Beberapa hari kemudian,
Karena kesibukannya Akash melupakan sosok wanita soleha yang dia lihat dulu. Saat ini fokusnya bukan pada gadis itu karena banyaknya proyek yang masuk membuat dirinya tidak ada waktu walaupun sedikit untuk memikirkan soal sosok itu.
Tok!!!
Tok!!!
Tok!!!
Laudia mengetuk pintu ruang kerja Akash sebelum dia masuk kedalam.
"Permisi, Pak. Saya mau menyampaikan kalau tadi sekretaris dari Pak Ahmed menghubungi dan meminta waktu Pak Akash untuk bertemu Pak Ahmed," ucap Laudia.
"Ahmed Bakhtiar Abinaya pengusaha yang terkenal dermawan itu?" tanya Akash karena seingatnya dia pernah membaca artikel disalah satu majalah bisnis tentang nama itu.
"Iya benar, Pak."
"Mau apa dia?"
"Info dari sekretarisnya Pak Ahmed mau memakai perusahaan kita untuk membangun pesantrennya tapi beliau mau bertemu langsung dengan Anda, Pak," jelas Laudia.
Akash menghela nafasnya setelah mendengar penjelasan Laudia yang panjang. Seharusnya hal ini bukan ranahnya lagi, dia bisa saja mengirim orang lain lebih tepatnya Manager Marketingnya yang maju menemui kliennya. Akan tetapi karena kliennya juga seseorang yang penting didalam dunia bisnis, maka Akash tidak menolaknya.
"Baiklah, buat janji dengan beliau besok saat makan siang, tempatnya tanyakan padanya. Dan kamu ikut saya, biar Rashid yang handle kantor besok," ucap Ashraf.
"Baik, Pak. Saya permisi dulu," balas Laudia.
Setelah keluar dari ruang kerja bosnya, Laudia langsung menghubungi sekretaris Ahmed untuk mengatur pertemuan antar boss mereka. Jam pertemuan sudah Akash yang tentukan saat makan siang dan tempat pihak Ahmed yang menentukan. Sekretaris Pak Ahmed memberi tahu Laudia kalau pertemuan besok disebuah Restauran Turki di bilangan segitiga emas tengah Kota.
"Oke, Mba Uti. Noted yah besok jam 12 di Restaurant Turki. Makasih yah, Mba. Selamat sore," ucap Laudia di telpon.
"Kembali kasih, Mba Laudia. Sampai bertemu besok," balas Uti sekretaris dari Ahmed Bakhtiar Abinaya, ramah.
Karena boss mereka mau bekerja sama otomatis keduanya juga ikut bekerjasama, maka dari itu keduanya harus kompak.
***
Berbeda dari biasanya, hari ini Akash pulang lebih cepat dari kantornya. Entah mengapa dia merasa tidak enak badan.
Setibanya di rumah dia langsung merebahkan dirinya di kasur tanpa melepas jas, dasi dan sepatunya. Pria itu langsung terlelap tidur sampai melewatkan makan malamnya.
Saat makan malam Anya merasa heran kenapa putranya tidak datang keruang makan untuk makan malam, tidak seperti biasanya. Sampai selesai makan Anya pergi ke kamar Akash dan mengetuk pintu kamar putranya itu berkali-kali.
Merasa tidak ada jawaban dari dalam, Anya mencoba membuka pintu kamar itu dan ternyata tidak terkunci. Wanita paruh baya itu melihat putranya sedang tidur nyenyak dengan pakaian kerja yang masih komplit.
"Ck! Segitu lelahnya sampai tertidur begitu," monolog Anya.
Hatinya mencelos melihat Akash seperti itu, walaupun bukan ibu kandung tapi hati seorang ibu merasa iba dengan kondisi putranya itu karena kesibukannya dia sampai lelah seperti ini. Anya langsung keluar kamar Akash dan menutup kembali pintu kamarnya.
***
Esok paginya Akash terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui sela tirai kamarnya langsung menyorot pada matanya. Pria itu kaget karena terbangun dengan pakaian yang masih komplit, menandakan kalau dirinya tertidur sejak pulang kerja tadi sore.
Akash langsung beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi, di sana pria itu menyalahkan keran air dan memenuhi bathtub-nya dengan air hangat, setelah terisi hampir penuh dia berendam di sana.
Tubuhnya menjadi relaks setelah berendam di dalam air hangat.
Ketika merasa cukup, Akash langsung menyelesaikan ritual mandinya, kemudian dia keluar dengan berbalut bathrope yang sudah disediakan di sana.
Dengan rambut yang masih sedikit basah, dia memilih pakaian kerjanya sendiri dari mulai pakaian dalam, kemeja, dasi, kaos kaki sampai sapu tangan. Disaat seperti ini dia baru merasakan seandainya dia memiliki seorang istri pasti semua keperluannya sudah disediakan oleh istrinya dan dia tinggal memakainya. Sesaat dia teringat sosok wanita yang dia lihat dulu.
Beberapa kali Akash menggelengkan kepalanya memecah lamunannya sendiri, lalu dia tersenyum sendiri.
"Kayanya gue udah gila karena wajah gadis itu gak mau pergi dari otak gue," monolog Akash, tangannya sambil sibuk memasang jam tangan dipergelangan tangannya.
Akash langsung bergegas keruang makan untuk menikmati sarapannya, di sana dia bertemu dengan sang mama yang masih sibuk merapihkan bekas makan nya lalu menyerahkannya pada pelayan di sana.
"Morning, Ma," salam Akash.
"Morning, Sayang," balas Anya.
Akash tidak menanyakan keberadaan papanya, dia sudah tau jam segini Fauzan pastilah sudah berangkat kekantor.
"Mama gak kerja?" tanya Akash heran karena mamanya masih di rumah dengan pakaian santai.
"Mama lagi kurang enak badan makanya mama meliburkan diri," jawab Anya sambil mengoles selai cokelat di roti lalu memberikannya pada Akash.
"Mama sakit? Kita ke dokter yah," ajak Akash.
"Gak perlu ke Dokter, mama sudah minum obat. Dengan sedikit istirahat tenaga mama akan kembali pulih kok."
"Yang benar, Ma?" tanya Akash khawatir dengan kondisi mamanya saat ini.
"Iya, Sayang. Makasih sudah mengkhawatirkan mama," balas Anya.
Setelah menghabiskan sarapannya Akash pamit pada Anya, dia pergi kekantor dulu sebelum siangnya bertemu dengan kliennya yang baru.
***
Setibanya di kantor, Akash meminta Laudia membacakan jadwalnya hari ini.
"Hari ini jadwal Anda ada tiga pertemuan dengan klien setelah makan siang bersama Pak Ahmed di Restauran Turki," ucap Laudia.
"Oke, thanks Laudia. Sekarang kamu bisa kembali ke meja kamu. Tapi jangan lupa kopi saya, dan bawa semua berkas yanng harus saya tanda tangani, biar cepat beres semuanya."
"Baik, Pak."
Laudia langsung keluar dari ruang kerja Akash dan meminta salah satu Office boy membuatkan kopi untuk bossnya seperti biasa. Karena sudah bekerja cukup lama menjadi sekretaris Akash, Laudia sudah sangat hantam dengan pekerjaannya. Tidak butuh waktu lama dia mengumpulkan semua berkas yang membutuhkan tanda tangan Akash kemudian membawanya kedalam dan menaruhnya dipinggir meja kerja sang boss.
Karena Akash sedang menerima telpon, Laudia tidak banyak bicara. Akash hanya memberikan tanda oke dengan ibu jarinya kemudian Laudia keluar dari sana.
"Sorry, Bro. Hari ini jadwal gue padat banget, mungkin lain waktu," ucap Akash pada seseorang di ponselnya.
" ... "
"Nanti gue kabarin loe lagi. Bye."
Setelah selesai menerima telpon Akash langsung mengerjakan pekerjaannya yang terlihat gampang hanya memeriksa lalu tanda tangan tapi kalau Akash tidak teliti dan langsung tanda tangan akan fatal akibatnya untuk kelangsungan perusahaannya.
Tidak terasa waktu terus berjalan dan tibalah waktunya Akash bertemu dengan pengusaha dermawan itu. Jam 11.00 Laudia sudah mengingatkan Akash agar mereka pergi kesana, karena janjian makan siang di sana sambil membicarakan bisnis.
"Saya pergi dulu, kamu jaga kantor," ucap Akash tegas pada Rashid asisten pribadinya di kantor.
"Siap, Pak," jawab Rashid singkat pasalnya dia sudah biasa memback-up Akash di kantor saat si boss sibuk tiada tara.
Akash dan Laudia pergi ke Restaurant Turki itu dengan menggunakan mobil dan supir pribadi Akash.
Setelah selesai makan siang, dan para pelayan itu merapihkan semua piring bekas tamu mereka makan dan kembali membersihkan meja itu. "Jadi begini, Pak Akash. Saya punya lahan luas di suatu daerah perkampungan yang mau saya buat pesantren. Saya mau ada pondok khusus santri. Santriwan dan Santriwati terpisah," ujar Ahmed langsung pada Akash tanpa basa basi."Apakah ada design khusus yang Anda inginkan?" tanya Akash."Oh tentu, saya ingin bangunan yang bernuansa islami pastinya tapi saya membebaskan Anda untuk gambar design nya karena saya tau Anda pakarnya. Saya banyak lihat hasil karya Anda di internet. Bangunan yang Anda buat selalu menakjubkan," puji Ahmed.Ahmed menceritakan semua ide yang ada dipikirkannya, dan Laudia mencatat semua keinginan kliennya. Akash menyimak dengan seksama semua ide-ide yang Ahmed utarakan padanya. Sebagai arsitek dia harus memahami keinginan kliennya terlebih dahulu baru dia bisa membuat design gambarnya.Rapat ini lebih membahas konsep bangunan yang Ahm
Setibanya di Restaurant yang bernuansa Timur Tengah itu, mobilnya berhenti tepat didepan pintu lobby. Sebagai seorang supir Pak Rusdi tidak hanya menyetir tapi dia bertugas membukakan pintu mobil majikannya, Akash dan Laudia keluar dari mobil setelah pintu mobilnya terbuka.Pria paruh baya itu menundukkan kepalanya pada Akash, pasalnya walaupun usia mereka terpaut jauh tetap saja statusnya Akash adalah majikannya yang memberinya pekerjaan dan penghasilan hingga dia dapat menghidupi dan menyekolahkan putra putrinya sampai kejenjang perguruan tinggi. "Makasih, Pak," ucap Laudia saat dia sudah keluar mobil sedangkan Akash langsung saja berjalan masuk kedalam Restaurant itu.Rusdi tersenyum tipis membalas ucapan Laudia, karena sudah biasa baginya menghadapi sikap Akash yang seperti itu dan hanya Laudia saja yang selalu mengucapkan kata terima kasih atau sedikit berbincang saat dalam perjalanan.Setelah memastikan tidak ada yang dibutuhkan oleh Akash dan Laudia, Rusdi itu kembali melajuka
Beberapa hari kemudian,Karena kesibukannya Akash melupakan sosok wanita soleha yang dia lihat dulu. Saat ini fokusnya bukan pada gadis itu karena banyaknya proyek yang masuk membuat dirinya tidak ada waktu walaupun sedikit untuk memikirkan soal sosok itu.Tok!!!Tok!!!Tok!!!Laudia mengetuk pintu ruang kerja Akash sebelum dia masuk kedalam."Permisi, Pak. Saya mau menyampaikan kalau tadi sekretaris dari Pak Ahmed menghubungi dan meminta waktu Pak Akash untuk bertemu Pak Ahmed," ucap Laudia."Ahmed Bakhtiar Abinaya pengusaha yang terkenal dermawan itu?" tanya Akash karena seingatnya dia pernah membaca artikel disalah satu majalah bisnis tentang nama itu."Iya benar, Pak.""Mau apa dia?""Info dari sekretarisnya Pak Ahmed mau memakai perusahaan kita untuk membangun pesantrennya tapi beliau mau bertemu langsung dengan Anda, Pak," jelas Laudia. Akash menghela nafasnya setelah mendengar penjelasan Laudia yang panjang. Seharusnya hal ini bukan ranahnya lagi, dia bisa saja mengirim orang
Malam ini Akash kembali berada disebuah club bersama salah satu temannya yang biasa dia ajak bersenang-senang jika dia membutuhkan hiburan.Mengetahui Akash datang semua wanita berlomba-lomba merayu agar dapat bersama CEO itu walaupun hanya satu malam saja.Didalam sana Akash merasa bebas dan bahagia karena dia bisa bebas bersenang-senang, minum, rokok, joget dan ngobrol ditemani beberapa wanita. "Gue punya cewek cantik, spesial buat loe malam ini," ucap Wildan teman baik Akash yang biasa dia ajak ke club.Kali ini Akash tidak seperti biasanya, walaupun sedikit mabuk pria itu menolak wanita yang ditawarkan Wildan untuknya. Jari telunjuk Akash terangkat dan bergerak ke kiri ke kanan menolak. Kening Wildan sampai mengernyit dalam, baru kali ini sahabatnya itu menolak wanita. Biasanya juga dia yang meminta Wildan mencarikan seorang wanita untuk menemaninya sampai pagi menjelang dan berakhir di ranjang."Loe kapok sama Rissa?" ledek Wildan, dia kira Akash trauma dengan kejadian wanita te
Dengan kecepatan mobil sportnya itu, Akash tiba dirumahnya hanya dalam hitungan setengah waktu dari biasanya dia tempuh dengan mobil biasa miliknya yang lain.Sesampainya di dalam rumah, kedua orangtuanya memintanya duduk karena mereka berdua sudah menunggunya sejak tadi."Papa mau tanya, kapan kamu menikah?" tanya Fauzan dengan wajah serius dia menatap putranya menunggu jawaban yang tepat dari Akash.Kedua alis Akash menyernyit dalam, dia kira ada kabar apa sampai kedua orang tuanya itu mengirimnya pesan agar segera tiba dirumah, tidak tahunya dia hanya mendapatkan pertanyaan konyol yang dilontarkan sang ayah seperti biasa."Gak ada pertanyaan yang lebih berbobot dari ini?" tanya Akash kesal pasalnya dia sudah ngebut dari Kota sebelah agar dapat tiba secepat mungkin sesuai keinginan ayahnya."Ini sangat penting untuk kami, Nak," jawab Anya sang ibu angkat."Ma, aku akan menikah kalau ketemu dengan gadis yang sesuai kriteria yang aku mau," jawab Akash lembut pada ibunya."Tapi kriteri