Share

Club Malam

Happy reading

Seperti biasa Gara sudah berada di meja bar sebuah club malam yang terletak di daerah Jakarta timur.

Alunan musik kian berguncang saat jam menunjukkan pukul 23:00 wib, kebiasaan Gara sepulang bekerja bukannya langsung pulang ke Mansion  Dia justru langsung ke club malam.

Hanya untuk menikmati whisky dan menenangkan sejenak kepenatannya. Dion kembali lagi saat sebelumnya pergi ke kamar mandi, tidak ingin membuang kalimat Gara hanya diam saja melihat Dion yang sudah duduk di sebelahnya itu.

"Satu botol," pinta Dion pada pelayan bar yang berada di seberang meja. Gara yang mendengar hal itupun lantas menoleh pada orang di sebelahnya itu, tidak biasanya Dion langsung meminta satu botol sekaligus.

"Lo kenapa?" tanya Gara tanpa berbasa-basi lagi. 

Terlihat guratan hitam di bawah mata cowok di sebelahnya itu, juga rambut-rambut yang sudah tumbuh di sekitar wajah tampan Laki-laki itu. Bisa ditebak kalau Dia sudah hampir satu minggu tidak mencukur jambangnya.

"Gue ribut sama Tania," ucap Dion menghelakan napasnya, kemudian kembali lagi meneguk botol minumannya.

"Masalahnya?" tanya Gara lagi singkat pada  orang di sebelahnya itu.

"Gara-gara Gue lupa tanggal jadian Kita, padahal bagi Tania itu sangat penting," keluh Dion menunduk dalam.

Bukan bagi Tania saja  semua perempuan pun sama, bagi mereka itu adalah sebuah tanggal istimewa yang setiap tahun akan menjadi perayaan mereka bersama pasangan, jangankan hanya untuk perayaan tiap tahun bahkan sebuah momen atau sebuah password dapat mereka berikan dengan tanggal jadian.

"Hadeh," gumam Gara lelah sendiri.

Oleh sebab itu Dia tidak ingin berdekatan atau berurusan dengan seorang wanita, mereka itu ribet dan juga menyusahkan. Cukup pekerjaan yang menyita dirinya, Dia tidak ingin ditambah beban lagi. Tapi Gara tidak tau bahwa ada hal titik menarik di dalam seorang wanita.

Tak ingin ikut pusing Gara berdiri dari bar, melangkahkan kaki keluar dari club. Sebelum keluar Dia sudah membayar terlebih dahulu minumannya tadi.

Melihat punggung Gara yang semakin menjauh dari tempatnya, Dion berteriak kencang.

"Woi mau ke mana Lo CEO Walton?" tanya Dion meneriaki Laki-laki itu.

Memang jahat sahabatnya itu, bahkan Dia tak ingin menemani Dion yang sedang galau seperti ini.

Saat ingin membuka pintu club, Gara bertumburan dengan seorang wanita. Jalannya sempoyongan dengan memakai sepatu heels dan juga menenteng tasnya. Rambutnya juga terlihat berantakan, tapi wajah gadis itu masih terlihat dengan jelas.

"Please tolong Gue," keluh gadis itu memegang lengan Gara, meminta bantuan pada Laki-laki itu.

Samar-samar Dia melihat wajah Gara, memohon di sana. Tanpa Dia ketahui bahwa wajah Gara kini sudah mengeras dan dingin, tapi karena tidak jelas gadis itu tak dapat melihat dengan teliti.

"Woi Delia sini Lo," pekik cowok itu berjalan menuju ke arah Gara dan gadis itu berada sembari membawa botol bir jalannya pun sempoyongan pula.

Gadis itu semakin memegang erat tangan Gara, Dia sangat ketakutan dan juga berulang kali memohon pada Gara.

"Bantuin Gue ... Gue mohon," lirih gadis itu lagi dengan sangat pelan.

Cowok yang tadi berjalan ke arahnya kini menarik tubuh gadis itu dengan kencang sehingga pegangan tangannya di lengan Gara terlepas.

"Ayok ikut Gue," paksa cowok itu mengambil tangan gadis itu hendak menariknya lagi. Tapi dengan mengumpulkan seluruh tenaga gadis itu menepisnya.

"Nggak mau," bentak gadis itu dengan lantang.

Sementara Gara hanya melihat saja, pertengkaran kedua pasangan tersebut. Tatapannya datar dan tak ingin ikut campur sedikitpun.

"Gue belum puas anjing," bentak cowok itu ingin kembali menarik tubuh gadis di depannya itu.

"Gue bukan pelacur brengsek," teriak gadis itu melayangkan tamparan ke pipi cowok dihadapannya ini.

Mendengar hal itu cowok di depannya ini mengepalkan tangan, emosinya sudah berada di ubun-ubun seperti kesetanan Dia berniat memukul kepala gadis itu dengan botol minuman yang dipegangnya. Namun, gerakan tangannya dihentikan oleh Gara.

Gara mengambil botol kaca itu lalu melemparkannya ke lantai dengan cepat, Dia menggertakkan rahangnya keras lalu menarik rahang cowok itu kuat-kuat.

"Lo kalau mau melampiaskan nafsu cari di dalam sini, jangan sama Dia. Dia bukan pelacur," bentak Gara menekan setiap kalimatnya.

Mata nyalangnya menatap tajam ke arah wajah cowok itu. Sebenarnya Dia tidak ingin berurusan dengan ikut campur masalah kedua orang itu, tapi melihat gadis itu yang memohon padanya tadi Gara pun tak tega.

Dengan sekali hempas Gara melempar tubuh cowok itu ke lantai dan seluruh bodyguard-nya mendekat mengambil alih tugasnya membereskan cowok tersebut.

Melihat tubuh gadis itu yang hampir tumbang, Gara pun dengan sigap membawa gadis itu ke dalam gendongannya dan berjalan menuju di mana mobilnya terparkir. Sebelumnya Dia sudah menutup wajahnya dengan kacamata untuk menghindari banyaknya paparazzi di sini.

"Kita mau ke mana," gumam gadis itu seraya ingin membuka matanya, samar-samar Dia melihat ke luar dimana bukan menuju arah tempat tinggalnya.

"Rumah sakit," balas Gara dengan singkat, saat Dia ingin menoleh ke arah gadis itu sudah menutup kembali matanya.

Mobil Gara pun membelah ibukota dan menuju rumah sakit terdekat.

*****

TBC

Thanks guys

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status