Lampu gemerlap dan suara hingar bingar memenuhi sebuah ruangan yang sangat bising itu.
Alunan musik DJ terus diputar menambah sensasi para pengunjung, goyangan lemah gemulai juga diliuk-liukkan Mereka. Permainan dari berbagai wanita penghibur itu membuat suasana semakin panas.
Gara duduk di sebuah bar mengabaikan suara alamunan musik juga wanita penghibur yang sejak tadi menjajakan tubuhnya pada Gara. Dengan menepis kasar Gara berulang kali melepaskan tangan wanita tersebut.
"Saya tidak berminat pada Anda," ketus Gara pada wanita itu.
Tatapannya tajam menghunus ke arah wanita tersebut yang memakai pakaian kurang bahan, dengan cepat dan tak ingin menerima kekasaran yang lebih parah wanita itu menjauh.
"Di sini mulu Lo," ejek seseorang yang baru sampai dan mengambil tempat duduk di sebelah Gara.
"Apaan sih Lo," ketus Gara melepas tangan cowok itu yang memegang tuxedonya.
Ntah tangan dari mana itu, yang jelas Gara berpikir disitu terdapat kuman yang sangat melimpah apalagi jika laki-laki itu baru usai bermain bersama jalangnya.
"Ohh God, parah Lo," ujar cowok itu memegang tangannya.
Masih dengan kebiasaan yang sama Laki-laki tak berperasaan di sebelahnya itu sangat pembersih. Dia tidak membiarkan siapapun menyentuhnya. Termasuk sahabat satunya itu, Dion menghelakan napas melihat ke arah Gara kemudian meminta segelas bir kesukaannya.
"Lo mau coba nggak?" tanya Dion melihat ke sekeliling lalu beralih matanya melihat Gara.
Gara membalas dengan wajah tanpa minat, Dia sangat paham akan maksud dari Dion itu. Tanpa menjawab Gara mencebikkan bibirnya, najis sekali menyentuh semua jalang yang ada di dalam ini, ntah seberapa banyak penyakit yang sudah ada di tubuh Mereka. Baik itu HIV AIDS atau penyakit reproduksi lainnya.
Gara tidak bodoh memberikan kenikmatan dan juga cairan putih kental itu ke sembarang perempuan, berbeda dengan Dion Laki-laki itu hampir tiap malam tak pulang dan menghabiskan malam panjang bersama beberapa wanita.
"Cobalah sesekali, Kau akan merasakan kenikmatan itu," lirih Dion pada Gara, Dia kini sudah hampir melayang oleh sentuhan seorang wanita.
Dengan buasnya Dion menarik tubuh wanita itu menjauh dari Gara dan menuju sebuah ruangan di pojokan. Gara yang melihat pun hanya meringis jijik.
Dia memang sering ke club malam tapi hanya untuk meredakan penat seharian berada di kantor dan juga menikmati bir di club ini. Kalau sudah di Mansion Dia tidak akan leluasa melakukan hal tersebut.
"Mau berdansa?" tawar seorang wanita yang tak takut sekali melihat wajah sangat milik Gara.
*****
Gara Disbaya Walton seorang pria yang terlahir dengan kekayaan yang melimpah, tubuh yang bak atletis dan wajah seperti Oppa-oppa korea tanpa operasi plastik.
Wajah sempurna dengan kekayaan itu mampu menghipnotis seluruh jagat raya untuk pertama kali melihatnya. Namun, tidak jika sudah berurusan dengannya dipastikan semua orang itu akan mengurungkan niat.
Gara Laki-laki terkejam seantero perusahaan Walton sejak dua tahun lalu yang sudah menjadi CEO perusahaan Walton corp. Laki-laki berusia dua puluh delapan tahun itu duduk di kursi kebesarannya seraya memegang gelas cabernet yang berisi Schorschbock—bir termahal yang berasal dari Jerman.
Seraya menikmati minumannya Dia menonton launching perusahaan yang baru-baru ini terjuan di jagat pemasaran. Seorang gadis masuk ke ruangannya, dengan pakaian yang ditutupi oleh blazer berwarna hitam dan rok diatas lutut senada dengan blazernya.
Gadis itu berjalan ke arah Gara seraya membawa berkas dokumen.
"Permisi Tuan, ini berkas yang Tuan minta kemarin," ucap gadis itu diketahui Dia adalah sekretaris baru di perusahaan ini.
Gara mengalihkan pandangannya sejenak dari gelas ke arah meja dimana gadis itu meletakkan sebuah berkas, dan Dia kembali lagi melihat ke gadis itu.
Masih dengan wajah dingin, Gara mengambil berkas tersebut dan mengeceknya.
"Tidak rapi," kata Gara melempar kembali berkas tersebut ke arah meja.
Seingat perempuan yang sedang melihat berkas yang dilempar Gara itu tadi, berkas tersebut sudah sangat rapi. Bahkan Dia juga mengeceknya sebelum memberikan pada Laki-laki itu, sungguh Laki-laki di hadapannya ini sangat menyebalkan.
Ingin sekali rasanya gadis itu mengumpat dan mencabik-cabik mulut Bos Mereka itu, tapi halunya itu langsung sirna ketika mendengar bisikkan dari pria itu.
Tepat di telinganya, CEO Walton itu berbicara padanya sampai bau mint dari hembusan napas Laki-laki itu tercium olehnya.
"Maaf Tuan," ucap gadis itu menyesali pemikirannya tadi.
Laki-laki itu selain pembersih juga sangat peka bahkan hanya dari raut wajah gadis itu pria di depannya ini dapat mengetahui apa yang ada di pikirannya.
"Jangan ulangi lagi," perintahnya lagi berbisik dengan tegas, sampai membuat bulu kuduk gadis itu terangkat.
Setelah dipersilahkan keluar, dengan cepat gadis itu melangkahkan kakinya saking takutnya Dia sampai berlari. Gadis itu juga memegang dadanya saat sudah masuk ke dalam lift, dilihat dari jarak lebih dekat CEO perusahaan Walton itu memang sangat tampan dan juga menyeramkan.
*****
TBC
Thanks guysHappy ReadingSetelah beberapa bulan berlalu, keluarga Delia dan Gara memutuskan untuk merencanakan liburan keluarga yang istimewa. Destinasi yang mereka pilih adalah kota yang penuh keajaiban, kekayaan budaya, dan kemegahan arsitektur modern—Dubai.Pesawat mereka mendarat dengan nyaman di Bandara Internasional Dubai, mengawali petualangan yang tak terlupakan. Delia, Gara, Daniel, Tania, Dion, dan tentu saja, Chiya, mengeksplorasi setiap sudut kota dengan penuh semangat.Pertama-tama, mereka mengunjungi Burj Khalifa, menara tertinggi di dunia. Melihat keindahan kota Dubai dari ketinggian, mereka merasa terpana oleh keajaiban arsitektur modern. Chiya memandangi gemerlap lampu kota dengan mata yang berbinar-binar."Dubai benar-benar luar biasa, Tante Delia! Semuanya begitu indah," ujar Chiya penuh kagum.Delia tersenyum, "Iya, sayang. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, dan aku senang kita bisa berbagi momen ini bersama-sama."Mereka juga menjelajahi kawasan The Palm Jumeirah, pulau
Happy ReadingBulan itu, keluarga Delia dan Gara bersiap untuk merayakan momen yang luar biasa. Daniel, sang anak yang pernah bandel, kini akan melangkah di atas panggung untuk menerima gelar lulusan suma cum laude di Amerika. Keberhasilannya ini tak hanya menjadi kado istimewa untuk Daniel, tetapi juga menjadi buah dari perjalanan panjang keluarga ini.Seiring berjalannya waktu, Daniel telah menemukan arah hidupnya. Setiap tugas dan ujian yang dihadapinya membentuknya menjadi seorang mahasiswa yang berdedikasi dan berprestasi. Meskipun pernah melewati masa-masa sulit, tetapi kegigihan dan dukungan dari keluarganya, terutama Delia dan Gara, membantu Daniel tumbuh menjadi individu yang tangguh dan berprestasi.Pada pagi hari kelulusannya, keluarga ini berkumpul dengan penuh semangat. Delia dan Gara, dengan penuh kebanggaan, memandang putra mereka yang telah melewati serangkaian ujian akademis. Mereka tahu bahwa momen ini tidak hanya tentang prestasi Daniel, tetapi juga tentang perjalan
Happy ReadingGara, seorang CEO perusahaan ternama, menjalani kehidupannya di puncak kesuksesan bersama Delia, istrinya yang cantik dan cerdas. Mereka adalah pasangan yang tak hanya memiliki kecintaan satu sama lain, tetapi juga saling mendukung dalam mencapai ambisi dan tujuan hidup mereka.Pagi itu, Gara dan Delia tiba di kantor dengan senyuman yang memancar keberhasilan. Kedua pasangan ini tidak hanya memiliki karier cemerlang, tetapi juga membangun fondasi pernikahan yang kokoh. Kehadiran Delia selalu menarik perhatian, bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga kepintarannya dan karismanya yang menghiasi setiap langkahnya.Ketika mereka melangkah masuk ke kantor, para pegawai tidak bisa menyembunyikan keterpesonaan mereka melihat kehadiran Delia. Sebagai seorang wanita yang tangguh dan inspiratif, Delia telah menjadi panutan banyak orang di kantor. Beliau tidak hanya menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam karier dan bisnis, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjaga keseimba
Happy ReadingSuatu pagi, Gara datang dengan senyum cerah di wajahnya. Dia duduk di ruang keluarga, bersama Delia yang sedang menikmati secangkir kopi."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, sayang," ujar Gara dengan suara lembut.Delia menoleh, merasa penasaran, "Apa itu, Gara?"Gara tersenyum penuh kebahagiaan, "Aku telah memutuskan untuk pindah ke Indonesia."Delia terkejut dan bertanya, "Kenapa tiba-tiba?"Gara menjelaskan, "Aku merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menjalani petualangan baru. Aku ingin merasakan pengalaman hidup di Indonesia, dan aku ingin membangun rumah kita di sana."Delia, meski awalnya kaget, melihat kebahagiaan di mata Gara. Ia merasakan kehangatan dalam keputusan tersebut dan merasa senang bahwa Gara merencanakan sesuatu yang akan memperkaya hidup mereka."Benarkah? Aku senang mendengarnya," kata Delia dengan senyuman.Gara melanjutkan, "Dan, aku telah menemukan sebuah rumah yang sangat bagus di samping rumah Tania. Aku pikir ini akan menjadi temp
Happy ReadingDalam kepadatan rutinitas dan tantangan yang dihadapi oleh keluarga, Chiya, yang masih berstatus sebagai seorang pelajar SMP, dititipkan pada Daniel yang sudah dewasa. Daniel dengan senang hati mengakomodasi keberadaan Chiya di tengah-tengah kesibukannya. Sebagai kakak yang bertanggung jawab, ia berjanji untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada Chiya selama waktu mereka bersama.Suasana di rumah menjadi lebih hidup dengan kehadiran Chiya. Daniel menyadari bahwa sementara ia memiliki tanggung jawab sebagai kakak, ia juga memiliki kesempatan untuk membangun ikatan yang lebih erat dengan adiknya. Chiya, dengan semangat dan keceriaannya, membawa energi positif yang menyenangkan ke dalam rumah.Dalam sebuah malam yang hangat, mereka duduk bersama di ruang keluarga. Daniel sibuk menyelesaikan tugas akhirnya, sementara Chiya sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Meskipun mereka tengah terlibat dalam kesibukan masing-masing, namun tetap ada kehangatan dan rasa saling peduli di
Happy ReadingKabar dari Tania yang ingin memiliki anak lagi membuat Delia merasa begitu bahagia. Senyum merekah di wajahnya, dan matanya bersinar ketika ia memikirkan kebahagiaan yang bisa datang bagi keluarga mereka. Delia sangat mendukung keputusan Tania dan Dion untuk melanjutkan perjalanan cinta mereka dengan membawa anak kedua ke dalam keluarga.Namun, kegembiraan Delia berubah menjadi kekhawatiran dan kesedihan ketika ia mendengar bahwa Tania memiliki benjolan di rahimnya. Mereka berkumpul di ruang keluarga, suasana hati yang cerah mulai berubah menjadi hening dan penuh kekhawatiran."Benjolan di rahim?" Delia berkata dengan suara lembut, tetapi penuh dengan kecemasan. Pandangan matanya menuju Tania, yang duduk di samping Dion, dan keinginan untuk memberi dukungan bersinar di matanya.Tania mengangguk dengan berat hati, "Iya, Delia. Itu adalah berita yang mengejutkan bagiku juga."Delia duduk di samping Tania, meraih tangan temannya dengan penuh kasih sayang. "Kamu tahu kamu ti