“Maafkan aku, Lina. Tapi asal kamu tahu, aku juga korban,Lin.” suaranya terdengar lemah dan serak. Awalnya aku memang menjalankan perintah dari Fanny. Kami sepupu, keluargaku banyak berhutang budi, sama keluarga, Fanny. Sejak kecil, aku sudah terbiasa jadi anak buahnya, orang suruhannya. Aku harus menuruti kemauannya. Dan aku menyesal.”Lina memegang tas nya keras, berusaha mengendalikan perasaan nya.” Kamu sudah menyakiti banyak orang. Aku, Bima, bahkan Reynaldi, yang kamu bilang mencintainya. Lalu sekarang aku harus percaya denganmu begitu saja?” Erlita menatap Lina dengan air mata yang berlinang.” Aku tahu, aku tidak pantas dimaafkan. Aku hanya mencoba memperbaiki diri sebelum semuanya terlambat. Aku hanya ingin memberitahumu, Fanny mulai merencanakan lagi, niat jahatnya. Dia akan menyerang Reynaldi dengan merusak reputasinya di kantor, dia juga akan mengganggu Bima.” Ucapan itu membuat ekspresi wajah Lina berubah. Wajahnya menegang,” Maksudmu?” “Fanny tahu salah satu titik lema
“ Detak jantungnya menurun, kita harus cepat selamatkan bayinya, kita harus melakukan operasi sesar. “seru salah satu DokterWajah Reynaldi dan Lina tegang. Mereka berdua berdiri di depan ruang operasi.Mereka berdua bergandengan tangan. Seolah-olah ingin saling memberi kekuatan.lina dan Reynaldi menunggu didepan ruang operasi dengan gelisah.Sesekali Lina bertanya, pada suaminya. Mengungkapkan apa yang dia rasakan.“Jawab Rey,...aku hanya ingin tahu, kalau saja dia benar-benar pergi bagaimana, apa kamu bisa melupakan dia. Walaupun jujur, aku menginginkan dan mendoakan Erlita selamat. Juga bayinya.” Reynaldi menatap wanitanya dengan tatapan tajam.” Aku tidak bisa menghapus sebuah kesalahan, Lina. Tapi aku masih punya kamu dan Bima. Dan aku berjanji akan menjaga kalian selamanya.” “Lebih baik kita doakan saja sekarang, Erlita bisa melewati semuanya. Dia dan bayinya bisa selamat.Tidak lama kemudian pintu ruangan operasi terbuka Hampir satu jam operasional dilakukan. Dokter keluar de
Pov : Kezia17 tahun kemudian Namaku Kezia usiaku 17 tahun.Kata orang-orang wajahku perpaduan Ibuku juga Papa Rey.Mataku, bibir juga rambutku mirip Papa Rey, tapi senyum dan kulitku mirip almarhumah ibuku, Erlita.Tapi aku di besarkan oleh wanita yang aku panggil Mama Lina. Sejak kecil aku sudah tahu, kalau aku dilahirkan dari rahim yang penuh cerita sedih dan luka, tapi aku dibesarkan oleh cinta yang tak terbatas.Bima kakakku sekarang sudah kuliah di luar negeri, dia sangat tampan. Lukisannya pernah dipamerkan di galeri internasional.Dia kakak yang sangat baik, dia pernah berkata,” Kamu adalah hadiah terindah dari masa lalu kami.” Dan Papa Reynaldi, Dia bukan pria yang sempurna. Tapi dia Papa terbaik yang pernah aku miliki.Luka masa lalunya dengan ibuku dulu, tidak membuatnya menjadi keras, ataupun pemarah. Dia Papa yang baik, walaupun terkadang dia cuek, tapi dia selalu ada bila aku membutuhkan nya.Hari ini aku berada di makam ibuku, Ibu Erlita. Tepat di hari ulang tahun ku
Hujan mengguyur kota sangat deras, airnya seperti tumpahan air dari langit yang tidak berhenti. Pikiran Kezia yang kacau, sejak membaca tulisan tangan dari ibunya. Erlita.Banyak kisah yang dilalui ibunya bersama Fanny dan keluarganya. Kezia berniat ingin menyusurinya. Sepulang dari luar kota, dari rumah Neneknya yang sesungguhnya. Erita tidak langsung pulang ke rumah. Dia justru pergi ke rumah sakit dimana Fanny dirawat .Tepatnya rumah sakit jiwa.Kezia sudah berada di gerbang rumah sakit jiwa. Tempat dimana sepupu ibunya dirawat karena mengalami gangguan jiwa.Tapi sayang Kezia tidak mengetahui kisah yang sesungguhnya. Bagaimana Fanny memanfaatkan ibunya dulu, bagaimana Fanny ingin membunuh dia yang masih didalam kandungan dan ibunya dulu. Kezia berjalan memasuki lorong rumah sakit. Bau ciri khas rumah sakit menusuk hidungnya. Membuat kepalanya sedikit pusing dan mual.Kezia wanita yang cerdas, dia mencari tahu di bangsal mana sepupu ibunya dirawat. Setelah mendapat kan datanya d
Setelah percakapan suami istri itu di ruang kerja dirumah mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk membacakan surat wasiat dari Erlita dulu.“Ini sudah saatnya, Kezia sudah berumur lebih dari 17 tahun. Aku tidak mau lagi menunda-nunda semuanya.” Di Ruang kerja Reynaldi, akhirnya duduk berhadapan dengan Lina, Kezia, Dan Notaris yang sudah menunggu bertahun-tahun.Amplop coklat tua di buka perlahan-lahan.Suasana di ruangan itu mulai menegang.Hanya terdengar suara notaris yang mulai membacakan surat wasiat tua peninggalan Erlita.“Jika surat ini dibuka, mungkin aku sudah tidak ada. Tapi aku ingin kebenaran itu ada,anak ini adalah anak dari Reynaldi. Dan aku mau jika anak ini perempuan beri dia nama Kezia, jika dia laki-laki beri dia nama Erlandy, yang artinya Ernita dan Reynaldi.Tapi bukan hanya hal itu, Di Dalam berkas ini juga aku lampirkan bukti transfer rahasia Fanny kepada beberapa oknum. Juga nama-nama yang sudah menghancurkan hidupku.”Mata Kezia membesar.Lina menggenggam tan
Pengajuan banding ke Kantor Kejaksaan Tinggi Negeri, dengan hanya membawa bukti-bukti ternyata tidak semudah itu.Pihak Kejaksaan Tinggi ragu kalau itu hanyalah rekayasa, atau salinan digital.“Kamu bisa datangkan saksi hidup. Baru kami bisa membuka kembali kasus ini.” ujar salah satu jaksa Kezia menatap Rakha,” Paman…kita butuh bukti nyata, atau seseorang yang tahu semuanya pada saat itu.”Lina, Rakha, dan Kezia berusaha mencari informasi, mereka ingin membebaskan Reynaldi dari segala tuduhan.Akhirnya dari jejak digital, mereka mengetahui kalau salah satu aset dari Direktur keuangan itu disewakan diam-diam di pinggiran Kota. Sebuah rumah yang cukup tua yang dijaga oleh seorang wanita.Tanpa buang waktu mereka mendatanginya, dan benar saja wanita itu adalah mantan sekretaris Direktur keuangan, namanya Arin.Arin awalnya tidak mau buka mulut,dia diam enggan bicara. Tapi Lina menunjukan foto-foto dirinya bersama Kezia kecil, juga foto-foto Erlita semasa hidup. Akhirnya Arin Luluh.“Ak
Rumah sakit JiwaDibalik pagar tinggi dan jeruji besi, berukiran rapih, Seorang wanita duduk terpaku diam dan membisu di sudut ranjang besi.Rambutnya panjang dan selalu acak-acakan. Meskipun berkali-kali suster menyisir rambutnya, tapi tetap saja dia akan mengacak-ngacak kembali rambut panjang yang sudah mulai beruban itu.Matanya kosong menatap dinding yang berwarna putih. Fanny.Sudah bertahun-tahun wanita ini dirawat di rumah sakit jiwa ini. Kondisinya mulai membaik sejak Kezia anak dari Erlita sepupunya menjenguk nya.Semenjak itu juga dia mulai menjalani terapi intensif. Sesi psikiater seminggu tiga kali. Dia juga mendapat pengawasan ketat, di dalam kamarnya juga terpasang cctv, untuk merekam tingkah lakunya selama 24 jam.Selama beberapa minggu terakhir ini dia mengalami perubahan yang mencolok, dia mulai bisa berbicara dengan lancar, mengenali wajah perawat. Dan mengucapkan salam pada Dokter.Dia juga mulai senang menulis dan melukis. Meskipun tetap dalam pengawasan para peraw
Dari kejauhan rumah itu nampak kosong.Lampu lantai satu redup dan hampir gelap, tapi lampu lantai dua menyala dengan terang.Rakha menoleh ke arah Kezia,”Kamu yakin dia disana?” Kezia mengangguk,”Perasaanku mengatakan, Ya.” Sejak kecil…firasatku lebih tajam. Mungkin karena aku hidup selalu diawasi bayang-bayang dia. Setidaknya orang- orang yang menjadi tangan kanan dia dan keluarganya.” Rakha menggenggam tangan Kezia,”Kamu nggak usah takut, kita selesaikan ini sama-sama. Kamu nggak usah khawatir. “ Sementara didalam rumah tua itu, Fanny menghadap ke kaca memandang hujan.Ditangannya ada foto Reynaldi dan Kezia. Dua wajah itu yang sekarang menghantui nya. Targetnya bukan lagi Lina dan Bima. Tapi dua orang ini.“Kamu pikir bisa lolos dariku, bocah kecil. Dan kamu pikir, hidupmu bisa tenang Reynaldi? Setelah kamu mengambil kebahagiaan dariku. Dan menghancurkan semua yang aku miliki?” Dari belakang ruangan seseorang muncul.Seorang pria dengan tubuh tinggi dengan tato bergambar naga
Nasha tidak percaya, saat dia membuka ponselnya dan mendapatkan berita terhot minggu ini, yaitu tentang CEO muda dan wanita rahasianya di sebuah cafe di luar kota.Awalnya Nasha hanya mengabaikannya, dia berpikir itu hanya pertemuan bisnis, urusan kantor, bahkan hanya keperluan pekerjaan saja.Tapi Nasha berubah pikiran, saat matanya melihat video itu dan menangkap tatapan mata Elsa yang tersipu malu dan penuh perhatian pada Rakha.Dan itu bukan tatapan sebagai seorang rekan kerja.“Apa aku terlalu bodoh, tapi feeling ku tidak akan salah.” gumam nya sendiri.Tidak lama dia menatap suaminya, yang sedang duduk di sofa dan menggenggam ponselnya. Kemudian menunjukkan foto itu.“Kamu tahu soal ini, Bim?” Bima terdiam, dia memang sudah curiga, tapi memilih diam. Tidak mau bicara, sebelum ada bukti.“Nash, Aku memang tidak percaya mereka berani berhubungan sampai sejauh ini, meskipun sebelumnya semua kejadian ini hubungan Kezia sama Rakha itu tidak lagi harmonis. Tapi Kezia tetap masih istr
Keluarga besar Reynaldi Group, menghadiri rapat resmi dan audit internal. Dan hasilnya sangat mengejutkan. Pada dua tahun terakhir terjadi beberapa transaksi besar-besaran. Dengan jumlah milyaran rupiah yang masuk ke beberapa rekening fiktif.Dan hasilnya sebuah nama yang disebut-sebut, yaitu mantan tangan kanan Reynaldi dulu. Yang pernah Reynaldi selamatkan dari kasus korupsi internal perusahaan.Dan berdasarkan hasil audit semua transaksi disebut sebagai aktivitas pencucian uang.“Apa Papa tahu soal ini?” tanya Bima dengan tatapan yang tajam.Reynaldi menunduk.”Budiman pernah aku lindungi dulu, tapi sepertinya, dia terlibat lebih dari yang aku tahu.Suasana perusahaan menjadi kacau. Dan beberapa dewan direksi, mulai meragukan kepemimpinan Bima.Mereka menuntut Bima untuk off lebih dulu, sampai kasus ini selesai diselidiki. Menyarankan Reynaldi mengambil alih semua kepemimpinan perusahaan.Tapi Bima tidak tinggal diam. Dia membentuk satu investigasi khusus. Dan bekerja sama dengan OJ
“Apa benar aku jahat? Apa aku orang jahat?Aku nggak mau ditinggalkan.” Pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya. “Aku bukan monster, kenapa aku ditinggalkan?” . Kezia terus saja memandang kosong keluar jendela jeruji. Hujan turun deras, tapi tidak bisa menyamai derasnya pikirannya. Selama berbulan-bulan dia ditahan karena kasus konspirasi dan sabotase yang menyeret namanya. Tak ada yang datang menjenguk. Bahkan Rakha… Terutama Rakha, yang selalu dirindukan. Kejiwaan nya mulai stabil, meskipun tetap harus mengkonsumsi obat- obatan. Untuk menahan emosi dan menenangkan pikirannya. Halusinasi nya selalu kembali kemasa lalu, masa awal-awal dia bertemu dengan Rakha. Pria yang umurnya terpaut sangat jauh dengannya. Pria yang dulu sangat dia kagumi. Dia ingat betul, kalau laki-laki itu dulu selalu menggenggam tangannya sangat erat. Bahkan saat malam sulit berlalu. Kezia ingat betul, bagaimana mereka membangun rumah dengan penuh mimpi. Meskipun mimpi itu rapuh, karena dipenu
Beberapa bulan setelah Kezia ditahan. Langkah kaki sepasang suami istri itu terdengar berirama di lorong sel. Wajah tua dan lelah menahan rasa sedih, marah dan gagal sebagai orang tua. Dan ternyata harta dan kekuasaan tidak bisa membeli harga diri, nama baik dan kebahagiaan. Rumah sakit di dalam tahanan itu sunyi. Tepatnya ruang kejiwaan khusus untuk para tahanan wanita. Langkah kaki Lina dan Reynaldi semakin pasti menuju ruang isolasi itu.Dibalik kaca tebal Kezia duduk diam, tatapan matanya kosong. Rambutnya berantakan. Tangan kirinya luka, berbalut perban tebal. Karena bekas goresan. Lina menarik nafas dalam, air matanya mengalir deras di pipinya. Reynaldi merangkul punggung istrinya, satu tangannya menggenggam tangan Lina, seakan-akan ingin mentransfer beribu-ribu kekuatan.“Ayokk..kamu kuat, biar bagaimanapun dia anak kita.” ujar Lina sama-sama memberikan kekuatan.Reynaldi tidak menjawab, tatapannya datar. Sebenarnya dalam hatinya ada beribu rasa amarah, ada berjuta rasa gaga
Di dalam ruang kecil rumah sakit jiwa, Kezia duduk menatap dengan tatapan kosong ke jendela. Rambutnya sudah tak serapi dulu, dan sorot matanya hilang tidak ada cahaya. Tapi satu hal tak pernah padam yaitu obsesi. Masih terlihat jelas di matanya“Nayara...” gumamnya sambil menatap koran lama yang diam-diam diberikan salah satu suster yang merasa kasihan pada Kezia, Dan koran itu memuat berita tentang keluarga besar Reynaldi Group. Foto keluarga kecil Bima dan Nasha.Foto itu menunjukkan Bima menggendong Nayara, dan Nasha tertawa sambil masing- masing memegang tangan anak mereka."Aku seharusnya yang ada di sana. Aku... seharusnya yang melahirkan pewaris itu. Kenapa bukan aku.” Bisikan-bisikan di kepalanya makin nyata. Hingga pada akhirnya isi kepalanya penuh. Dan pada suatu malam, Kezia memberontak.Di antara pikiran nya yang linglung. Ia berhasil kabur dibantu oleh seorang pria yang dulu pernah jadi informan bisnis gelapnya. Pria yang masih memiliki dendam terhadap Reynaldi Group.
Nayara tiba-tiba demam tinggi,Nasha panik, Bima langsung membawanya ke rumah sakit. Di ruang UGD. Bima menggenggam tangan kecil Nayara. Saat itu dia bukan lagi seorang CEO, dia adalah seorang ayah. Seorang ayah yang ketakutan kehilangan anaknya.“Jangan tinggalin, Papa…Nak!” suaranya bergetar menahan tangis.Saat itu juga Reynaldi dan Lina datang. Mereka menatap Bima dan Nasha. Tanpa bicara banyak. Mereka tahu apa yang sedang ada dalam perasaan anak-anaknya.Sedangkan Rakha yang datang mengunjungi Kezia ke kantor, tidak menemui istrinya di ruangan. Tanpa banyak kata-kata Rakha masuk dan beristirahat di ruangan Kezia.Dia hampir saja tertidur di sofa. Berniat membuat kejutan untuk mengajak makan siang bersama. tidak memberitahu kedatangan nya pada istrinya. Mata Rakha terus saja fokus pada laci lemari di meja kerja istrinya. Rakha kemudian bangkit, berdiri, lalu berjalan menghampiri meja itu. Membuka lacinya, dan mendapatkan sesuatu disana. Dia menemukan satu flashdisk baru. Cepat di
Kezia mulai sering absen dari kantor. Dia mengikuti program bayi tabung sendiri tanpa Bima. Beberapa rumah sakit didatangi nya, sekedar mencari informasi untuk program bayi tabung. Tanpa sepengetahuan Rakha suaminya.Ia merasa kalau ini satu-satunya cara untuk mendapatkan perhatian semua orang seperti Nasha.Nasha yang diam- diam memperhatikan gerak- gerik Kezia juga mulai curiga, tapi sebenarnya dia tidak mau peduli. Itu urusan rumah tangganya. Selama apa yang Kezia lakukan tidak merugikan nya lagi.Tapi ada satu hal yang menurutnya aneh,Pandangan Kezia pada putrinya Nayara. Kezia memandang bayi cantik itu tidak lagi dengan pandangan kagum, gemas, atau sayang. Tapi pandangannya lebih kearah kebencian yang mengancam keselamatan.Setiap kali mereka berkunjung kerumah Reynaldi, orang tuanya, lalu bertemu dengan Nayara, sikap Kezia berubah.Apalagi kalau Rakha sudah mulai menggendong bayi cantik itu.Kezia mulai terlihat kesal, tatapannya kosong. Menatap jendela. Dia mulai tak mau di
Reynaldi dan Lina masuk kedalam ruangan bersalin. Suasana di sana menjadi haru dan hangat.“Selamat sayang, kalian sudah berikan kami cucu. Anak yang cantik. Apa kalian sudah ada nama buat bayi perempuan kalian?” tanya Lina tanpa mengalihkan pandangannya pada bayi mungil itu.Bima dan Nasha saling berpandangan, sebelum akhirnya mereka menggeleng secara bersamaan.“Belum Mama.” Lina tersenyum sumringah pandangannya mengarah ke Reynaldi suaminya.Reynaldi mengangkat bahunya tanda tidak tahu.“ Boleh Mama kasih saran sebuah nama?” tanya Lina antusias.Semua mata kompak memandang kearah bayi mungil yang berselimut cantik berwarna merah muda, di dalam box.“Boleh aku kasih nama cucuku ini?” tanya Lina penuh harapan.Bima, Nasha dan Reynaldi saling pandang, sebelum akhirnya..“Iya Mama, silahkan. Siapa nama yang cantik buat bayi kami,Mama?” “Nayara artinya cahaya yang tidak pernah padam” ujar Lina antusia“Bagus Ma. Aku suka. Apa kamu suka,sayang?” tanya Bima kepada Nasha. Sambil sesekal
Hari itu Nasha datang ke kantor, Reynaldi Grup, tapi bukan sebagai istri CEO, tetapi sebagai dirinya sendiri.Ditangannya ada satu berkas yang dipegang, yang akan menghancurkan satu nama.Penampilannya sangat cantik, langkahnya mantab. Badannya yang tinggi semampai berbalut setelan jas berwarna krem sederhana. Wajahnya tenang, walau dalam dadanya bergejolak.Di lobby beberapa staf membungkuk hormat. Yang paling menarik, Kezia yang juga mempunyai jabatan penting di kantor itu, keluar dari lift dengan wajah pucat ketika melihat kehadiran Nasha.“Ada perlu apa Bu…Nasha?”suara Kezia bergetar.Nasha tersenyum tipis,” Bisa ngobrol sebentar.” Mereka masuk keruangan kecil, meeting room.Disana Nasha meletakan semua bukti-bukti, foto-foto, email, dan transferan bayaran ke editor.Kezia kaget bukan main, dia diam membeku ditempat.“Aku bisa membawamu ke pengadilan.” kata Nasha dingin. “Tapi aku bukan kamu.”Kezia menggigit bibirnya, wajahnya berubah menjadi pucat,sangat ketakutan.Nasha berdir