Di rumahnya, memasak itu urusan mendiang ayahnya—yang sudah terbiasa mengurus semuanya sebagai orangtua tunggal. Cheryl bahkan tak pernah merasa perlu untuk menyentuh alat masak lebih dari sekadar membuka microwave.Namun kini ia justru diminta memasak oleh Bara—sosok pria yang memancarkan aura otoritas dari ujung rambut hingga sepatu kulit mahal yang membungkus kakinya. Dan Bara, alih-alih meralat perkataannya, justru menyambut kebingungan Cheryl dengan senyuman menantang yang sangat menyebalkan."Ada apa, Cheryl? Jangan bilang kamu nggak bisa masak."Cheryl

    Last Updated : 2025-01-14
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   34. Hanya Beban

    Bara bersandar pada meja marmer dengan gestur tenang, namun tatapannya tajam seperti bilah pisau yang siap mengiris lapisan pertahanan Cheryl. Ia menghela napas panjang, seolah sedang menghimpun kesabaran untuk menghadapi seseorang yang begitu jauh dari ekspektasinya.“Kupikir tadinya hanya putri bangsawan saja yang tidak bisa melakukan tugas sepele ini,” ujar Bara, suaranya terdengar lembut namun beracun, seperti beludru yang menutupi duri.Ia menatap Cheryl dari ujung kepala hingga ujung kaki, seolah menimbang-nimbang sosok di depannya yang tampak kecil dan lemah di matanya. “Tapi ternyata, gadis biasa-biasa saja bisa sama manjanya.”Tatapannya tak beranjak dari Cheryl, menusuk seperti sinar matahari yang tak memberi tempat untuk bersembunyi. Bara menggelengkan kepala pelan, senyumnya mengembang tipis tapi penuh ejekan. “Apa saja yang sudah kamu lakukan selama 22 tahun ini, Cheryl?” tanyanya, suaranya datar namun terasa begitu menguliti.Ia melipat tangan di depan dada, tubuhnya tega

    Last Updated : 2025-01-14
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   35. Apakah Mereka Tahu?

    Cheryl duduk termenung di dapur setelah Bara pergi, sisa-sisa perkataannya masih menggema di benaknya. Jemarinya meremas kain lap yang tergeletak di atas meja."Kalau hidup ini keras, maka aku juga harus lebih keras," gumam Cheryl pelan, mencoba menyemangati dirinya sendiri.Tanpa banyak berpikir, ia segera bertanya pada salah satu pelayan yang sedang berada di sekitar dapur. “Aku ingin bertemu dengan koki pribadinya Bara.” “Maaf, Tuan Bara tidak punya koki pribadi.”Cheryl mengerutkan kening. “Tidak punya? Bukankah orang-orang kaya biasanya punya koki pribadi?” pikirnya sedikit bingung.“Tuan Bara biasanya memasak sendiri.”“Hah?” Cheryl semakin tercengang. “Kok… bisa? Memangnya dia… sempat?” tanyanya dengan raut wajah yang semakin bingung.“Tuan Bara selalu sempat melakukan apa saja meskipun memiliki kesibukan segudang,” jelas si pelayan.Cheryl tercengang mendengar fakta itu. “Kenapa dia selalu berhasil membuatku merasa tak berguna?” pikirnya, antara rasa minder bercampur dengan k

    Last Updated : 2025-01-15
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   36. Ingin Menebus Sesal

    "Mimi bilang Bapak belum sarapan," tegur Sofyan begitu Bara memasuki mobil yang sudah menunggunya. Bara yang baru saja memasuki pintu mobil melirik Sofyan yang mengikutinya masuk ke mobil, asistennya itu duduk di bagian depan di sebelah sopir. "Aku pikir Cheryl bisa memasak, tapi rupanya dia betul-betul parah," gerutu Bara pelan, tapi cukup terdengar oleh Sofyan. Sofyan menoleh sedikit, memandang Bara dari balik bahunya dengan alis terangkat. "Bapak melewatkan waktu sarapan karena gadis itu?" Bara menghela napas panjang, melepas kancing jasnya agar lebih nyaman. "Aku harus mendidiknya. Dia betul-betul gadis yang manja," jawabnya datar, seolah hal itu adalah fakta yang tak perlu diperdebatkan.Sofyan mengernyit, tampak sedikit bingung sekaligus skeptis. "Mendidiknya?” sahutnya dengan hati-hati. Suaranya yang rendah dan penuh pertimbangan seperti menantikan klarifikasi dari Bara.Bara mengalihkan pandangannya keluar jendela, memperhatikan lalu lintas yang mulai padat. "Itu amanat da

    Last Updated : 2025-01-16
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku    37. Panik

    Di dapur, Cheryl menatap bahan-bahan yang diletakkan Mimi di meja: ikan salmon segar, udang besar, beras khusus sushi, rumput laut, miso, dan sederet bahan lainnya.“Tuan Bara cenderung menyukai masakan western dan Jepang. Favoritnya adalah sushi, tempura udang, dan ramen dengan kuah miso buatan sendiri. Tapi bukan sembarang ramen, ya, Nona. Dia suka yang semua bahannya segar—kaldu dari tulang sapi yang direbus berjam-jam, topping ayam panggang, telur setengah matang, semuanya harus sempurna.”Cheryl menelan ludah. “Sepertinya ini bakal rumit,” gumamnya.Mimi tersenyum simpul. “Tuan Bara memang orang yang perfeksionis, Nona. Dia suka makanan yang dibuat dengan perhatian penuh. Kalau Nona mau membuatnya, harus sabar, ya.”Cheryl menarik napas panjang, mencoba menenangkan rasa gugupnya. “Aku akan mencobanya. Mimi, ajari aku mulai dari mana.”Rupanya, pekerjaan itu jauh lebih sulit dari yang Cheryl bayangkan. Ia harus mencuci beras hingga bersih, lalu memasaknya dengan takaran air yang pr

    Last Updated : 2025-01-16
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   38. Hanya Alasan

    Cheryl berdiri di depan cermin besar di kamarnya, menatap bayangannya yang tengah sibuk memperbaiki lipatan pada blus putih gading yang kini membalut tubuhnya. Rok floral selutut yang ia kenakan melambai ringan ketika ia berbalik memeriksa penampilannya dari berbagai sudut. Rambutnya yang ia ikat dengan kucir kuda sederhana jatuh teratur, memberi kesan santai namun rapi. Ia menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya yang gugup. “Iya, ini yang kumau, semiformal yang tidak terlalu mencolok,” gumamnya. Cheryl bukan tipe wanita yang terbiasa memulas wajahnya dengan riasan tebal. Kali ini, seperti biasanya, ia hanya mengandalkan sapuan bedak tipis untuk meredam kilap di wajah dan lipstik warna nude yang membingkai senyumannya dengan lembut. Namun, ada hal yang tak ia sadari bahwa dari kesederhanaannya itu, ia terlihat cantik alami biarpun tanpa usaha yang berlebihan. Beranjak ke lemari tasnya, Cheryl berdiri mematung di depan deretan aksesori mewah yang memenuhi setiap rak.

    Last Updated : 2025-01-17
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   39. Gugup

    Di dalam mobil mewah milik Bara, jantung Cheryl berdegup tak menentu. Jemarinya erat menggenggam kotak makan siang yang terletak di pangkuannya, seolah itu satu-satunya benda yang mampu menenangkan keresahan yang bergejolak dalam dirinya. Pandangannya menerawang keluar jendela, menyaksikan gedung-gedung tinggi yang berkelebat saat mobil melaju, membawa dirinya semakin dekat ke gedung Apex. Setiap kilometer yang terlampaui seolah mempercepat denyut jantungnya, mengaduk-aduk rasa gugup dalam benaknya.Hingga pada akhirnya mobil itu telah sampai dan berhenti di depan lobi gedung Apex, salah satu ikon kemewahan di kawasan perkantoran elit Jakarta. Cheryl menelan ludah, mencoba menenangkan debar jantungnya yang semakin liar. Ketika seorang petugas membukakan pintu mobil untuknya, ia mendapati dirinya sedikit canggung untuk melangkah keluar."Terima kasih," ucap Cheryl, suaranya nyaris tenggelam oleh hiruk pikuk aktivitas di sekitar lobi. Petugas itu hanya mengangguk sopan sebelum mengis

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   177. Aku Yakin

    Bara tahu apa maksud Milena. Ia tahu itu bukan tentang pekerjaan. Itu tentang penundukan. Tentang mempermalukan. Tentang membalas dendam dengan cara paling elegan namun menyakitkan.Lelaki itu berdiri tegap di samping Cheryl. Matanya terpaku pada wajah kakeknya, lalu beralih tajam ke arah Milena yang duduk di atas kursi rodanya dengan ekspresi puas, seolah baru saja memenangkan permainan yang telah dirancangnya sejak awal.‘Brengsek. Mereka boleh saja menekanku, aku siap menghadapi mereka dengan cara apapun. Tapi mereka tidak boleh melakukan ini pada Cheryl, pada istri yang kucintai,’ geramnya dalam hati.Dadanya terasa mengencang, seolah ada bara api yang menyala dan membakar dari dalam. Otot rahangnya menegang seperti kawat baja yang hampir putus. Ia melihat segalanya dalam gerak lambat: tatapan Milena yang seperti menelan Cheryl hidup-hidup, ekspresi Tuan Sigit yang dingin dan menghakimi, serta Cheryl yang berdiri kaku di sampingnya, dengan bahu sedikit bergetar dan sorot mata yang

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   176. Aku Pemiliknya

    Milena terpana di atas kursi rodanya. Ia duduk tegak, punggung lurus seolah tak ingin memberi celah sedikit pun bagi rasa lemah untuk terlihat. Jari-jarinya yang terletak di pangkuan sempat mengepal, namun segera ia renggangkan kembali dengan tenang, menjaga penampilannya tetap anggun.“Dari mana kamu mendapat cincin dan kalung itu, Cheryl?” ucapnya lirih.Nada suaranya tak meninggi, tapi mengandung ketegasan yang dingin dan menusuk. Tidak perlu berteriak. Kalimat itu meluncur ringan, namun cukup nyaring terdengar.Hening mendadak menyelimuti udara, bersama semua mata yang kini memandang ke arah Cheryl.Sorot mata Milena tajam, dingin, dan menyala dengan kekecewaan yang berusaha ia redam. Tubuhnya mungkin tak mampu melangkah mendekat, tapi keangkuhan dan harga dirinya tetap tegak berdiri. Kepalanya sedikit dimiringkan, seolah tengah menilai seseorang yang telah melewati batas.“Itu… milikku,” lanjutnya dengan suara yang sedikit lebih berat. “Bara membelikannya untukku di Paris. Kamu m

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   175. Simbol Cinta

    Di dapur, Cheryl tersentak. Suara Bara terdengar jelas, bulat, dan tanpa ragu. Kalimat itu, “Dia sangat berharga untukku,” menghempas dirinya seperti angin kencang yang datang tanpa aba-aba.Tubuhnya membeku, seolah waktu berhenti tepat saat kalimat itu mengalun dari bibir pria yang diam-diam telah menjadi pusat dari segala yang ia jaga. Dadanya bergetar hebat, seolah jantungnya menabrak dinding rusuk berulang kali. Sebuah rasa hangat meledak dari dalam dadanya, menyebar cepat hingga membuat jemarinya gemetar dan kakinya nyaris tak berpijak. Ia tak pernah berani membayangkan akan mendengar pengakuan itu secara terbuka. Dan ketika itu terjadi… rasanya terlalu indah untuk menjadi nyata.Namun kebahagiaan itu tak datang sendirian.Secepat gelombang hangat itu menyapu tubuhnya, datang pula dingin yang menggigit, mencengkeram tengkuknya dengan kuku-kuku tajam bernama ketakutan. Ditambah, suara berat Tuan Sigit yang menyusul kemudian, menyayat udara seperti belati.“Cheryl berharga? Seber

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   174. Perlu Kalian Tahu

    Di ruang makan, semua mata kini tertuju pada Bara. Sorot terkejut tergambar jelas di wajah Tuan Sigit. Bahkan, Nyonya Dania yang semula tertawa ringan, kini mematung dalam diam. Tapi yang paling mencolok adalah Milena, tangannya yang semula santai menggenggam pegangan kursi rodanya kini menegang. Jari-jarinya mencengkeram plastik pelapis kursi seperti mencoba mencari pegangan atas realita yang tiba-tiba berubah dingin.Bara menatap ke depan, tak bergerak. Biarpun dalam dadanya berdegup kencang, namun wajahnya tetap tenang, seperti topeng yang sudah lama ia pelajari untuk dikenakan. Ia tahu apa yang baru saja ia ucapkan bisa menimbulkan riak yang lebih dari sekadar kemarahan orangtua Milena dan kakeknya. Tapi prioritasnya saat ini adalah mempertahankan Cheryl. Masih lekat dalam ingatannya ketegaran yang ia lihat di mata wanita itu ketika berpaling, adalah sesuatu yang tak bisa lagi ia abaikan. Tidak. Bara tak ingin kehilangan Cheryl, tidak sekarang atau besok. Jika ia harus melawan

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   173. Terima Kasih Telah Mencintaiku

    Air hangat yang menyapu kulitnya seperti selimut lembut dari langit, membuat Cheryl perlahan merasa tenang. Uap tipis memenuhi kamar mandi, membungkus tubuhnya dalam kehangatan, cukup menenangkan badai yang bergemuruh dalam pikirannya. Ia menutup mata, membiarkan air itu jatuh dari bahunya, meresap hingga ke pori-pori, seakan bisa membilas luka yang tinggal karena pernikahan sirinya dengan Bara kini berada di ujung jurang.Cheryl lelah. Letih yang tak lagi bisa ditawar. Dan kali ini, ia memilih menyerah. Karena apa gunanya mempertahankan sebuah ikatan yang bahkan hukum pun tidak mengakuinya? Terlebih, Bara telah resmi bertunangan dengan Milena. Di depan keluarga besar mereka, di hadapan dunia. Cheryl kalah. Dan kekalahan itu terasa begitu nyata, seperti pecahan kaca yang menusuk setiap inci hatinya.Selesai mandi, Cheryl melangkah pelan ke arah lemari. Jemarinya menyentuh gaun-gaun indah, pakaian serba mahal yang dibelikan Bara, yang pernah membuatnya merasa dicintai, membuatnya sep

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   172. Tamu Tak Diundang

    Bara menggertakkan rahang. Rasanya, ia ingin sekali membanting pintu dapur, berteriak, bahkan mengusir semua orang dari rumah ini. Tapi ia tahu, semua itu hanya bisa ia lakukan dalam khayalannya saja. Ia menunduk sejenak, mengatur napas. Menelan bulat-bulat kekecewaan yang belum sempat ia sembuhkan pagi ini. Kemudian, ia meletakkan kembali nampan ke atas meja. Matanya masih menatap makanan yang ingin ia sajikan untuk Cheryl itu beberapa detik, penuh rasa berat yang tak terkatakan, sebelum akhirnya ia berbalik dan berjalan menuju ruang tamu. Setiap langkahnya bergema dalam kesunyian rumah, dan setiap detik terasa seperti pengkhianatan terhadap niat awalnya hari ini, yang ingin mempersembahkan waktunya penuh untuk Cheryl. Tapi kini ia harus menghadapi sesuatu yang tak ia undang. Begitu sampai di ambang ruang tamu, Bara menarik napas dalam-dalam. Ia menegakkan tubuh, mengatur raut wajah, dan melangkah masuk. Tuan Sigit berdiri dengan angkuh, seperti biasa. Di sebelahnya, Milen

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   171. Dari Semua Hari yang Ada

    Cahaya pagi yang samar menyusup melalui sela tirai, mengguratkan warna keemasan di dinding kamar. Cheryl mengerjapkan mata pelan, merasakan sisa perih di sudut-sudutnya. Tubuhnya masih berat, pikirannya buram. Tapi saat pandangannya mulai fokus, jantungnya terhenti sejenak ketika menyadari bahwa Bara adalah sosok yang pertama kali ia lihat hari ini.Lelaki itu duduk di sisi tempat tidur, diam, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan, antara penyesalan dan kelegaan.Cheryl tersentak bangun, napasnya tercekat. Untuk sesaat, begitu saja, ia hampir merentangkan tangan, ingin menarik lelaki itu dalam pelukannya, mencari hangat yang dulu selalu menenangkan. Tapi kesadaran datang seperti tamparan keras.Lelaki ini... lelaki inilah yang membuatnya lelah menangis semalaman."Kenapa kamu di sini?" suaranya serak, hampir berbisik, lebih kepada dirinya sendiri daripada untuk didengar Bara.“Aku… nggak mau jauh dari kamu. Aku mau kamu tetap sama aku, Cheryl. Apapun yang terjadi. Demi kamu,

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   170. Demi Tuhan, Aku Mencintainya

    Cheryl tak langsung menyalakan lampu saat memasuki kamarnya. Ia berdiri dalam gelap, membiarkan sepi menyambutnya seperti pelukan dingin dari dunia yang telah kehilangan warna.Napasnya membeku di udara, berat dan tersendat, seolah paru-parunya pun enggan menerima kenyataan. Yang paling menyakitkan bukanlah ditinggalkan, melainkan kenyataan bahwa ia sendirilah yang memilih pergi dari pria yang masih ia cintai, tapi tak sanggup lagi ia percaya.Ia teringat pada hari pertama ia mengizinkan dirinya mencintai Bara. Pada senyum lembut pria itu. Pada pelukan hangatnya yang dulu terasa seperti rumah. Tapi kini semua kenangan itu terasa seperti belati, menyayat tanpa ampun.Cheryl perlahan merosot ke lantai, membiarkan tubuhnya ambruk dalam keheningan yang memekakkan. Tangannya terulur ke arah ranjang… tempat di mana ia pernah menyerahkan seluruh dirinya, bukan hanya tubuh, tapi juga cinta, keyakinan, dan kehormatan.Masih terngiang bagaimana malam pertama mereka terjadi hari itu…"Bara. Kita

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   169. Jangan Cabut Aku dari Hidupmu

    “Bertunangan dengan Milena bukan keputusan hatiku. Itu keputusan keluarga. Mereka menyatukan dua perusahaan besar melalui pertunangan itu, dan aku… aku terlalu lemah untuk menolaknya. Tapi aku bersumpah, Cheryl, tidak sedetik pun aku mencintai Milena. Hanya kamu, Sayang. Cuma kamu yang kucintai.”Ucapan itu menghantam Cheryl seperti badai yang tak bisa dihindari. Meski suara Bara bergetar, penuh penyesalan, hatinya tetap menolak untuk luluh. Pria itu berdiri di hadapannya, memohon dimengerti. Namun yang Cheryl rasakan hanya sesak. Seolah seluruh dadanya dihantam palu kebenaran yang selama ini coba ia tolak.Tubuhnya mulai gemetar. Bukan hanya karena marah atau kecewa, tapi karena sesuatu dalam dirinya mulai goyah. Dinding-dinding yang selama ini ia bangun rapat untuk menjaga hatinya tetap aman, kini retak perlahan.“Jika aku terang-terangan melawan Opa, Apex bisa hancur sebentar lagi… sebab untuk saat ini, aku masih membutuhkan Opa untuk membuat Apex tetap berdiri. Opa akan membantuku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status