Share

5. Shambara Global

Author: BEEHAPPY
last update Last Updated: 2023-05-17 23:00:25

"Hubungi Saya jika Nona memerlukan bantuan, rumah sakit ini pasti akan membantu!" Ucap Dokter Bahar yang mengantar Karen. Setelah yakin Karen dapat pulang hari ini, dia juga berniat mengantar pasiennya sampai ke depan lobby.

Karen tersenyum tipis. "Tentu. Terima kasih banyak untuk semuanya. "

Dokter tua itu mengangguk sambil melambai-lampai kecil sampai mobil hitam itu menghilang di balik tembok rumah sakit.

Dia mengambil HP nya dan memanggil seseorang. "Nona itu sudah pulang," jelasnya singkat.

Di sebuah rumah putih bertingkat dua, dengan desain minimalis dan sederhana. Karen masuk dan menaruh kopernya di samping sofa.

Ruang tamu sederhana yang berdekatan dengan dapur tampak didominasi warna putih dan sage. Dia tampak senang karena rumah yang dibeli sudah rapi dan sesuai dengan keinginannya.

"Hah… aku tidak menyesal, sepertinya aku hanya tinggal menaruh baju dan melihat halaman luar."

Karen mengangkat tas dan kopernya ke lantai dua melalui tangga di belakang dapur, dia membuka pintu Kamar dan melihat tempat tidur besar dengan lemari putih yang senada dengan dinding.

Tidak perlu waktu lama sampai dia memindahkan semua pakaiannya dari tas ke lemari. Sebelum keluar dia membuka tirai dan jendela serta pintu ke balkon kamar.

"Ini benar-benar kamarku, tidak sia-sia aku membeli ini," ucapnya senang. Dia membeli rumah itu dengan harga yang cukup, tidak lupa setengah uangnya disumbangkan, lalu sisanya ditabung untuk dana darurat.

"Aku harus memeriksa ruang lainnya."

Dia mendapati kamar kosong di samping kamarnya, tidak masalah karena dia tidak meminta untuk memiliki kamar tamu. “Aku sudah memesan perlengkapan supaya kamar ini bisa jadi ruang santai.”

Sorenya lemari dan meja yang dia pesan sudah sampai dan pemasangannya baru selesai sampai malam jam 7. Saat pemasangan dia keluar untuk membeli bahan makanan dan peralatan dapur secukupnya.

Saat sampai para tukang sudah selesai dan mengembalikan kunci rumahnya. Karen sendiri merasa sunyi dan mengunci rumah dengan tenang.

"Waktunya makan…."

Sambil makan, Karen duduk nyaman di ruang santai sebelah kamarnya, Karen membuka laptop dan mencari beberapa pekerjaan yang dia inginkan di beberapa media sosial.

"Bean Buzz caffe!" Gumamnya setelah lama membiarkan makananya dingin. Dia segera menandai postingan itu dan melamar besoknya. Dulu dia pernah bekerja di kafe kopi, jadi dia cukup percaya diri untuk melamar di sana.

***

Pagi ini, Karen beberapa kali mengecek email di hpnya, karena seharusnya hari ini adalah pengumuman apakah dia diterima atau tidak. Berbeda dengan tempatnya bekerja dulu yang harus langsung datang ke kafe, Kali ini dia hanya harus menunggu email setelah interview singkat kemarin.

Suatu notifikasi membuatnya segera duduk dan membuka emailnya. "Selamat bergabung di Bean Buzz Caffe."

"Yes… yes… yes…." Karen berdiri dan melompat-lompat kegirangan. Dia pergi ke kamarnya dan langsung membaringkan badannya yang kurus.

"Sepertinya aku harus menaikkan berat badan, aku harus terlihat sehat dan ceria di hadapan pelanggan!" ucapnya menanamkan pikiran jika tidak perlu memikirkan diet.

Karen membaca ulang email itu dengan senyum lebar di bibirnya. "Apa? Hari ini jam sembilan?"

Karen membaca bagian jika dia harus datang ke kafe jam 9, karena dia sudah bisa mulai bekerja.

"Aku harus cepat," ucapnya sembari terburu-buru berlari ke kamar mandi.

Hanya perlu 30 menit sampai dia siap. 15 menit sebelum jam 9, dia sudah sampai di depan kafe yang ternyata lebih besar dari kelihatannya. Saat dia berbalik dia dapat melihat gedung perusahaan besar bernama Shambara Global, melihat ke atas gedung itu saja sudah membuatnya takut tertimpa.

"Karen?" tanya seseorang yang membuka pintu cafe dari dalam.

"Iya. Saya Karen," jawabnya sopan.

“Masuklah!” Rambut lurusnya diikat rendah ke belakang, senyum ramahnya membuat Karen tambah bersemangat saat memasuki kafe tersebut.

Saat masuk matanya sudah kagum dengan langit-langit tinggi kafe, pencahayaan alami yang baik sangat pas dan menghemat energi listrik, tempat duduk dari kayu berjejer rapi di dekat jendela dengan meja dihadapannya.

“Karen, ini pemilik kafe namanya Jessica,” ucap pegawai itu ramah.

“Selamat pagi,” sapanya ramah, Karen kagum saat melihat betapa cantiknya pemilik kafe ini. Badan tinggi, langsing, rambut panjang dengan poni belah dua menampilkan wajah tirusnya dengan baik, ujung bibirnya yang melengkung ke atas membuat wajah cantik itu tampak tersenyum setiap saat.

“Tidak usah terlalu formal.” Jessica menggerak-gerakan tangannya seolah malu dengan sifat Karen yang terlalu formal.

“Ah… Baik.”

“Pfft… jadi bagaimana menurutmu kafe ini, suka?”

“Suka sekali, sangat luas dan terang, saya tidak sabar bekerja di sini.” Dia benar-benar menjawab dengan antusias.

“Bagus. Sonia, lanjutkan kerjamu! Jangan memarahi pelanggan!” perintahnya sambil tertawa.

Karen melihat Sonia mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Jessica.

“Ayo… Aku akan menunjukan beberapa ruangan khusus.”

Karen langsung mengikuti dengan baik.

“Kafe ini punya dua lantai, lantai dasar dan lantai atas yang sebenarnya tidak bisa disebut lantai dua, karena lantainya hanya mengambil 3,5 meter dari setiap sisi ruangan, dari sini kau bahkan bisa melihat pengunjung di atas.”

“Wahhh.. keren.”

“Dan sebenarnya kita mempunyai ruangan bisnis, yang ada di dalam sini!”

Karen mengikuti Jessica masuk keruangan yang sedikit kebelakang, di sana dia melihat beberapa ruangan tertutup dengan luas yang berbeda-beda.

“Ruangan ini biasanya dipesan untuk pertemuan orang-orang penting, mereka akan memesan ruangan terlebih dahulu, jika kau melayani mereka kau tidak perlu takut, layani saja sama seperti kau melayani pelanggan biasa.”

“Baik!”

“Hehe… jangan kaku. Di belakang ada tempat outdoor, lalu di atas juga ada tiga ruangan bisnis yang pemandangannya langsung ke taman belakang. Jadi tamu di sana bisa melihat keadaan di outdoor. Bagaimana? masih tertarik bekerja di sini?”

“Tentu, saya suka kesibukan.”

“Tidak usah pakai saya jika berbicara denganku!”

“Oke!”

“Untuk hari ini kau bisa mulai dengan mengantarkan minuman ke Shambara Global.”

“Shambara Global?”

Jessica menyipitkan matanya tidak percaya. “Kau tidak tahu? kupikir kau sudah melihat gedung raksasa mereka saat kesini.”

“Ah. Gedung yang ada di depan sana?” lanjut Karen cepat. Bagaimana dia bisa melupakan gedung tinggi itu.

“Iya… Kami menerima banyak pesanan dari kantor itu, jadi kau bisa membantu di mengantar minuman dulu.”

15 menit kemudian Karen sudah mengenakan seragam putih, celana coklat yang pas di badannya, serta celemek coklat dengan logo kafe di dada kirinya. Tidak lupa dia menaruh tas dan bajunya di loker.

Karen menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. “Baiklah…, semangat.” Setelah mengatakan itu Karen keluar dan memasang senyum di wajahny a, dia mendekati Sonia dan menanyakan kemana kopi itu akan dikirim.

“Ah… Tolong antar Kopi ini ke perusahaan depan, pesanannya atas nama Ian Shambara.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   52. EPILOG 2

    Suatu hari di saat matahari sudah mulai menghilangkan keganasan suhunya, Ian dan seorang anak kecil tengah berjalan santai di tepi laut.Pasir putih dan lembab kadang menempel di telapak kaki mungil anak kecil tersebut. Ian yang melihat itu segera tersenyum dan berjongkok."Kyle. Kemari!" panggilnya pada Anak laki-laki tersebut.Kyle yang awalnya asik berlarian segera berbalik dan berlari cepat ke arah Ian."Papa ada kerang di sana!" teriak Anak umur 5 tahun tersebut.Ian menggosok-gosokkan rambut Kyle lembut. "Mau ambil dan berikan ke mama?" tanyanya sembari melipat celana Kyle agar tidak basah."AMBIL...." Kyle segera mengambil kerang putih di pantai dengan cepat.Wajah tembem dan putihnya terlihat menyatu dengan warna pasir. Matanya yang hitam pekat menatap kerang yang tidak berawak tersebut dengan rasa penasaran. Tetapi dia segera kembali dan memegang tangan ayahnya."Kyle rindu mama!"Ian tertawa. "Kau yang menangis minta keluar dan sekarang sudah rindu mama.""Kyle tidak akan kel

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   51. EPILOG 1

    Karen merasakan telapak tangannya dibanjiri oleh keringat, bukan karena takut tetapi karena malam ini adalah malam pertama pernikahan mereka. Bahkan saat berjalan menuju kamar hotel kakinya tidak berhenti bergetar.Sementara itu Ian masih menggenggam tangannya dengan erat, membimbing jalan menuju ruangan besar yang sudah ada di depan matanya saat ini.Saat melihat ruangan yang cantik itu sungguh membuatnya merasa akan segera meledak dan jatuh ke lantai, tetapi saat dia tidak fokus Ian segera mengangkat seluruh badanya di depan dada kokoh tersebut."Kau sangat gugup ha?" Ian melihat ke atas di mana dia mengangkat Karen lebih tinggi dari biasanya.Wajah Karen sepenuhnya memerah, wajah tampan Ian yang tengah mengangkat badannya saat ini benar-benar diluar nalar. Sangat-sangat tampan bak pangeran dari kerajaan fantasy."Ian... kita lakukan lain kali saja en. Aku pikir aku akan gila-- Aaa?" Karen merosot sampai ke pinggang Ian."Aku akan berhati-hati!" Ian menatap mata Karen dalam. Menungg

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   50. Terima Kasih Takdir [END]

    Sore hari di rumah Ian yang sunyi. Ruang besarnya terasa kosong bahkan saat dua manusia berlawanan jenis tengah duduk berseberangan. Sementara seorang pria duduk di kamarnya sambil menghadap cctv yang menyoroti kedua lawan jenis tersebut.Dia melihat kedua orang tersebut berbicara meski dia tidak bisa mendengarnya. Hatinya tidak bisa tenang, dia benar-benar fokus untuk siap mengirim kematian jika pria di ruangan sana berani maju selangkah.Dia sangat menghormati keputusan Karen. Senyum di wajah gadis itu saat ini membuatnya sadar jika gadis itu membuatnya semakin terinspirasi untuk lebih kuat dan kuat.Di ruang lain. Karen dan Jones duduk berseberangan. Sebuah meja kaca hitam memisahkan mereka.Karen merasakan jantungnya berdetak kencang, bukan karena dia masih mencintai Jones ataupun takut padanya, tetapi karena keberaniannya saat ini membuatnya seolah-olah bisa menyeberangi lautan seorang diri.Jones mengamati tampilan Karen yang hangat, tetapi mata gadis itu tampak layu, syal yang t

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   49. Akhirnya Tersenyum Lagi

    Ian dan Karen sama-sama mempersiapkan beberapa keperluan untuk pindah ke Negara tempat perusahaan cabang Shambara berada. Jadwal penerbangan tinggal 2 hari lagi, tidak terlalu mendadak sehingga Karen masih dapat meyakinkan diri untuk pergi."Karen, Ibuku sebentar lagi sampai. Aku pergi dulu ya!" ucap Ian segera mengecup dahi Karen dan pergi.Karen hanya melambai di depan pintu mengantarkan Ian. Tepat saat Ian pergi sebuah mobil putih yang Karen tau masuk ke halaman rumahnya.Dia menaikkan bibirnya beberapa kali, memastikan senyumnya lebih baik dan terlihat tulus."Karen! Ayo masuk." Nyonya Abel dengan cepat membawa Karen ke meja makan. Dia mengeluarkan semua makanan yang dia bawa dari rumah."Berat badanmu turun lagi! Ck ck ck, kau harus banyak makan!" Nyonya Abel memberikan semangkuk nasi ke hadapan Karen.Karen melihat nasi putih dan hangat itu dengan tatapan tidak berselera. Tetapi setelah beberapa menit dia akhirnya mengambil sendok dan nasi."Karen. Ayo keluar!" Tanpa persetujuan

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   48. Berlari Sejauh Mungkin

    Karen merasa badannya akan remuk jika Ian tidak melonggarkan pelukannya. Dia mengambil napas dalam agar badannya dapat membesar untuk menciptakan sedikit ruang.Matanya memerah, namun air matanya tampak kering dan tertahan, hidungnya memancarkan asam yang membuat Karen mengigit bibir lebih kuat."Ian...." Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi hatinya semakin berat dan berat, hanya nama Ian yang akhirnya keluar dari bibir kecilnya."Apa ini perbuatan Jones?" Ian bertanya dengan suara rendah, setenang apapun dia berusaha mengontrol suaranya agar tidak menyakiti Karen, dia pasti akan membuat Karen mengeluarkan reaksi jujur dari tubuhnya.Mendengar nama itu. Tubuh Karen yang awalnya lemah kembali bergetar, kesadarannya menipis sementara tangannya menggenggam baju Ian dengan sangat kuat.Di balik pikirannya yang kacau, dia masih memperhatikan perilaku Ian. Tidak ingin pria ini pergi dan melakukan sesuatu yang tidak diharapkan.Ian merasakan rahangnya menjadi keras, bahkan tanpa Karen mengadu

  • CEO Tampan itu Suami Baruku   47. Di balik syal putih Karen

    "Karen! Aku akan pergi, jangan lakukan oke?"Karen membuka mata dan melihat jelas jika Jones sedang menangis. Melihat pria itu menangis dan pergi membuat Karen merasa dapat sedikit bernapas lega. Dia segera turun dan mengunci pintu kamar, masuk ke bathubnya dan memendam seluruh badannya.'Aku memang seharusnya tidak dilahirkan, maaf Ibu... seharusnya aku tidak mengatakan ini, seharusnya bukan aku yang jadi anakmu, dengan begitu aku tidak perlu membuat janji yang tidak bisa aku tepati!'***Ian memutar balik arah mobilnya tepat saat Karen menutup telpon, dia tidak tahu kenapa, yang pasti dia harus memastikan jika Karen baik-baik saja.Kewaspadaannya meningkat tepat saat matanya dengan jelas melihat gerbang dan pintu depan rumah Karen yang terbuka lebar. Dia segera masuk ke halamam dan memarkir mobil.Dia masuk ke rumah dengan harapan tidak ada hal buruk yang terjadi. Rumah itu tampak sunyi dan sofanya sedikit berantakan, Ian menggelngkan kepalanya sembari berjalan cepat menuju kamar Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status