Share

Rumah Sakit

Happy reading

Dengan mencoba mengabaikan suara dan sorotan dari paparazi Gara menggendong tubuh gadis itu, membawanya masuk ke sebuah rumah sakit.

Gadis yang diketahuinya bernama Delia tadi itu tak kunjung sadarkan diri juga, Gara merasa keberatan pula menggendong gadis ini tapi Dia tidak bisa mengabaikannya sebab Dia yang membawa gadis ini tadi.

Setelah masuk ke ruangan UGD gadis itu telah di pindahkan ke ruangan rawat inap VIP sesuai permintaan dari Gara. Beberapa bodyguard Gara berjaga di depan ruangan sedangkan Gara duduk di sisi gadis itu menunggu Dia sadar.

"Euhm," gumam gadis itu menggeliatkan tubuhnya.

Untung saja dirinya sudah diselimuti kalau tidak bagian tubuh gadis itu sudah pasti terekspos. Faktor dari minuman alkohol tadi membuat gadis itu kehilangan kesadaran, dosis yang tinggi dan juga gadis itu tidak terbiasa meminumnya membuatnya jatuh pingsan seperti ini.

Kalau bukan bertemu Gara, mungkin keperawanan gadis itu besok pagi sudah hilang. Pacarnya si brengsek itu jelas saja sangat menginginkan tubuhnya, bahkan Gara pun tidak menolak jika gadis itu memiliki kecantikan di atas rata-rata dan juga body yang perfect.

Sangat ingin membenarkan selimut yang terkesiap di bagian atas gadis itu, Delia memegang leher Gara yang dekat dengan wajahnya. Belum cukup sadar gadis itu kembali menguap masih memejamkan mata, Dia mempererat pegangannya di leher Gara.

Wajah Gara pun mengeras seiring melihat wajah cantik Delia yang terlihat sangat damai, ada gelenjar aneh yang Gara rasakan. Sebelumnya memang Dia tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita, ini kali pertamanya melihat dari jarak sangat dekat seorang wanita. Belum lagi wanita itu baru beberapa jam Dia kenal.

"Jangan tinggalin Gue," gumam gadis itu berbisik di telinga Gara yang memang sangat dekat dengannya.

Cowok berwajah dingin itupun lantas mendekatkan wajahnya semakin dengan gadis itu lalu berucap

"Tidak akan," balas Gara berucap tepat di bibir gadis itu sampai hembusan napasnya dapat masuk ke dalam celah-celah mulut gadis itu.

*****

"Dari mana Kamu? Jam segini baru pulang?" tanya seorang laki-laki parubaya yang baru hendak turun dari lantai atas.

Dia baru saja dari kamar anaknya itu untuk mengecek keberadaan putra semata wayangnya dan Dia tidak menemukan sama sekali Gara ada di dalam sana.

Cowok yang sedang melangkahkan kaki itupun lantas berhenti dan menunggu sang pemilik rumah ini berbicara lagi.

"Ke mana saja Kamu?" tanyanya lagi yang kini menyorot tegas wajah putranya itu.

"Club," jawab Gara dengan singkat, wajahnya Dia datarkan seperti biasa.

"Kamu ini ke club terus bukannya langsung pulang," marah Laki-laki parubaya itu pada anaknya.

"Kamu ke club terus tapi nggak pernah bawak perempuan ke rumah," sahut seorang wanita yang ntah dari mana.

Dia ikut berdiri di samping suaminya itu dan lantas mengelus lengan Walton agar tak terlalu emosi. Sementara Gara hanya diam saja tak ingin menyela, diaturan rumahnya kalau orang sedang berbicara jangan dipotong apalagi melawan kata orang tua.

"Kapan Kamu mau menikah?" tanya Papa Gara kini melihat wajah Gara dengan sedikit menurunkan emosinya.

"Gara tidak mau menikah," jawab Gara masih dengan wajah datar. Di dalam kamusnya tidak ada daftar wanita ataupun menikah, Gara cukup dengan harta dan juga tahtanya.

"Kalau Kamu tidak mau menikah, siapa yang akan melanjutkan Walton corp," jelas Walton kembali emosi.

"Yaudah Papa dan Bunda buat anak lagi aja," ucap Gara dengan ngawur, bagaimana bisa dia berbicara seperti itu sedangkan Dia yang lebih cocok sekarang menjadi seorang ayah.

"Hush Kamu ini ... mulutnya ngawur aja," bantah Bunda Gara menggelengkan kepalanya.

"Kami nggak cocok lagi punya bayi, yang ada Kamu itu loh," lanjut Bunda Gara lagi mendekat ke arah Gara.

"Tapi Gara nggak mau menikah Bunda," lirih Gara melemaskan otot-otot yang sedari tadi mengencang.

Laki-laki itu tidak ingin sama sekali kehidupannya dicampuri oleh seorang wanita, kekerasan kepalanya ini memang menurun dari Bundanya. Gara menundukkan kepala lelah, hampir setiap hari orang tuanya itu meminta dirinya menikah.

Bukan pasal apapun atau sebab perusahaan saja, orang tua Gara khawatir pada anak semata wayangnya itu memiliki kelainan sebab tidak ada ketertarikan pada lawan jenis. Gara juga sudah berumur dua puluh delapan tahun, laki-laki seumur itu pada sudah mata mengenai hubungan tapi anaknya?.

"Kalau Kamu belum mau menikah setidaknya Kamu kenal dulu sama perempuan Sayang," lirih Bunda Gara mengelus lengan anaknya itu.

"Apa perlu Kami carikan," sahut Papa Gara memberikan tawaran.

"Tidak," bantah Gara dengan tegas, "Baik bunda nanti Gara pikirkan lagi," balas Gara memandang malaikat tercantiknya itu.

Dia lantas kemudian melangkahkan kaki kembali menaiki tangga menuju lantai teratas, setelah membuka pintu kamar Gara langsung berjalan ke dalam kamar mandi. Dia perlu menyegarkan tubuhnya yang letih seharian.

****

TBC

Thanks guys

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status