“Aku ini yang dengan niat tulus dan hati mulia pasti akan tetap menemani dirimu untuk berdansa berdua bersama-sama hingga akhir hayat kelak menanti!”
Berbagai reaksi liar tiada akhirnya tersebut terbentuk dengan sendirinya tanpa perlu diragukan lagi kebenarannya karena sudah begitu jelas terlihat dan terdengar ricuhnya suasana yang begitu khidmat tersebut menjadi seperti panggung musik dengan artis papan atas sedang menepi.
“Alisa Dans Heart, Tuan Rensakar akan memberikan penghormatan sebagai mahasiswi terbaik kepadamu. Silahkan mendekat ke arah beliau! Jangan ragu-ragu meski semua orang iri kepadamu termasuk diriku sendiri! Ehem…, lanjutkan prosesnya sekarang, terima kasih!” ungkap sang pembawa acara seolah-olah begitu tak rela mengeluarkan kata-katanya tersebut.
Namun, mau bagaimanapun juga, takdir ilahi seakan berpihak kepada Alisa dan Rensakar yang dipertemukan dalam suasana yang sangat tidak disangka-sangka itu. Sebuah paradoks hukum alam semesta yang selalu membuat geram dan iri hati semua orang.
“Permisi, apa benar kamu Nona Alisa Dans Heart?” tanya Rensakar seolah-olah mencoba untuk kembali memverifikasi.
“I–iya! Na–namaku memang Alisa Dans Heart!” sahut Alisa yang sudah begitu dekatnya berhadapan dengan Rensakar.
Rensakar tak lagi lagi mendekatkan dirinya kepada Alisa seraya bertanya, “Aku mau ngomong satu kata untukmu, bolehkah?”
“Bo–boleh, silahkan!” Alisa terkejut sambil melangkah mundur melihat sosok Rensakar yang begitu dekatnya bahkan bisa dianggap terlalu dekat sekali.
“Aku cuman mau bilang kepadamu kalau…. Kamu cantik sekali!” ucap Rensakar dengan tegas dan jelas begitu nyaring bergema berdampingan dengan hembusan angin ke seluruh sudut ruangan yang megah tersebut.
“Kamu cantik sekali!”
Sebuah kata-kata yang bergemuruh serta bergema ke mana yang membuat semua orang memasang raut wajahnya yang benar-benar kocak dan beberapa tidak sedap dipandang sama sekali.
Telinganya Alisa Dans Heart memerah dengan sendirinya dengan kata-kata tersebut kembali berdengung hebat di kedua gendang telinganya tersebut. Tak lagi perlu dipertanyakan isi hatinya wanita cantik yang tampak lugu itu sebab sudah pasti terguncang dengan sangat hebatnya.
Tatapan matanya Alisa terbuka selebar mungkin dengan bibirnya yang merah merona sedang tertutup rapat. Kulitnya yang bening seakan-akan bergeliyat dengan sendirinya berubah warna menjadi merah muda.
Kedua insan yang tampan dan cantik saling berhadapan dan bertatapan satu sama lain seolah-olah dunia baru terbuka lebar begitu saja saat itu juga tanpa sepengetahuannya semua orang yang ada di sana sama sekali.
Sungguh kejadian yang langka dan tidak disangka-sangka tersebut membuat Alisa semakin tersipu malu dan tidak tahu harus merespon seperti apa. Namun, wanita yang cantik tersebut dengan lihainya menjawab dengan satu kata juga.
“Terima kasih…. Kamu juga ganteng sekali,” ucap Alisa dengan lembut sambil tersenyum tipis yang begitu manisnya.
Semua orang terdiam mendengarnya dan tidak habis pikir sama sekali melihat pemandangan seperti itu. Mereka semua bahkan bertanya-tanya di dalam hati masing-masing tentang kebenaran semua ini.
“Ini acara wisuda ataukah acara pernikahan?”
Kurang lebihnya pertanyaan tersebut dengan leluasa terbesit di hati terdalam semua orang tanpa terkecuali bahkan termasuk para rektor, dosen, hingga dekan yang sudah tua keriput juga mau tidak mau mempertanyakan pertanyaan yang serupa.
“Terima kasih juga atas pujiannya, Nona Alisa Dans Heart!” sahut Rensakar dengan lembut dan sangat gentleman sekali.
Pembawa acara yang melihat hal itu jelas melongo dengan kerutan di keningnya begitu jelas terlihat karena tak terima lelaki pujaan hatinya malah dengan asyiknya memuji gadis cantik lainnya selain dirinya tepat di hadapannya tersebut.
“Ehem, maaf mengganggu! Namun, karena acara wisuda kali sangat terbatas sekali waktunya. Kami berharap besar kalau Tuan Rensakar dapat segera memberikan penghormatan kepada Nona Alisa Dans Heart sesegera mungkin, terima kasih!” ujar sang pembawa acara berusaha keras untuk memecahkan suasana romantis tersebut.
“Oh…, baiklah! Kalau begitu, saya ucapkan selamat menjadi mahasiswi terbaik Universitas Bulgasaru tahun ini. Semoga masa depan Anda akan berjalan lancar sesuai dengan harapannya! Berikut ada sejumlah uang yang telah terlalu banyak sebagai bentuk ucapan selamat dari saya pribadi kepada Nona Alisa Dans Heart!”
Rensakar mengutarakan beberapa kata dengan begitu tenang sekali sembari memberikan sebuah papan yang berisikan nominal sejumlah uang yang membuat semua orang termasuk para rektor, dekan, mahasiswa lainnya, dan tentunya Alisa itu sendiri sangat terkejut sekali.
“Satu kilogram emas? E–emas murni? Gila sekali…! Bukankah itu berarti setara satu miliar lebih rupiah, kan?!”
“Wow…! Salah satu dari enam keluarga adidaya memang tidak perlu lagi diragukan kejayaannya sama sekali. Satu kilogram emas? Seratus kilogram emas pun bukan masalah sama sekali bagi keluarga sekaya mereka!”
“Tepat sekali, satu kilogram emas yang setara lebih dari satu miliar rupiah ini pastinya hal remeh bagi mereka. Bukan sesuatu yang penting sama sekali!”
Beberapa orang dengan cepat memberikan komentarnya masing-masing terkait jumlah nominal yang tertulis dengan begitu jelas di papan yang baru saja berikan oleh Rensakar kepada Alisa tersebut.
“Sa–satu kilogram emas murni? Bu–bukankah ini terlalu berlebihan untuk sekadar hadiah saja?” tanya Alisa dengan keraguan penuh.
“Oh, tentu saja tidak! Hal semacam ini sudah biasa bagi saya dan bukan apa-apa sama sekali! Untuk emas sendiri, saya sengaja memberikannya agar tidak terkena inflasi saja. Proses pencarian juga mudah sekali di perusahaan kami tentunya,” jawab Rensakar dengan santainya tak menganggap pertanyaan Alisa penting sama sekali.
“Hmm? Tunggu! Bukankah kalau begitu hal ini semua hanya kesalahpahaman? Beberapa artikel jauh-jauh hari mengatakan kalau perusahaan Zombiek Group besar kemungkinan di bawah kendali Keluarga Bins Haekal sedangkan pada hari ini terkesan tidak demikian. Entahlah, yang penting masih masuk bagian daripada Keluarga Bins Haekal! Yang lainnya, aku tidak terlalu peduli!” pikir Alisa mulai memahami sebelum teringat adegan kasarnya Rensakar sebelumnya sewaktu rapat berakhir benar-benar terasa sangat dingin.Dengan pikiran seperti itu, Alisa juga tidak lagi berusaha bersimpati terlalu berlebihan terhadap atasannya sendiri yang bersikap kasar itu setelah dirinya berusaha untuk membantu. Memang benar kalau dilihat di sisi lain sosok Alisa di dalam rapat sebelumnya hanya beban hingga pemicu penyerahan Rensakar.“Hmm…, aku benar-benar bingung. Haruskah aku marah kepada Rensakar? Atau mungkinkah aku sebaiknya meminta maaf? Lagi pula, tekad pria aneh itu benar-benar kuat bahkan begitu keras kepala untu
“Lebih baik, kita segera keluar terlebih dahulu. Masalah ini mungkin saja masih ada harapan untuk diselesaikan baik-baik. Misalnya saja, kamu bisa segera kembali ke Keluarga Bins Haekal sebelum menggunakan statusmu untuk merebut perusahaan Zombiek Group ini kembali! Bagaimana menurutmu?” ucap Alisa dengan lembut dan tulus mencoba untuk benar-benar meredakan amarahnya Rensakar.Rensakar melirik tajam ke arah Alisa sebelum berkata, “Hmph! Tahu apa kau dengan urusan keluargaku, hah?! Kalau bukan karena dirimu ikut campur tadi, aku sendiri sudah cukup bertahan tanpa perlu berkata-kata sedikit pun untuk menyerah! Hasil akhir ini semua karena ulahmu yang ikut campur terlalu jauh!”Perkataan Rensakar sangat dingin langsung membekukan hatinya Alisa. Wanita cantik tersebut mengerutkan keningnya mendengar perkataan yang begitu kasar dan sangat menyalahkan dirinya tersebut. Semuanya terdengar sangat tidak pantas sama sekali.“Apa maksudmu? Saya hanya berusaha untuk membantu Bapak tadi!” ujar Ali
“Kurang ajar! Beraninya kamu menyerang Kepala Keluarga Bins Haekal, hah?! Tidak tahu diuntung!” teriak seorang pengawal di sisinya Burhan setelah menyadari kalau Alisa benar-benar begitu berani memberikan tekanan Energi Adidaya kepada atasannya.Sesuatu yang tidak akan pernah disangka oleh siapa pun termasuk Rensakar apalagi para pengawal tersebut ternyata terjadi begitu saja tepat di hadapan mereka. Sang pengawal segera membalas tekanan Energi Adidaya yang dipancarkan oleh Alisa.Boom…!“Urgh…!” Alisa langsung merintih kesakitan tak kuasa menahan tekanan hebat yang kali ini dilancarkan oleh pengawalnya Burhan kepada dirinya secara langsung dan terbuka.Benar saja, kekuatan pengawal di sisi Burhan saat ini jauh lebih kuat dari Alisa. Dengan demikian, hasil akhirnya sudah diputuskan sejak pertama kalinya Alisa membuat keputusan untuk memarahi ayahnya Rensakar. Keputusan yang terburu-buru mengundang lirikan matanya Rensakar yang awalnya meredup perlahan-lahan mulai berkobar penuh semang
Luapan Energi Adidaya begitu luas dan mengerikan terpancar dari sekujur tubuhnya yang semakin intens seiring waktu berjalan.“Aku bilang cukup, sialan kau!” teriak Rensakar meraung keras berkata-kata kasar kepada ayahnya sendiri.Boom…!Energi Adidaya yang jauh lebih besar dan mengerikan terpancar dari sekujur tubuhnya Burhan seolah hal inilah bentuk respon sang ayah kepada putra bejat dan nakalnya tersebut. Ekspresi wajahnya Burhan sangat jelek dan muram tidak sedap dipandang sedikit pun.“Kamu…! Beraninya kamu terus menolak perintahku, hah?! Bocah nakal sepertimu memang harus lebih dididik ulang sampai sadar diri!” teriak Burhan benar-benar sangat marah.“Ha-ha-ha! Mendidikku? Tutup mulut omong kosongmu itu! Sampah sepertimu tidak akan pernah layak mendidikku, tidak akan pernah sama sekali! Jangan kau pikir aku takut denganmu, sialan! Kalau kau masih di sini dengan ocehanmu itu, lebih baik keluar sekarang juga dari perusahaanku!” sahut Rensakar kembali meraung dengan penuh amarah.“
Dengan demikian, mereka hanya bisa bingung melihat keberlanjutan situasi ini. Hanya Rensakar saja mengetahui kebenarannya dan tampaknya dia sendiri tidak akan berusaha untuk menjelaskannya lebih lanjut. Meski begitu, tebakan Alisa mulai bertahap berkembang lebih jauh lagi.Adapun Burhan, dia langsung tertegun dan benar-benar tidak percaya ketika anaknya sendiri tiba-tiba mengumpatnya untuk menutup mulut di depan beberapa orang lainnya ini. Semuanya terjadi begitu cepat bahkan Burhan sendiri tidak dapat mengantisipasi arah kedatangannya.Rasa marah melonjak di hatinya dan seketika raut wajahnya Burhan jelas tampak berkali-kali menyeramkan tidak seperti sebelumnya. Kesuraman penuh ancaman terpancar jelas di sana. Belum lagi, Energi Adidaya tiba-tiba melonjak dan meletus di sekujur tubuhnya Burhan.Inilah amarah seorang pengguna Energi Adidaya Level 99. Bagaimana bisa Burhan tidak marah ketika diejek, ditentang, dan bahkan dipermalukan oleh orang yang sama dalam jangka waktu yang saling
“Pria tua ini sangat tenang dan tegas. Jelas sekali kalau ini adalah kepribadiannya yang sebenarnya. Ada kemungkinan, kalau masalah ini lebih dahsyat dari yang aku bayangkan!” batin Alisa masih berliku-liku dengan pancaran kehati-hatian yang begitu mendalam.Burhan seolah tidak peduli dengan perkataan Rensakar apalagi tatapan mata kesal, bingung, dan canggung semua orang yang menjadi bagian daripada perusahaan Zombiek Group. Semua ini bukan urusan mereka juga, jadi untuk apa repot-repot mempermasalahkan sesuatu yang tidak penting, kan?“Kamu tidak perlu tahu secara menyeluruh. Hanya saja satu hal yang pasti yaitu semua masalah perusahaan Zombiek Group mulai sejak kedatanganku dan seterusnya di masa depan akan diurus secara eksklusif oleh Keluarga Bins Haekal secara langsung. Bukankah hal semacam ini sudah cukup menyelesaikan semua permasalahan dan omong kosong ini, kan?” ujar Burhan jelas secara terang-terangan menyindir sampai membuat ekspresi wajah semua orang cemberut tak senang te