Home / Romansa / CEO Tampan Mencari Istri Salihah / Bab 4. Bertemu Gadis Salihah

Share

Bab 4. Bertemu Gadis Salihah

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-05-07 02:26:22

Setibanya di Restaurant yang bernuansa Timur Tengah itu, mobilnya berhenti tepat didepan pintu lobby. Sebagai seorang supir Pak Rusdi tidak hanya menyetir tapi dia bertugas membukakan pintu mobil majikannya, Akash dan Laudia keluar dari mobil setelah pintu mobilnya terbuka.

Pria paruh baya itu menundukkan kepalanya pada Akash, pasalnya walaupun usia mereka terpaut jauh tetap saja statusnya Akash adalah majikannya yang memberinya pekerjaan dan penghasilan hingga dia dapat menghidupi dan menyekolahkan putra putrinya sampai kejenjang perguruan tinggi. 

"Makasih, Pak," ucap Laudia saat dia sudah keluar mobil sedangkan Akash langsung saja berjalan masuk kedalam Restaurant itu.

Rusdi tersenyum tipis membalas ucapan Laudia, karena sudah biasa baginya menghadapi sikap Akash yang seperti itu dan hanya Laudia saja yang selalu mengucapkan kata terima kasih atau sedikit berbincang saat dalam perjalanan.

Setelah memastikan tidak ada yang dibutuhkan oleh Akash dan Laudia, Rusdi itu kembali melajukan mobilnya mencari lahan parkir yang masih kosong. Walaupun sedikit kesulitan menemukan lahan parkir pasalnya saat jam makan siang, restauran itu sangat ramai didatangi pengunjung untuk makan siang.

Disaat Rusdi kesulitan mencari lahan parkir yang kosong, didalam restauran Akash sudah duduk manis di kursi yang sudah di pesan oleh Laudia sebelum mereka berangkat.

Seorang pelayan restauran mendatangi meja mereka dan memberikan buku menu, Laudia tersenyum saat mengambil buku menu itu dari tangan sang pelayan. 

"Pak Akash, Anda mau pesan makanan atau minuman dulu?" tanya Laudia. Dia memberi buku menu ke arah atasannya yang sedang fokus pada ponselnya. Entah apa yang dia kerjakan pikir Laudia akhirnya gadis itu mengurungkan niatnya memberi buku menu pada Akash. Sebenarnya dia sendiri sudah hapal betul dengan makanan dan minuman kesukaan Akash hanya saja karena ini tempat baru dan menu di sana mayoritas menu timur tengah, Laudia mengira Akash akan memilih sendiri tapi nyatanya dia salah besar. Pria yang memiliki karakter dingin seperti kulkas itu mengabaikannya.

"Saya pesan minum dulu yah, karena kami juga sedang menunggu seseorang." 

Laudia mengembalikan dia buku menu tadi yang diberikan oleh sang pelayan. Karena pesanan hanya dua gelas, pelayan itu tidak perlu mencatatnya lagi.

Tidak butuh waktu lama, sang pelayan kembali menghampiri meja Akash dan Laudia dengan membawa sebuah nampan yang isinya satu cangkir kopi panas untuk Akash dan satu gelas jus jeruk untuk Laudia.

Laudia tersenyum manis saat doa menerima segelas jus jeruk kesukaannya, "Makasih, Mba," ucap Laudia setelah dia menerima minumannya dan pelayan itu meletakan secangkir kopi panas di depan Akash. Sang pelayan juga tersenyum manis dan matanya tidak berkedip memandang Akash, Laudia sudah biasa menghadapi para kaum hawa yang terpesona saat melihat Akash. Mereka selalu berpikir pria itu adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, pahatan masterpiece dari Tuhan. Hidup mereka akan sangat beruntung dan bahagia jika mendapatkan jodoh seperti dirinya.

Akash melirik tajam karena merasa sedari tadi diperhatikan oleh pelayan itu. Mendapat tatapan tajam dari tamu-nya pelayan itu menjadi salah tingkah dan malu lalu pergi dari sana.

"Dia kenapa?" tanya Akash dengan menggedikan dagunya pada pelayan yang sudah pergi jauh dari meja mereka.

"Biasa, terpesona," jawab Laudia singkat dan Akash menggedikan kedua bahunya, tanda kalau dia tidak perduli karena dia merasa memang dirinya sempurna dan patut menjadi idaman para kaum hawa.

Laudia sendiri awal bekerja dengan Akash sempat dibuat tidak konsentrasi saat bekerja, karena atasannya itu benar-benar terlalu berlebihan kegantengannya. Kalau saja dalam satu kantor boleh berpacaran mungkin Laudia akan mencari perhatian Akash dan membuatnya menjadi kekasihnya. Tapi sayangnya perusahaan milik Akash itu memilki peraturan seperti itu, satu kantor dilarang menjalin hubungan lain selain rekan kerja. Jika ketahuan maka konsekuensinya keduanya harus dikeluarkan dari sana. Untuk urusan pekerjaan Akash selalu tegas itu makanya Laudia paham benar apa yang disukai atau tidak dari atasannya itu, dia lebih memendam rasa kagumnya demi berlanjutnya pekerjaannya menjadi sekretaris dan bisa setiap hari bertemu dengan Akash.

Akash menyeruput kopinya dan meletakkannya kembali di atas meja, "Mereka akan tiba jam berapa?" tanya Akash tanpa melihat lawan bicaranya.

"Mereka sedang dalam perjalan, Pak. Mungkin sebentar lagi," jawab Laudia.

"Oh, itu mereka sudah tiba." Laudia langsung melambaikan tangannya pada Uti sekretaris dari Ahmed. 

Melihat kliennya tiba Akash langsung bangkit dari duduknya, dia menyambut kedatangan Uti yang masuk kedalam Restaurant seorang diri, kening Akash mengernyit karena merasa heran mengapa hanya sang sekretaris yang datang. Kalau begini untuk apa dia yang harus repot datang seharusnya dia bisa meminta divisi marketing untuk datang pikirnya.

"Selamat siang, Pak Akash. Saya Uti sekretaris Pak Ahmed." Gadis yang berhijab itu memberi salam dengan mengatupkan kedua tangan di depan dada saat bertemu.

Akash langsung menarik uluran tangannya dan mengikuti cara Uti memberi salam. Pria itu ikut mengatupkan kedua tangannya. Akash terbiasa berjabat tangan saat bertemu dengan semua orang merasa sedikit canggung. Laudia mengulum senyumnya melihat sang atasan menjadi kikuk.

"Anda sendiri?" tanya Akash dengan tangan terulur mempersilahkan Uti duduk.

Dengan senyum manisnya gadis itu menggeleng dan menjawab pertanyaan Akash, "Pak Ahmed, masih didalam mobil karena ada sedikit urusan pribadinya. Saya diminta menemui kalian terlebih dahulu,".

Akash mengangguk paham dengan penjelasan yang Uti berikan. Lewat kaca besar yang ada di restoran itu, Akash dapat melihat Ahmed keluar dari mobilnya bersama seorang gadis yang dia pernah lihat di Masjid tempo hari. Mata Akash membola saat gadis yang berpakaian syar'i itu memeluk hangat Ahmed dan mencium punggung tangannya dengan takzim.

Pikiran Akash sudah melalang jauh entah kemana, dia berfikir gadis itu adalah istri muda dari kliennya itu. Hati Akash seketika mencelos melihat kejadian diparkiran mobil itu.

Ahmed langsung masuk kedalam Restaurant setelah mobilnya pergi keluar dari area parkiran restaurant.

"Selamat siang, Pak Akash. Maaf saya terlambat." Ahmed mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Akash.

"Selamat siang juga, Pak Ahmed. Tidak apa-apa, saya juga baru tiba," balas Akash.

Laudia juga memberi salam dengan cara yang sama seperti Uti lakukan tadi.

Sebelum rapat dimulai, Ahmed memesan beberapa menu makan untuk makan siang dirinya dan yang lainnya. Karena terbiasa dengan menu timur tengah Ahmed memesan semua hidangan yang spesial disana.

"Apa Anda mau nambah lagi, Pak Akash?" tanya Ahmed.

"Tidak, Pak Ahmed. Terima kasih tawarannya, ini saja sudah cukup membuat perut saya kenyang."

"Alhamdulillah kalau begitu, makanan ini tidak mubazir. Ayo dihabiskan, setelah ini kita bisa mulai rapatnya."

Akash mengangguk menjawab ucapan Ahmed, dan dia menghabiskan makanan yang ada di piringnya tanpa ada tersisa sedikitpun. Ini pertama kalinya Akash merasakan masakan Timur Tengah yang penuh dengan rempah. Biasanya pengusaha muda itu selalu menikmati makanan Eropa jika bertemu dengan klien lainnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 5. Deal Proyek Baru.

    Setelah selesai makan siang, dan para pelayan itu merapihkan semua piring bekas tamu mereka makan dan kembali membersihkan meja itu. "Jadi begini, Pak Akash. Saya punya lahan luas di suatu daerah perkampungan yang mau saya buat pesantren. Saya mau ada pondok khusus santri. Santriwan dan Santriwati terpisah," ujar Ahmed langsung pada Akash tanpa basa basi."Apakah ada design khusus yang Anda inginkan?" tanya Akash."Oh tentu, saya ingin bangunan yang bernuansa islami pastinya tapi saya membebaskan Anda untuk gambar design nya karena saya tau Anda pakarnya. Saya banyak lihat hasil karya Anda di internet. Bangunan yang Anda buat selalu menakjubkan," puji Ahmed.Ahmed menceritakan semua ide yang ada dipikirkannya, dan Laudia mencatat semua keinginan kliennya. Akash menyimak dengan seksama semua ide-ide yang Ahmed utarakan padanya. Sebagai arsitek dia harus memahami keinginan kliennya terlebih dahulu baru dia bisa membuat design gambarnya.Rapat ini lebih membahas konsep bangunan yang Ahm

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 4. Bertemu Gadis Salihah

    Setibanya di Restaurant yang bernuansa Timur Tengah itu, mobilnya berhenti tepat didepan pintu lobby. Sebagai seorang supir Pak Rusdi tidak hanya menyetir tapi dia bertugas membukakan pintu mobil majikannya, Akash dan Laudia keluar dari mobil setelah pintu mobilnya terbuka.Pria paruh baya itu menundukkan kepalanya pada Akash, pasalnya walaupun usia mereka terpaut jauh tetap saja statusnya Akash adalah majikannya yang memberinya pekerjaan dan penghasilan hingga dia dapat menghidupi dan menyekolahkan putra putrinya sampai kejenjang perguruan tinggi. "Makasih, Pak," ucap Laudia saat dia sudah keluar mobil sedangkan Akash langsung saja berjalan masuk kedalam Restaurant itu.Rusdi tersenyum tipis membalas ucapan Laudia, karena sudah biasa baginya menghadapi sikap Akash yang seperti itu dan hanya Laudia saja yang selalu mengucapkan kata terima kasih atau sedikit berbincang saat dalam perjalanan.Setelah memastikan tidak ada yang dibutuhkan oleh Akash dan Laudia, Rusdi itu kembali melajuka

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 3. Klien Baru.

    Beberapa hari kemudian,Karena kesibukannya Akash melupakan sosok wanita soleha yang dia lihat dulu. Saat ini fokusnya bukan pada gadis itu karena banyaknya proyek yang masuk membuat dirinya tidak ada waktu walaupun sedikit untuk memikirkan soal sosok itu.Tok!!!Tok!!!Tok!!!Laudia mengetuk pintu ruang kerja Akash sebelum dia masuk kedalam."Permisi, Pak. Saya mau menyampaikan kalau tadi sekretaris dari Pak Ahmed menghubungi dan meminta waktu Pak Akash untuk bertemu Pak Ahmed," ucap Laudia."Ahmed Bakhtiar Abinaya pengusaha yang terkenal dermawan itu?" tanya Akash karena seingatnya dia pernah membaca artikel disalah satu majalah bisnis tentang nama itu."Iya benar, Pak.""Mau apa dia?""Info dari sekretarisnya Pak Ahmed mau memakai perusahaan kita untuk membangun pesantrennya tapi beliau mau bertemu langsung dengan Anda, Pak," jelas Laudia. Akash menghela nafasnya setelah mendengar penjelasan Laudia yang panjang. Seharusnya hal ini bukan ranahnya lagi, dia bisa saja mengirim orang

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 2. Club Malam.

    Malam ini Akash kembali berada disebuah club bersama salah satu temannya yang biasa dia ajak bersenang-senang jika dia membutuhkan hiburan.Mengetahui Akash datang semua wanita berlomba-lomba merayu agar dapat bersama CEO itu walaupun hanya satu malam saja.Didalam sana Akash merasa bebas dan bahagia karena dia bisa bebas bersenang-senang, minum, rokok, joget dan ngobrol ditemani beberapa wanita. "Gue punya cewek cantik, spesial buat loe malam ini," ucap Wildan teman baik Akash yang biasa dia ajak ke club.Kali ini Akash tidak seperti biasanya, walaupun sedikit mabuk pria itu menolak wanita yang ditawarkan Wildan untuknya. Jari telunjuk Akash terangkat dan bergerak ke kiri ke kanan menolak. Kening Wildan sampai mengernyit dalam, baru kali ini sahabatnya itu menolak wanita. Biasanya juga dia yang meminta Wildan mencarikan seorang wanita untuk menemaninya sampai pagi menjelang dan berakhir di ranjang."Loe kapok sama Rissa?" ledek Wildan, dia kira Akash trauma dengan kejadian wanita te

  • CEO Tampan Mencari Istri Salihah   Bab 1. Kabar yang Salah.

    Dengan kecepatan mobil sportnya itu, Akash tiba dirumahnya hanya dalam hitungan setengah waktu dari biasanya dia tempuh dengan mobil biasa miliknya yang lain.Sesampainya di dalam rumah, kedua orangtuanya memintanya duduk karena mereka berdua sudah menunggunya sejak tadi."Papa mau tanya, kapan kamu menikah?" tanya Fauzan dengan wajah serius dia menatap putranya menunggu jawaban yang tepat dari Akash.Kedua alis Akash menyernyit dalam, dia kira ada kabar apa sampai kedua orang tuanya itu mengirimnya pesan agar segera tiba dirumah, tidak tahunya dia hanya mendapatkan pertanyaan konyol yang dilontarkan sang ayah seperti biasa."Gak ada pertanyaan yang lebih berbobot dari ini?" tanya Akash kesal pasalnya dia sudah ngebut dari Kota sebelah agar dapat tiba secepat mungkin sesuai keinginan ayahnya."Ini sangat penting untuk kami, Nak," jawab Anya sang ibu angkat."Ma, aku akan menikah kalau ketemu dengan gadis yang sesuai kriteria yang aku mau," jawab Akash lembut pada ibunya."Tapi kriteri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status