Happy reading
Tidak ada pilihan lain setelah satu jam berpikir Delia menganggukkan kepalanya untuk menerima solusi dari kedua orang pasangan di depannya itu, dengan terpaksa Delia melebarkan senyumnya. Mau tidak mau Dia, demi skripsinya yang sudah di bab 2 itu Delia harus terjun ke lapangan.
Dion melebarkan senyumnya di seberang sana, sementara Tania memeluk tubuh sahabatnya itu. Untung saja Delia ingin menerima solusi dari Dion, kalau tidak Dia pasti akan jauh dari Delia dan itu tidak diinginkan Tania. Dia takut dan akan kesusahan.
"Well jadi kapan Gue harus nemuin sahabat Bang Dion," ucap Delia melepaskan pelukan pada tubuh Tania.
"Besok siang ya," balas Dion di seberang sana membuat jadwal sendiri.
Tania dan Delia pun mengangguk menyetujui,
"Makasih Bang Dion."
kemudian Delia melanjutkan mengetik kembali, sedangkan Tania masuk ke kamar mandi seraya masih membawa ponsel di genggamannya dan masih video call itu.
Setelah lima menit Tania keluar dari kamar mandi, rupanya Dia buang air kecil dan joroknya mau saja Dion menemani Tania.
"Istirahat aja dulu Delia," saran Tania yang melihat Delia itu tak henti-hentinya berhadapan dengan layar laptop.
"Nggak bisa Nya, Gue harus buat konsep ini dulu supaya ada bahan untuk dibicarakan di perusahaan besok," jelas Delia berucap panjang lebar yang membuat gadis di sisi ranjang itu menggelengkan kepala dan juga membuang napas.
"Kenapa Delia?" tanya cowok di seberang itu dan dijawab oleh gadis di layar ponsel tersebut dengan gendikkan bahu.
Untuk sementara waktu Delia menghabiskan waktunya demi skripsi, Dia bahkan lupa mengabari tetangga apertemennya kalau Dia tidak pulang malam ini.
"Aku merindukanmu baby, good night." setelah mendengar suara terakhir dari orang di seberang sana Tania membangkitkan tubuhnya lagi dari atas ranjang.
"Gue lelah," keluh Tania kemudian turun dari ranjang, masih dengan kacamata yang bertengger di wajahnya Delia menoleh sekilas ke arah Tania.
"Mau ke mana?" tanya Delia pada gadis yang sedang memegang knop pintu itu.
"Ambil makanan Ya, Kita belum makan," ucap Tania lalu keluar dari pintu yang telah Ia buka itu tak lupa Tania menutup kembali pintu tersebut.
*****
"Gue perlu bantuan Lo Ra," pinta Dion berdiri di hadapan Gara yang kini tengah menikmati makan malamnya.
Demi membantu sahabat kekasihnya Dion rela menjadi babu Gara, mencarikan makanan pria dewasa itu hingga keliling kota. Jika tidak Gara tidak ingin bertemu dengannya, padahal jam sudah menunjukkan sekitar pukul 23:23 wib dengan kesabaran tingkat sultan mendapatkan menu yang diinginkan Gara yaitu bebek bakar dengan bumbu Aceh. Rumit bukan mengingat di kota ini bukan tempat asalnya.
Setelah mendapatkan itu Dion langsung ke perusahaan Gara dengan mengendap-endap pula. Supaya tidak dilihat oleh banyak wartawan dan mengundang kecurigaan.
"Apa?" tanya Gara disela makannya.
"Kali ini bantu seorang cewe," ucap Dion yang duduk di sebelah Gara itu, laki-laki itupun menunggu kelanjutan dari kalimat Dion.
"Dia butuh magang di perusahaan Lo untuk skripsi Dia," lanjut Dion lagi menoleh ke arah Gara yang masih mengunyah itu.
Pria dewasa itu sama sekali tidak memedulikan dirinya, Dia asik sendiri dengan makanannya sementara Dion pusing sendiri.
"Kenapa nggak di perusahaan Lo?" tanya Gara acuh menggigit sepotong bebek bakar itu.
"Di perusahaan Gue udah ada Tania, mereka nggak boleh satu perusahaan," jelas Dion masih dengan kesabaran ekstra.
"Ayolah Gara, bantu Gue," mohon Dion lagi memelaskan wajahnya supaya laki-laki itu tersentuh.
"Kenapa jadi bantu Lo?" tanya Gara mengernyitkan dahinya.
"Yah kalau Lo nggak bisa bantu Gue ini, hubungan Gue terancam dengan Tania. Lo tau Tania sesayang apa sama sahabatnya itu," keluh Dion memegang wajahnya membayangkan seberapa marahnya Tania nanti jika Dion tak bisa membujuk Gara.
"Gue nggak mau berurusan sama mahasiswa," tolak Gara lagi lalu berdiri menuju kamar mandi yang ada di ruangan rahasianya itu.
Tak ingin tinggal diam Dion mengejar laki-laki itu, menghadangnya di depan pintu dengan kedua tangannya.
"Please bantu Gue Ra," mohon Dion menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan kaki yang dilebarkan untuk menghadang pintu.
"Apa jaminannya?" tanya Gara menampilkan wajah sombong yang menantang itu.
"Dia cantik dan juga cerdas, Lo bisa deketin Dia," jawab Dion dengan bangganya menawarkan Delia. Dia pikir Delia barang apa.
"Gue nggak sudi berurusan dengan cewek murahan," balas Gara lagi tetap menolak permintaan Dion, Dia bahkan menepis dan menjauhkan tubuh Dion dari hadapannya.
Seraya berjalan ke sisi ranjang, Gara membuka lemari es untuk mengambil dua botol soda.
"Dia terjaga dan Lo yang akan merusaknya," kata Dion membisikkan kata merusak itu tepat di telinga seorang CEO Walton.
"Anjir Lo," ketus Gara yang ntah kenapa wajahnya panas seketika.
*****
TBCThanks guysHappy reading"Jadi Lo mau kan bantuin Gue?" tanya Dion lagi yang juga meneguk botol soda itu.Dengan terpaksa Gara akhirnya menganggukkan kepala, sebenarnya Dia malas sekali berurusan dengan wanita apalagi itu masih mahasiswa, mahasiswa jaman sekarang itu tak ubahnya dari anak sekolahan. Umurnya juga masih kisaran dua puluh satu tahunan paling tua saja mungkin dua puluh tigaan. Jadi pemikiran mereka masih kekanak-kanakan, dan hal itu akan menyusahkan.Memasukkan seorang mahasiswa ke perusahaannya paling pantangan bagi Gara, tapi demi sahabat satunya itu Gara mengiyakan."Lo emang sahabat terbaik Gue," puji Dion dengan lebay seraya memeluk tubuh Gara, laki-laki dewasa itu lantas merasa jijik sendiri."Lepasin," perintah Gara dengan dingin pada Dion yang tak kunjung ingin melepasnya itu.Dilain tempat Delia dan Tania sedang makan bersama di dalam kamar Tania, Delia yang sibuk dengan layar laptopnya itu harus menghentikan dulu tuga
Happy reading''Pulang sana,'' usir Gara mendengar suara pintu tersebut di tutup. tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer. Mendengar hal itu Dion menatap tajam ke arah pria kejam tersebut. Laki-laki itu memang tak pernah merasa bersalah sedikitpun walaupun sudah membuat sahabatnya itu marah.''Songong banget sih Lo,'' ketus Dion sambil berjalan ke arah Gara. Melihat laki-laki itu yang sudah memberikan kunci ruangan tersebut ke atas meja. Gara dengan segera memencet remote supaya ruangan itu tertutup kembali oleh lemari sehingga tak terlihat.''Bodoamat,'' balas Gara tanpa memedulikan wajah Dion yang sudah kelewat kesal.''Dasar perjaka kejam,'' gerutu Dion, mendengar hal itupun Gara lantas mengangkat kepalanya menatap tajam ke arah Dion.cowok yang ada di depannya itupun kemudian berlari terbirit-birit, tak berani menghadapi harimau yang
Happy reading"Gue kok jadi cemas sendiri ya Nya," ucap seorang merapikan pakaian dan juga dandannya itu."Hmm ... Lo kayak mau ngelamar pekerjaan aja Delia," sahut gadis di sebelahnya itu yang sedang duduk di sisi ranjang seraya memperhatikan Delia yang sibuk sekali.Hingga Dia merasa kalau Delia itu bukan mau magang skripsi tapi seolah ingin mendaftar pekerjaan. Beberapa kali gadis itu mengganti pakaian dan juga memperbaiki dandannya, padahal kalau dilihat dari mata banyak orang penampilan Delia itu sudah sangat perfect.Gadis itu berbalut dengan rok berwarna cream panjang yang terbelah hingga bawah pahanya dan dilengkapi dengan kemeja berwarna putih, rambutnya Dia cepol rapi."Sumpah Gue nggak pede banget," ucap Delia lagi ingin memilih pakaian dari lemari yang masih di terbuka itu, tapi sebelum Dia kembali mengganti pakaiannya sudah dicegat lebih dulu oleh Tania."Nggak ya ... nggak Lo itu udah perfect," jelas Tania menghadap
Happy readingDelia duduk cemas di bangku tengah mobil Dion sembari membaca file skripsinya, Dia tidak tau kenapa dirinya bisa merasa cemas seperti itu.Sedangkan Tania duduk asik mengobrol bersama dengan kekasihnya itu, mungkin kalau bukan ada Delia Dia sudah bercumbu dengan pria itu.Melihat keduanya tampak senang tidak membuat Delia menurunkan rasa gugupnya."Santai aja Delia," ucap Dion pada gadis yang dilihatnya lewat kaca mobil dari tadi terlihat gugup itu."Hmm iya Bang," balas gadis itu mengembangkan senyumnya sedikit.Mobil Dion membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang, dua puluh menit akhirnya mobil yang dinaiki mereka bertiga itupun akhirnya tiba di sebuah perusahaan ternama—Walton corp.Tania dan Delia turun lebih dulu, sembari menunggu Dion memarkirkan mobil mereka berdua menunggu di lobby, beberapa karyawan sibuk dengan tugas mereka masing-masing tidak ada yang menyantai di perusahaan itu.Perusah
Happy readingTubuh Delia kian bergetar ketika Gara menyelipkan sehelai anak rambutnya yang jatuh di wajahnya ke balik daun telinga.Melihat gadis yang gugup seraya menggigit bibirnya membuat Gara memundurkan tubuhnya kembali, sebelum itu Dia mengangkat ujung bibirnya sedikit tanpa di ketahui cowok itu."Jangan digigit bibirnya," kata laki-laki itu dengan wajah dingin walaupun begitu masih terselip nada perhatian.Tania dan Dion yang melihat aktivitas Gara dan Delia itupun menunjukkan wajah yang sulit diartikan, pasangan itu merasa sedikit aneh dengan tingkah laku pria kejam satu itu jarang sekali Dia ingin berbicara bersama gadis yang baru dikenalnya."Jadi ini mahasiswa yang Dion bilang itu," ucap Gara kembali dengan wajah sangarnya.Delia mengangkat wajah untuk dapat melihat wajah asli pria itu, tapi semakin rahang kokoh milik Gara mengeras Dia semakin tertarik ol
Happy reading"Hadeh kok Lo bisa sih ketemu sama Bang Gara di club sih," keluh Tania menepuk jidatnya sendiri dengan menghembuskan napas lelah.''Mana Gue tau kalau itu Dia,'' lirih Delia sambil menyesap minumannya itu.Tania kembali mengeluh, kepalanya terasa pening sekarang. Mereka sedang duduk di sebuah kafe yang ada tak jauh dari perusahaan Walton corp,sembari menunggu CEO Walton yang tengah meeting Tania menemani Delia, sebelumnya tadi mereka diizinkan diam di dalam ruangan Gara saja, tapi karena mereka boan alhasil mereka berada di kaffe ini pula.Sedangkan Dion pergi ke perusahaannya sebentar ada urusan mendesak. Tania lantas menenggelamkan kepalanya itu di atas meja dengan dditutupi oleh tasnya, Dia khawatir pada gadi yang ada di seberangnya ini.Berurusan dengan CEO Walton tidak semudah yang gadis itu pikirkan, apalagi sepertinya CEO Walton itu tertarik padanya. Tania takut Delia tidak dapat mengatasi pria itu, kalau sudah ma
Happy reading "Sudah selesai jadwal malam ini?" tanya Gara baru keluar dari ruangan meeting bersama dengan sekretaris dan juga bodyguard-nya itu. "Sudah Tuan," jawab sekretaris itu sambil membawa laptop dan juga berkas-berkas. Sambil mengacingkan jasnya itu Gara mengibaskan tangannya menyuruh sekretaris itu pergi dari hadapannya, Dia lalu hanya berjalan dengan bodyguard seraya menuju pintu lift lantai atas. "Pesankan makanan untuk dua porsi," perintah Gara yang langsung diangguki laki-laki berseragam hitam itu. "Sudah dapat informasi lagi?" tanya Gara kembali di dalam lift itu. "Sedang dikumpulkan Tuan," jawab pria itu membungkuk sedikit. "Menurut Kamu Edo ada yang mencurigakan tidak dari gadis itu?" tanya Gara meminta pendapat pada tangan kanannya itu mengenai mahasiswa yang dikirimkan oleh Dion itu. Mengapa kebetulan sekali gadis itu bisa masuk ke dalam perusahaannya, setelah kejadian hari itu dan seka
Happy readingDengkuran halus milik Delia memenuhi indra pendengaran Gara, laki-laki itu menarik selimutnya hingga ke batas dada gadis itu.Setelah melihat gadis itu yang sudah terlelap tadi, Gara lantas langsung membawa Delia ke ruang rahasianya dan mengunci pintu ruangannya. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan ini kecuali dirinya dan Delia.Wajah Delia tampak damai dengan mata yang terlelap, bibir ranumnya terbuka sedikit. Gara menyingkirkan rambut yang menutupi wajah indah gadis itu, saat Dia tengah menatapi wajah gadis itu tiba-tiba ponselnya berdering."Hallo," ucap pria di seberang sana saat telepon sudah tersambung.Gara menegangkan tubuhnya kembali dan melihat ke luar jendela kaca yang ada di samping ranjangnya itu."Kenapa?" tanya Gara to the point malas berbasa-basi pada cowok di seberang sana."Delia gimana? udah Lo antar pulang?" tanya pria di seberang sana masih dalam posisi bersender di kepala ranjang sambi