Share

5. Shambara Global

"Hubungi Saya jika Nona memerlukan bantuan, rumah sakit ini pasti akan membantu!" Ucap Dokter Bahar yang mengantar Karen. Setelah yakin Karen dapat pulang hari ini, dia juga berniat mengantar pasiennya sampai ke depan lobby.

Karen tersenyum tipis. "Tentu. Terima kasih banyak untuk semuanya. "

Dokter tua itu mengangguk sambil melambai-lampai kecil sampai mobil hitam itu menghilang di balik tembok rumah sakit.

Dia mengambil HP nya dan memanggil seseorang. "Nona itu sudah pulang," jelasnya singkat.

Di sebuah rumah putih bertingkat dua, dengan desain minimalis dan sederhana. Karen masuk dan menaruh kopernya di samping sofa.

Ruang tamu sederhana yang berdekatan dengan dapur tampak didominasi warna putih dan sage. Dia tampak senang karena rumah yang dibeli sudah rapi dan sesuai dengan keinginannya.

"Hah… aku tidak menyesal, sepertinya aku hanya tinggal menaruh baju dan melihat halaman luar."

Karen mengangkat tas dan kopernya ke lantai dua melalui tangga di belakang dapur, dia membuka pintu Kamar dan melihat tempat tidur besar dengan lemari putih yang senada dengan dinding.

Tidak perlu waktu lama sampai dia memindahkan semua pakaiannya dari tas ke lemari. Sebelum keluar dia membuka tirai dan jendela serta pintu ke balkon kamar.

"Ini benar-benar kamarku, tidak sia-sia aku membeli ini," ucapnya senang. Dia membeli rumah itu dengan harga yang cukup, tidak lupa setengah uangnya disumbangkan, lalu sisanya ditabung untuk dana darurat.

"Aku harus memeriksa ruang lainnya."

Dia mendapati kamar kosong di samping kamarnya, tidak masalah karena dia tidak meminta untuk memiliki kamar tamu. “Aku sudah memesan perlengkapan supaya kamar ini bisa jadi ruang santai.”

Sorenya lemari dan meja yang dia pesan sudah sampai dan pemasangannya baru selesai sampai malam jam 7. Saat pemasangan dia keluar untuk membeli bahan makanan dan peralatan dapur secukupnya.

Saat sampai para tukang sudah selesai dan mengembalikan kunci rumahnya. Karen sendiri merasa sunyi dan mengunci rumah dengan tenang.

"Waktunya makan…."

Sambil makan, Karen duduk nyaman di ruang santai sebelah kamarnya, Karen membuka laptop dan mencari beberapa pekerjaan yang dia inginkan di beberapa media sosial.

"Bean Buzz caffe!" Gumamnya setelah lama membiarkan makananya dingin. Dia segera menandai postingan itu dan melamar besoknya. Dulu dia pernah bekerja di kafe kopi, jadi dia cukup percaya diri untuk melamar di sana.

***

Pagi ini, Karen beberapa kali mengecek email di hpnya, karena seharusnya hari ini adalah pengumuman apakah dia diterima atau tidak. Berbeda dengan tempatnya bekerja dulu yang harus langsung datang ke kafe, Kali ini dia hanya harus menunggu email setelah interview singkat kemarin.

Suatu notifikasi membuatnya segera duduk dan membuka emailnya. "Selamat bergabung di Bean Buzz Caffe."

"Yes… yes… yes…." Karen berdiri dan melompat-lompat kegirangan. Dia pergi ke kamarnya dan langsung membaringkan badannya yang kurus.

"Sepertinya aku harus menaikkan berat badan, aku harus terlihat sehat dan ceria di hadapan pelanggan!" ucapnya menanamkan pikiran jika tidak perlu memikirkan diet.

Karen membaca ulang email itu dengan senyum lebar di bibirnya. "Apa? Hari ini jam sembilan?"

Karen membaca bagian jika dia harus datang ke kafe jam 9, karena dia sudah bisa mulai bekerja.

"Aku harus cepat," ucapnya sembari terburu-buru berlari ke kamar mandi.

Hanya perlu 30 menit sampai dia siap. 15 menit sebelum jam 9, dia sudah sampai di depan kafe yang ternyata lebih besar dari kelihatannya. Saat dia berbalik dia dapat melihat gedung perusahaan besar bernama Shambara Global, melihat ke atas gedung itu saja sudah membuatnya takut tertimpa.

"Karen?" tanya seseorang yang membuka pintu cafe dari dalam.

"Iya. Saya Karen," jawabnya sopan.

“Masuklah!” Rambut lurusnya diikat rendah ke belakang, senyum ramahnya membuat Karen tambah bersemangat saat memasuki kafe tersebut.

Saat masuk matanya sudah kagum dengan langit-langit tinggi kafe, pencahayaan alami yang baik sangat pas dan menghemat energi listrik, tempat duduk dari kayu berjejer rapi di dekat jendela dengan meja dihadapannya.

“Karen, ini pemilik kafe namanya Jessica,” ucap pegawai itu ramah.

“Selamat pagi,” sapanya ramah, Karen kagum saat melihat betapa cantiknya pemilik kafe ini. Badan tinggi, langsing, rambut panjang dengan poni belah dua menampilkan wajah tirusnya dengan baik, ujung bibirnya yang melengkung ke atas membuat wajah cantik itu tampak tersenyum setiap saat.

“Tidak usah terlalu formal.” Jessica menggerak-gerakan tangannya seolah malu dengan sifat Karen yang terlalu formal.

“Ah… Baik.”

“Pfft… jadi bagaimana menurutmu kafe ini, suka?”

“Suka sekali, sangat luas dan terang, saya tidak sabar bekerja di sini.” Dia benar-benar menjawab dengan antusias.

“Bagus. Sonia, lanjutkan kerjamu! Jangan memarahi pelanggan!” perintahnya sambil tertawa.

Karen melihat Sonia mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Jessica.

“Ayo… Aku akan menunjukan beberapa ruangan khusus.”

Karen langsung mengikuti dengan baik.

“Kafe ini punya dua lantai, lantai dasar dan lantai atas yang sebenarnya tidak bisa disebut lantai dua, karena lantainya hanya mengambil 3,5 meter dari setiap sisi ruangan, dari sini kau bahkan bisa melihat pengunjung di atas.”

“Wahhh.. keren.”

“Dan sebenarnya kita mempunyai ruangan bisnis, yang ada di dalam sini!”

Karen mengikuti Jessica masuk keruangan yang sedikit kebelakang, di sana dia melihat beberapa ruangan tertutup dengan luas yang berbeda-beda.

“Ruangan ini biasanya dipesan untuk pertemuan orang-orang penting, mereka akan memesan ruangan terlebih dahulu, jika kau melayani mereka kau tidak perlu takut, layani saja sama seperti kau melayani pelanggan biasa.”

“Baik!”

“Hehe… jangan kaku. Di belakang ada tempat outdoor, lalu di atas juga ada tiga ruangan bisnis yang pemandangannya langsung ke taman belakang. Jadi tamu di sana bisa melihat keadaan di outdoor. Bagaimana? masih tertarik bekerja di sini?”

“Tentu, saya suka kesibukan.”

“Tidak usah pakai saya jika berbicara denganku!”

“Oke!”

“Untuk hari ini kau bisa mulai dengan mengantarkan minuman ke Shambara Global.”

“Shambara Global?”

Jessica menyipitkan matanya tidak percaya. “Kau tidak tahu? kupikir kau sudah melihat gedung raksasa mereka saat kesini.”

“Ah. Gedung yang ada di depan sana?” lanjut Karen cepat. Bagaimana dia bisa melupakan gedung tinggi itu.

“Iya… Kami menerima banyak pesanan dari kantor itu, jadi kau bisa membantu di mengantar minuman dulu.”

15 menit kemudian Karen sudah mengenakan seragam putih, celana coklat yang pas di badannya, serta celemek coklat dengan logo kafe di dada kirinya. Tidak lupa dia menaruh tas dan bajunya di loker.

Karen menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. “Baiklah…, semangat.” Setelah mengatakan itu Karen keluar dan memasang senyum di wajahny a, dia mendekati Sonia dan menanyakan kemana kopi itu akan dikirim.

“Ah… Tolong antar Kopi ini ke perusahaan depan, pesanannya atas nama Ian Shambara.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status