“Gawat … gawat Za!”Suara Geum Soo memecah keheningan asrama pagi itu. Dengan buru-buru Geum Soo membuka pintu dengan tangan yang memegang sebuah majalah. Oryza yang sedang menyiapkan makanan tersentak, karena tak menyangka temannya akan datang begitu cepat. Begitu masuk Geum Soo menjadi tenang. Beberapa kali gadis itu mengendus karena mencium bau gurih bawang di hidung.“Bau harum apa ini?” tanya Geum Soo.Melihat sebuah sup dan beberapa roti isi di meja Geum Soo menelan ludah.“Gawat kenapa, ngomong-ngomong aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita. Jadi jangan pergi ke kantin hari ini,” ujar Oryza sambil membawa panci berisi sup.“Tidak … tidak, ini bukan saatnya membahas soal makanan.” Geum Soo menggelengkan kepala berkali-kali.Geum soo masuk dan menyerahkan majalah kampus yang dia pegang. Oryza yang heran mengambil majalah yang diberikan Geum Soo dan menemukan kabar tentang dirinya di halaman depan.“Pengakuan Oryza, Benarkah Skandal Hangat yang terjadi?”Oryza membaca artikel dan
Setelah membersihkan diri Oryza kembali membuka inspargramnya. Oryza masih belum menjawab pesan Kevin karena panggilan tiba-tiba dari Katarina. Gadis itu menyentuh tombol ketika dengan pelan untuk memilih jawaban terbaik yang akan dikirimkan kepada cinta pertamanya itu.[Jangan terlalu fokus dengan Agnes Vin. Percaya saja pada Agnes, dia adalah gadis yang baik dan setia. Daripada kau menggunakan waktu untuk mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Lebih baik kau mulai memperbaiki diri agar bisa menjadi orang yang lebih baik. Apakah kau sudah memikirkan masa depanmu?] “Agnes adalah gadis yang baik ‘ya? dasar penipu.” Oryza mendesah dan hampir muntah dengan kata-katanya sendiri.Oryza masih belum bisa memaafkan perlakuan Agnes di reuni. Kemarahan dan rasa putus asa langsung muncul ketika mengingat Agnes yang menusuknya dari belakang dengan menggunakan dua gadis yang selalu membullynya di SMA. Ponsel Oryza bergetar kembali karena notifikasi yang datang dari Inspagramnya.[Bener sih
Foto dari inspagram Kevin membuat Oryza terdiam menganga. Sebuah caption bertuliskan, “Sayangku memang hebat.” ditambah screenshot dari Inspagram Agnes yang menunjukkan sebuah poster film ditambah caption, “Mungkin Agnes Daily Life Akan libur Untuk Beberapa Bulan.” membuat Oryza menggenggam ponselnya keras-keras. Oryza merasa terpukul karena saat dia ragu dan marah karena saran Romanio yang bagus, Agnes terus maju dan kini bermain untuk film layar lebar. Bahkan Agnes mendapat peran utama di film bergenre horror itu.“Sial, aku benar-benar bodoh dan tolol. Apa yang sedang kulakukan sih?”Oryza mengayunkan tangan kiri yang memegang ponsel hingga jatuh ke kasur.“Di saat aku seperti ini, ternyata dia telah maju dengan caranya.”Sebuah gambaran tentang Agnes mengisi kepala Oryza. Semua diputar layaknya roll film dari pertemuan pertama Oryza dengan Agnes sampai kejadian di reuni sekolah. Tiba-tiba rasa benci dan amarah muncul di dada Oryza dan membuat gadis itu mengubah posisi tidur menjad
“Apakah anak adalah mesin ATM berjalan bagi orangtuanya?”Pertanyaan itu kembali muncul ketika Oryza mendapat omelan dari ibunya. Bunyi derit terdengar ketika Oryza menjatuhkan diri tempat tidur seolah-olah kasurnya ikut menderita. Tak lama kemudian suara ketukan terdengar di kamar.“Ibu belum selesai bicara denganmu. Kau itu, berangkat pagi pulang malam. Kau ingin membuat ibu malu? coba kalau kau menuruti saran ibu dan menikah dengan Pak Raharjo, kau pasti bisa hidup senang dan membantu keluarga ini. Oryza … Oryza … dengarkan ibu! kau harusnya bersyukur karena masih ada yang mau dengan gadis gendut jelek sepertimu.”Oryza menutup wajah dengan bantal dan menangis sejadi-jadinya. Oryza tak menyangka kalau ibunya tega melakukan celaan fisik kepada dirinya. Oryza berusaha menutup telinga dan tidak mengacuhkan kata-kata ibunya hingga akhirnya suasana menjadi sunyi. Padahal ini tidak terlalu malam.” Oryza mendesah saat melihat jam yang baru menunjukkan pukul sepuluh.Oryza mengambil pons
Pagi itu Oryza begitu fokus dengan layar komputernya. Terkadang Oryza menggeser mouse untuk menghentikan video lalu melakukan editing, lalu dia hanya terpaku menonton video detik demi detik kemudian melakukan dua hal itu secara berulang.“Akhirnya selesai juga!”Setelah berjibaku dengan proses editing yang berulang, Oryza menyimpan hasil kerja lalu menyerahkannya kepada manajer. Oryza kemudian keluar dari ruang manajer dan melihat jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas yang berarti saatnya untuk beristirahat.“Lelah sekali.” Oryza meregangkan tangan dan bahu.Oryza mulai berjalan menuju meja dan menemukan orang-orang begitu tergesa-gesa. Ada kabar bahwa hari ini akan datang orang penting di kantornya. Meki begitu, Oryza tak sempat bertanya karena beberapa hari ini pekerjaanya sangat padat. “Baiklah istirahat satu jam untuk memulihkan tenaga.” pikir Oryza.Oryza mengambil kotak berisi roti lalu membuka aplikasi streaming favoritnya. Saat akan meletakkan ponsel di te
Oryza yang tak pernah terlambat dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu akhirnya mengambil cuti pertama setelah dia bekerja selama dua tahun. Entah kenapa pagi itu Oryza tidak memiliki keinginan untuk bekerja. Oryza membuka aplikasi chat di ponsel dan mengetuk halaman chat dengan Agnes.[Nes][Kenapa za][Jalan-jalan yuk. Lagi suntuk nih][Emang kamu ga kerja za][Hari ini aku lagi ga mood. Sumpah pengen ngilangin stress][Buset, mau kiamat nih kayaknya. Oryza yang rajin bisa bolos kerja.][Oke kamu ke sini aja ntar kita jalan-jalan pakek mobilku.]Oryza berdiri dengan enggan dari kasurnya dan berniat untuk mandi. Namun, langkah Oryza terhenti saat dia melihat pantulan dirinya di cermin. Rambutnya begitu kusut menggembang seperti brokoli dan kantung mata hitam layaknya panda membuat Oryza ingin memukul cermin di depannya. “Woah aku jelek sekali.” Oryza membuat raut wajah jijik.Oryza membuka pintu dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di kiri kamarnya tepat di dekat area dapur
Agnes tak berniat lagi mencicipi makanan penutup yang disajikan oleh pelayan di restoran itu. Dia berdiri dari kursi lalu berjalan sangat cepat menuju tempat parkir. Ketika Agnes pergi Oryza hanya bisa menganga menatap Altair dan Agnes secara bergantian. “K--kau … apa kau sudah gila? kenapa mengatakan hal sekejam itu?” tanya Oryza sembari menunjuk Altair.“Apa yang kau harapkan? memberi dia kebohongan manis. Aku bukanlah orang yang seperti itu.”Muka Oryza menjadi merah padam. Gadis itu mengambil teko kaca yang berisi air, menghampiri lalu menyiram Altair dengan air di dalam teko. Oryza cepat-cepat mengambil ponsel yang dia letakkan di meja lalu keluar dari restoran. Gadis itu menelisik ke sekitar dan mengelus dada ketika mendapati Agnes sedang duduk menangis di kursi kemudi mobilnya.“Nes, syukurlah aku belum terlambat.” Oryza berniat mengelus kepala Agnes, tetapi sahabatnya itu langsung menepis lengan Oryza.“Nes, kenapa?” tanya Oryza lirih.“Kau masih bertanya?” Agnes menatap Or
Seharian ini Oryza merasakan sesuatu yang aneh di kantornya. Selain beberapa orang yang berbisik setelah menatapnya, porsi pekerjaan Oryza menjadi berkurang. Biasanya gadis itu akan mengerjakan minimal lima atau lebih video baik itu potongan film, iklan sampai personal. Kali ini Oryza hanya mendapatkan satu video dari perseorangan yang segera diselesaikan dalam beberapa menit. Merasa pekerjaanya selesai Oryza berjalan menuju meja manajer untuk menanyakan sesuatu yang bisa dia kerjakan.“Pak Bayu, semua pekerjaan saya selesai. Jika ada yang--”“Tidak perlu, semua pekerjaan sudah kami handle. Kau bisa bersantai kali ini.”Oryza kembali ke kursi dan menatap layar komputernya dengan bosan. Karena tidak ada ponsel, Oryza tak dapat lagi membuka media sosial atau menonton film favoritnya beberapa hari ini.“Bosan sekali.”Oryza memutar-mutar kursi beberapa kali dan menemukan beberapa orang membuang muka ketika bertukar pandang dengan dirinya.“Ada apa sih dengan mereka?” tanya Oryza mengern