Happy reading
''Pulang sana,'' usir Gara mendengar suara pintu tersebut di tutup. tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer. Mendengar hal itu Dion menatap tajam ke arah pria kejam tersebut. Laki-laki itu memang tak pernah merasa bersalah sedikitpun walaupun sudah membuat sahabatnya itu marah.
''Songong banget sih Lo,'' ketus Dion sambil berjalan ke arah Gara. Melihat laki-laki itu yang sudah memberikan kunci ruangan tersebut ke atas meja. Gara dengan segera memencet remote supaya ruangan itu tertutup kembali oleh lemari sehingga tak terlihat.
''Bodoamat,'' balas Gara tanpa memedulikan wajah Dion yang sudah kelewat kesal.
''Dasar perjaka kejam,'' gerutu Dion, mendengar hal itupun Gara lantas mengangkat kepalanya menatap tajam ke arah Dion.
cowok yang ada di depannya itupun kemudian berlari terbirit-birit, tak berani menghadapi harimau yang siap untuk mengamuk itu.
Dengan menuruni lift Dion membuang napasnya terengah-engah dan masih menggerutu. mencaci maki CEO Walton corp. Dia heran pada dirinya sendiri itu mengapa mau bersahabat dengan pria kejam tersebut.
''Edo ngapain Lo?'' tanya Dion saat bertemu dengan seorang tangan kanan Gara yang pagi-pagi buta itu sudah ada di sini.
''Bekerja Tuan,'' jawab laki-laki bertubuh kekar itu yang memakai pakaian hitam setiap harinya seraya menunduk memberi hormat pada Dion. tak ubahnya dengan Gara Edo menghormarti Dion seperti atasannya sendiri.
''Pagi banget Lo ke sini,'' ucap Dion melihat benda hitam yang melingkar di pergelangan tangannya itu, padahal jam bahkan menunjukkkan pukul 06:00 wib.
''Sudah biasa Tuan,'' balas laki-laki itu kemudian permisi melangkahkan kaki beranjak dari parkir perusahaan.
Sementara laki-laki itu naik ke atas, Dion mengambil mobilnya dari parkiran kemudian bergegas meninggalkan area perusahaan Walton corp. Dia juga harus pulang cepat sebab ingin bersiap-siap pula ke perusahaannya.
*****
Pagi perusahaan Walton, Gara sudah siap dengan rapatnya pagi ini. Balutan jas warna hitam dan juga kemeja putih membuat aura ketampanannya dan sekaligus berkuasanya di sini semakin terasa.
Seorang laki-laki berperawakan kekar masuk ke dalam ruangan, setelah sebelumnya mengetuk pintu itu terlebih dahulu.
"Bagaimana?" tanya Gara menanyakan perihal perintahnya tempo kemarin.
"Saya mendapat informasi terbaru Tuan," jawab Laki-laki itu memberikan sebuah amplop cokelat pada Gara.
Tanpa menunggu lagi pria dewasa itu langsung membukanya dan melihat beberapa data juga informasi mengenai seseorang.
"Okay, dalam dua hari ini cari tempat tinggalnya saat ini," perintah Gara lagi kemudian melemparkan kembali amplop itu ke atas meja.
Tanpa membantah Edo selaku tangan kanan Gara itupun langsung mengangguk dan menunduk, lalu Dia berdiri kembali tegak untuk pamit undur diri dari ruangan itu.
"Rapat akan mulai lima belas menit lagi Tuan," ucap seorang gadis yang tiba-tiba masuk ke ruangan Gara, berbicara seraya menundukkan kepala.
"Baik." hanya itu yang menjadi jawaban Gara, lantas gadis yang diketahui sekretaris Gara itupun mengangguk.
Dia lalu kembali keluar untuk menyiapkan berkas-berkas dan juga file yang akan di presentasikan pada pagi hari ini.
"Cepat sedikit," perintah Gara saat Dia sudah berjalan dan keluar melihat sekretaris itu masih sibuk mengotak-atik laptop.
"Baik Tuan," balasnya kemudian mengikuti langkah kaki Gara yang sudah berjalan lebih dulu dan diikuti para bodyguard.
Mereka habiskan waktu sekitar dua jam untuk melakukan rapat pagi ini, pukul setengah sepuluh pagi akhirnya rapat hari ini selesai, dilanjutkan kembali dengan Gara kembali ke ruangannya.
"Panggilkan Edo dan Kamu boleh keluar, " perintah Gara pada sekretaris yang mengikutinya hingga ke dalam ruangan dan meletakkan sebuah berkas ke atas meja Gara.
Seraya mengangguk mengerti Dia pun keluar dari sana. Gara menatap tanpa ekspresi seperti biasa pada Edo yang berjalan melangkahkan kaki kearahnya itu.
"Masih ada para wartawan di bawah?" tanya Gara yang masih mengingat kejadian tempo kemarin seraya memegang gelas minumnya.
"Tidak ada lagi Tuan," balas Edo dengan posisi sikap sempurna.
Gara pun menyunggingkan senyum remehnya, ternyata tidak perlu mengotori tangannya sendiri, mereka bisa pergi dengan sendirinya. Tanpa harus Gara mengeluarkan kekesalannya itu.
"Baiklah ikuti orang yang baru turun dari lantai ini tadi, Kamu tau bukan?" tanya Gara lagi dengan nada memerintah.
Laki-laki yang penuh dengan aura kekuasaan itu lantas berdiri dari duduknya, tanpa menunggu waktu lagi anak buahnya itu langsung mengangguk dan berjalan cepat mengejar seseorang yang dikatakan CEO Walton tadi.
Setelah kepergian anak buahnya itu, Gara kembali melihat ke jendela. Matanya menatap nyalang ke hamparan gedung-gedung tinggi yang menjulang di depan sana.
Dia tidak boleh kalah dengan mereka yang berencana menaklukkan perusahaan dan menghancurkan dirinya, itulah kenapa Gara tidak mempercayai mereka semua. Semua orang itu munafik tidak ada yang sesuai dengan apa yang dibicarakan mereka.
*****
TBCThanks guysHappy reading"Gue kok jadi cemas sendiri ya Nya," ucap seorang merapikan pakaian dan juga dandannya itu."Hmm ... Lo kayak mau ngelamar pekerjaan aja Delia," sahut gadis di sebelahnya itu yang sedang duduk di sisi ranjang seraya memperhatikan Delia yang sibuk sekali.Hingga Dia merasa kalau Delia itu bukan mau magang skripsi tapi seolah ingin mendaftar pekerjaan. Beberapa kali gadis itu mengganti pakaian dan juga memperbaiki dandannya, padahal kalau dilihat dari mata banyak orang penampilan Delia itu sudah sangat perfect.Gadis itu berbalut dengan rok berwarna cream panjang yang terbelah hingga bawah pahanya dan dilengkapi dengan kemeja berwarna putih, rambutnya Dia cepol rapi."Sumpah Gue nggak pede banget," ucap Delia lagi ingin memilih pakaian dari lemari yang masih di terbuka itu, tapi sebelum Dia kembali mengganti pakaiannya sudah dicegat lebih dulu oleh Tania."Nggak ya ... nggak Lo itu udah perfect," jelas Tania menghadap
Happy readingDelia duduk cemas di bangku tengah mobil Dion sembari membaca file skripsinya, Dia tidak tau kenapa dirinya bisa merasa cemas seperti itu.Sedangkan Tania duduk asik mengobrol bersama dengan kekasihnya itu, mungkin kalau bukan ada Delia Dia sudah bercumbu dengan pria itu.Melihat keduanya tampak senang tidak membuat Delia menurunkan rasa gugupnya."Santai aja Delia," ucap Dion pada gadis yang dilihatnya lewat kaca mobil dari tadi terlihat gugup itu."Hmm iya Bang," balas gadis itu mengembangkan senyumnya sedikit.Mobil Dion membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang, dua puluh menit akhirnya mobil yang dinaiki mereka bertiga itupun akhirnya tiba di sebuah perusahaan ternama—Walton corp.Tania dan Delia turun lebih dulu, sembari menunggu Dion memarkirkan mobil mereka berdua menunggu di lobby, beberapa karyawan sibuk dengan tugas mereka masing-masing tidak ada yang menyantai di perusahaan itu.Perusah
Happy readingTubuh Delia kian bergetar ketika Gara menyelipkan sehelai anak rambutnya yang jatuh di wajahnya ke balik daun telinga.Melihat gadis yang gugup seraya menggigit bibirnya membuat Gara memundurkan tubuhnya kembali, sebelum itu Dia mengangkat ujung bibirnya sedikit tanpa di ketahui cowok itu."Jangan digigit bibirnya," kata laki-laki itu dengan wajah dingin walaupun begitu masih terselip nada perhatian.Tania dan Dion yang melihat aktivitas Gara dan Delia itupun menunjukkan wajah yang sulit diartikan, pasangan itu merasa sedikit aneh dengan tingkah laku pria kejam satu itu jarang sekali Dia ingin berbicara bersama gadis yang baru dikenalnya."Jadi ini mahasiswa yang Dion bilang itu," ucap Gara kembali dengan wajah sangarnya.Delia mengangkat wajah untuk dapat melihat wajah asli pria itu, tapi semakin rahang kokoh milik Gara mengeras Dia semakin tertarik ol
Happy reading"Hadeh kok Lo bisa sih ketemu sama Bang Gara di club sih," keluh Tania menepuk jidatnya sendiri dengan menghembuskan napas lelah.''Mana Gue tau kalau itu Dia,'' lirih Delia sambil menyesap minumannya itu.Tania kembali mengeluh, kepalanya terasa pening sekarang. Mereka sedang duduk di sebuah kafe yang ada tak jauh dari perusahaan Walton corp,sembari menunggu CEO Walton yang tengah meeting Tania menemani Delia, sebelumnya tadi mereka diizinkan diam di dalam ruangan Gara saja, tapi karena mereka boan alhasil mereka berada di kaffe ini pula.Sedangkan Dion pergi ke perusahaannya sebentar ada urusan mendesak. Tania lantas menenggelamkan kepalanya itu di atas meja dengan dditutupi oleh tasnya, Dia khawatir pada gadi yang ada di seberangnya ini.Berurusan dengan CEO Walton tidak semudah yang gadis itu pikirkan, apalagi sepertinya CEO Walton itu tertarik padanya. Tania takut Delia tidak dapat mengatasi pria itu, kalau sudah ma
Happy reading "Sudah selesai jadwal malam ini?" tanya Gara baru keluar dari ruangan meeting bersama dengan sekretaris dan juga bodyguard-nya itu. "Sudah Tuan," jawab sekretaris itu sambil membawa laptop dan juga berkas-berkas. Sambil mengacingkan jasnya itu Gara mengibaskan tangannya menyuruh sekretaris itu pergi dari hadapannya, Dia lalu hanya berjalan dengan bodyguard seraya menuju pintu lift lantai atas. "Pesankan makanan untuk dua porsi," perintah Gara yang langsung diangguki laki-laki berseragam hitam itu. "Sudah dapat informasi lagi?" tanya Gara kembali di dalam lift itu. "Sedang dikumpulkan Tuan," jawab pria itu membungkuk sedikit. "Menurut Kamu Edo ada yang mencurigakan tidak dari gadis itu?" tanya Gara meminta pendapat pada tangan kanannya itu mengenai mahasiswa yang dikirimkan oleh Dion itu. Mengapa kebetulan sekali gadis itu bisa masuk ke dalam perusahaannya, setelah kejadian hari itu dan seka
Happy readingDengkuran halus milik Delia memenuhi indra pendengaran Gara, laki-laki itu menarik selimutnya hingga ke batas dada gadis itu.Setelah melihat gadis itu yang sudah terlelap tadi, Gara lantas langsung membawa Delia ke ruang rahasianya dan mengunci pintu ruangannya. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan ini kecuali dirinya dan Delia.Wajah Delia tampak damai dengan mata yang terlelap, bibir ranumnya terbuka sedikit. Gara menyingkirkan rambut yang menutupi wajah indah gadis itu, saat Dia tengah menatapi wajah gadis itu tiba-tiba ponselnya berdering."Hallo," ucap pria di seberang sana saat telepon sudah tersambung.Gara menegangkan tubuhnya kembali dan melihat ke luar jendela kaca yang ada di samping ranjangnya itu."Kenapa?" tanya Gara to the point malas berbasa-basi pada cowok di seberang sana."Delia gimana? udah Lo antar pulang?" tanya pria di seberang sana masih dalam posisi bersender di kepala ranjang sambi
Happy readingDelia menggeliatkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, masih dengan mata tertutup Ia menegakkan tubuhnya.''Euhm...," keluhnya mengangkat tangan masih dengan mata tertutup. Kemeja ketat yang masih menempel di tubuhnya itu sampai terbuka.Tanpa sadar Delia membangunkan seseorang yang tengah tertidur di kursi samping ranjang. Pria itu menegakkan tubuhnya kemudian berdiri lalu berjalan ke arah ranjang dimana Delia yang masih terduduk sambil menunduk. Ternyata gadis itu belum sadar sepenuhnya, Ia bahkan masih menutup matanya.''Kau terbangun,'' ucap pria itu mengangkat kepala Delia dari samping.''Euhm ... Lo siapa? kenapa ada di kamar Gue,'' racau Delia menunjuk-nunjuk wajah Gara yang ada di depannya itu.Melihat gadis itu degan tingkahnya kini, Gara teringat saat pertama kali mereka bertemu. Berarti bukan hanya efek dari minuman mabuk saja yang dapat membuat gadis ini menampilkan sifat aslinya melainkan saat mengant
Happy readingMasih dalam keadaan Gara yang menjelajahi tubuhnya itu Delia menggigit bibirnya, menahan agar desahan yang tertahantak akan keluar.Tangan pria dewasa itu kini dua-duanya menjelajahi tubuhnya, yang satu hinggap di dadanya dan yang kirinya meremas bokong milik Delia. Ntah kenapa tubuh Delia menerima dengan terang-terangan sentuhan dari pria itu."Jangan ditahan," bisik Gara lagi seraya menyelipkan anak rambut gadis itu, melihat Delia yang menggigit bibirnya Gara tidak suka."Ahh ...." setelah mendengar kalimat itu Delia tidak tahan lagi menahan bibirnya yang akhirnya kalimat itupun lantas keluar.Desahan dari bibir Delia yang ditunggu oleh Gara itupun akhirnya keluar, gadis itu menatap kedua bola mata gelap milik pria itu dengan sayu. Tubuhnya meminta lebih sentuhan dari pria itu, kini tangan Delia beralih menyentuh dada bidang milik Gara.P