Home / Romansa / CINDERELLA MILIK CASANOVA / MENJADI PELAYAN CASANOVA

Share

MENJADI PELAYAN CASANOVA

Author: Queenbee
last update Last Updated: 2023-09-24 20:50:49

Tumpukan proposal dan map masih berserakan di meja kerja Casanova. Ruangan yang sedikit remang-remang hanya ada lampu baca yang menerangi ruang kerjanya. Devano duduk di kursi kebesarannya dan memijat keningnya yang terasa pening.

Masalah satu belum selesai keluar lagi masalah mengenai gadis yang bernama Raina. Segelas kopi menemaninya malam ini.

Raut wajah Devano begitu tegang. Memikirkan cara untuk memberi pelajaran kepada Raina. Gadis itu sudah membuat dirinya geram dan kesal. Sekelibat dia mengingat sesuatu dan mengambil sebuah sertifikat.

“Peternakan? Aku yakin kau ingin mengambil peternakan yang aku ambil dari ayahmu, bukan. Raina ... Raina jangan macam-macam kamu denganku. Tidak semudah itu kamu bisa mengambil peternakan itu.” Devano tersenyum tipis sambil melihat sertifikat yang ada di tangannya. Inilah yang membuat Devano menang.

“Aku, akan membuat hidupmu sengsara apapun resikonya. Nyawa dan hidupmu ada di tanganku. Entah kenapa aku sangat membenci anak dari Jonas.

Devano masih melihat tanda tangan perjanjian yang ditandatangani ayah Raina membuat kehidupan Raina berubah seratus persen. Kedua matanya tidak luput dari perjanjian yang membuatnya geli.

07.00 Paris

Sebuah baju di lemparkan saja begitu saja di muka Raina yang sedang terlelap dari tidurnya. Baju siapa yang seenaknya saja di lemparkan kepada dirinya. Kedua matanya perlahan terbuka dan bangun dari tidurnya tak lupa merentangkan kedua tangannya. Raina menguap karena masih mengantuk.

“Siapa, yang melemparkan baju dengan tidak sopan seperti ini. Aku masih mengantuk. Bolehkah aku tidur sebentar.” Nada Raina sedikit malas dan mengantuk.

“Cepat ganti baju dan mulai menjadi pelayan Tuan Devano.” Terdengar suara wanita di dekatnya.

Raina menoleh ke arah samping. Muncul wanita paruh baya dengan setelan baju pelayan berwana hitam dan putih. Di pegangnya baju yang di lemparkan wanita itu.

“Tunggu ... Menjadi pelayan untuk lelaki Devano yang sangat kejam, dan arogan itu.” Raina masih tidak percaya dengan apa yang akan di lakukannya nanti dan memberikan baju pelayan itu kembali.

Bagi Raina ini hal yang mustahil jika menjadi pelayan untuk Devano. Lebih baik dia kerja di rumah sakit dan menjadi perawat untuk orang sakit bukan perawat Devano, yang arogan seperti Devano.

“Cepat kau bersiap-siap. Tuan Devano jam delapan sudah harus ke kantor. Jangan buat masalah sebelum terjadi hal yang tidak di inginkan.” Wanita itu memperingatkan kepadaku. “Ini ada kartu untuk membuka pintu kamar Devano.” Wanita itu memberikan kartu seperti ATM.

“Hah! Ini kunci kamarnya. Ini namanya amazing, Bi.” Raina takjub dengan kunci yang berbentuk seperti ATM.

“Sudah jangan banyak bicara. Cepat lakukan pekerjaanmu sebelum Tuan Devano bangun.” Kata wanita itu langsung pergi meninggalkan Raina.

Muka Raina tampak lesu dan tidak bersemangat. Harga dirinya rasanya di injak-injak olehnya, dia berbaring kembali dan menatap langit-langit kamar yang berwana putih. Saat ini Raina tidak dulu balas dendam dan mengambil peternakan melainkan kabur dari rumah yang seperti neraka ini.

“RAINA, CEPAT! ATAU KAU AKAN MENDAPAT MASALAH!” Teriak wanita itu kembali. Raina semakin kesal dan menutup kedua telinganya dengan bantal. Ingin rasanya dia berteriak sekencang-kencangnya.

Lima belas menit sudah Raina sudah selesai berdandan. Baju pelayan yang dia kenakan membuat dia semakin risih. Tubuh yang memantulkan dirinya di kaca memperlihatkan bahwa Raina sudah siap menjadi pelayan Devano.

Raina menyelusuri lorong. Rumah sebesar ini tuannya hanya CEO arogan. Lalu di mana kedua orang tuanya? Saudaranya? Kenapa yang nampak hanya Devano. Ah, tidak penting. Itu bukan urusannuya. Langkah kaki masih saja mencari kamar Devano.

“Di mana kamar Si Tuan arogan itu? Banyak kamar dan aku pun tidak tahu letak kamarnya. Ya Tuhan, cobaan apa lagi yang harus aku lalui.” Raina frutasi karena belum menemukan kamar Devano.

Kedua matanya menangkap sosok Morgan yang berjalan berlawanan dengannya. Raina langsung menghampiri Morgan.

“Tuan Morgan, apakah rumah ini di bangun untuk membuat orang baru bingung mencari satu kamar saja.” Raina tampak kesal dengan keadaan di rumah ini.

Morgan hanya tersenyum melihat raut gadis kecil ini. Pantas saja Tuan Devano memperlakukannya semena-mena. Gadis yang polos yang mudah saja diperlakukan sesuka hati oleh majikannya.

“Nona, Anda harus bisa terbiasa dengan rumah ini karena kelak kau akan menikah dengan Tuan Devano. Saya yakin Tuan Devano bukan orang yang arogan dan dingin. Anda belum tahu sifat aslinya.” Morgan menjelaskan kepada Raina.

Raina menelan salivanya dalam-dalam. Menikah dengan Devano? Tidak. Raina tidak bisa membayangkan jika menikah dengan CEO yang tidak punya perasaan kepada perempuan.

“Maaf ... Sampai kapanpun saya tidak mau menikah dengan dia, Tuan Morgan. Saya bukan manusia yang bisa di beli dengannya. Pernikahan harus didasari cinta dan saya tidak mungkin mencintainya.” Raina tertunduk dengan memejamkan kedua matanya. Hatinya tidak karuan berada di sini. Ingin kabur dan menikmati hidup sesuai dengan yang di harapkan. Raina ingin menjadi seorang perawat kembali.

“Baiklah jika itu keputusan, Nona. Perlahan Anda akan bisa terbiasa dengan Tuan Devano. Kamar Tuan Devano ada di lantai tiga. Lebih baik Anda naik saja. Saya permisi.” Morgan pergi meninggalkan Raina.

Raina berjalan menuju ke arah lift. Menekan tombol ke lantai tiga. Hari ini adalah hari pertama dia menjadi pelayan Devano. Raina berjanji kepada ayahnya agar secepatnya mengambil peternakan dari tangan Devano dan pergi meninggalkan rumah ini. Sudah cukup penderitaan yang Raina hadapi saat ini.

Pintu emas dan besar sudah ada di depannya. Kamar Devano. Raina mengambil kartu dan menempelkannya di depan gagang pintu. Astaga, semuanya serba canggih. Saat masuk kedalam kamar Raina sangat terkejut.

“Waow ... Ini aula hotel apa kamar? Besar sekali! Tapi sayang yang punya rumah tidak punya hati. Ngomong-ngomong di mana orang tua si CEO ini? Apakah dia tidak punya orang tua? Pantas

jika orang tuanya tidak ada lelaki ini semena-mena terhadap perempuan." Raina menggerutu dan menghampiri Devano yang masih tertidur pulas.

Raina melipat kedua tangannya memandang Si Casanova yang masih menutup mata tidak tahu keberadaan Raina di sampingnya. Dasar, lelaki ini tidur saja seperti orang mati. Berharap lelaki ini mati saja di telan bumi. Raina mendekatkan dirinya ke arah Devano yang tidur terlentang. Jika di lihat Devano sangat tampan juga. Raina mengibaskan kedua tangannya tepat di depan wajah Devano, tetapi tidak ada respon.

"Kau, tidur seperti mayat hidup saja. Dasar CEO jahat, arogan, dingin. Tidak pantas kamu hidup di dunia ini. Namun, kenapa masih banyak para gadis terlena akan dirimu ini. Haish ... Mereka belum tahu sifat asli orang ini." Raina mengomel sendiri. Ingin rasanya dia membunuh lelaki ini. Sekelibat ada ide yang cemerlang untuk memberi pelajaran kepadanya.

Raina mencari sesuatu yang ada di sekitar meja. Senyum tipis mengembang di wajahnya.

"Sempurna." Raina selesai melakukan aksinya untuk memberi pelajaran kepada Devano. Beruntung lelaki ini tidak tahu aksinya.

Kilauan cahaya langsung menembus kedua mata Devano yang masih tertutup. Devano menggeliat kesal.

"Siapa, yang buka jendela? Akan ku pecat kamu." Devano langsung bangun. Devano tersadar dan melihat Raina berdiri di dekatnya sambil menjulurkan lidahnya. Kesal campur geram. Gadis ini pagi-pagi sudah membuatnya marah. "Ada aturan jika ingin membangunkanku. Jangan pernah membuka tirai jendela sebelum aku bangun. Kau, sudah melanggarnya kurcaci kecil." Devano menguap sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kurcaci kecil? Hai, Devano. Kamu fikir aku apa? Hah. Makin lama kau semakin gila. Hallo membangunkanmu seperti ini sangat cocok. Tidur seperti mayat hidup saja. Cepat bangun!" Raina mengambil selimut Devano ingin melipatnya.

"Mau apa kamu?" Tanya Devano dengan nada dingin.

"Mau melipat selimutmu lah. Cepat. Aku masih banyak kerjaan tidak mengurusi bayi besar sepertimu." Raina langsung mengambil paksa selimut Devano. Devano menariknya lagi. Terjadi adu saling tarik-menarik. "Berikan kepadaku! Kamu ini kenapa sih?" Raina makin memperkuat tarikannya. Sehingga dia jatuh di atas tubuh Devano. Kedua mata mereka saling tatap. Raina tidak bisa menahan tawanya melihat wajah Devano.

Devano mengernyitkan keningnya. Lalu tatapan dingin dan tajamnya langsung mencul. "Aku paling tidak suka di bantah, kurcaci kecil. Awas. Jika kau membangunkan aku seperti ini aku akan membuat hidupmu menderita. Jam berapa sekarang?"

Raina melihat langsung menciut setelah Devano mengancamnya. Lelaki arogan ini selalu saja ancaman sebagai senjatanya. Raina masih menatap Devano, dia tidak sadar.

"Jam setengah delapan." Jawabnya sambil menatap Devano.

Devano langsung mendorong tubuh Raina dan langsung beranjak dari tidurnya. Raina langsung memegang lengannya yang terbentur atap ranjang karena Devano mendorongnya terlalu keras.

"Dasar kamu, punya otak. Saya akan meeting jam setengah sembilan. Kamu bangunkan saya mepet . Meeting saya ini sangat penting. Paham kamu, Raina. Awas kamu jika sampai meeting saya gagal. Kamu akan tahu akibatnya." Ancam Devano sekali lagi langsung keluar kamar. Raina mengekori Devano mau kemana dia. Ternyata dia langsung menuju ruang makan.

Raina sedikit jijik melihat Casanova ini. Setidaknya dia mencuci muka atau sikat gigi terlebih dahulu. Lelaki ini main makan saja. Tiba-tiba para pelayan tersenyum melihat Devano. Mendengar cekikan pembantunya. Membuat dia sedikit kesal.

"Ada yang lucu? Kenapa kalian cekikan tidak jelas seperti itu. Kalian menganggu sarapanku saja." Devano menggigit sandwich yang menggoda. Namun, pelayan tersebut masih cekikan saja begitupun dengan Raina. "Morgan, apa yang terjadi dengan mereka? Mereka mengangguku saja."

Morgan mendekati Devano dan memberikan kaca. Dalam batin Raina bersiap-siaplah kamu Casanova arogan. Pasti kamu akan malu melihat wajahmu itu. Raina sangat puas sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINDERELLA MILIK CASANOVA   NIKAH YUK!

    sebuah pernikahan mewah dan megah ada didepan mataku. Hari ini adalah hari pernikahan aku dan Devano. Balutan gaun pengantin bak Cinderella.Aku melihat pantulan diriku di kaca yang besar. Akhirnya pernikahan yang aku impikan terwujud juga meskipun banyak lika-liku. Pernikahan akan di mulai.Aku mengucapkan janji suciku ketika devano telah mengucapkannya. Lalu setelah itu, kami bertukar cincin. Ketika pastur mempersilahkan Devano untuk menciumku, seketika pipiku terasa merona. Devano menatapku dengan tersenyum, aku balas menatapnya. Pernikahan ini sangat membuatku bahagia. Devano kini telah resmi menjadi suamiku. Aku tak peduli jika aku pernah hamil. Aku memejamkan mataku ketika Devano mulai menciumku. Kami mulai hanyut dalam pungutan kami. Aku merasa begitu tenggelam dan menikmatinya. Tak peduli berapa pasang mata yang menonton kami. Namun sorak teriakan dan suara pistol membuat kami langsung saling menjauh. Aku menatap horor ke arah Kevin yang tengah berdiri seraya memegang pis

  • CINDERELLA MILIK CASANOVA   WILL YOU MARRY ME?

    Aku menunggu Devano di lobi hotel. Setelah tragedi dia mengajakku jalan-jalan di London untuk menjernihkan pikiran. Aku senang sekarang dia menjaga diriku . Aku mulai senang dan bahagia karena Devano memberikan surprise untukku. Malam ini kota London sangat dingin. Aku melihat seseorang turun dari mobil BMW warna hitam. Devano mempunyai banyak koleksi mobil ternyata. Astaga, malam ini dia terlihat sangat tampan. Aku tidak menyangka Casanova ini ketampanannya mengalahkan dewa Yunani. Devano menghampiriku.“Malam cintaku.” Devano mengecup bibirku sekilas. Duh, orang ini sembarangan saja jika Masalah cium. Aku melirik resepsionis yang melihatku sedang dicium, dia Seperti sedang tersenyum. ”Sayang, malam ini pasti kamu akan senang aku membawakan surprise untukmu.” Kata Devano sambil menyelinapkan anak rambut ke belakang telingaku.“Sayang, apa yang ingin kamu surprise kan ke aku. Aku penasaran.” Aku tersenyum manis. Devano malah justru semakin menggodaku.“Hei, Jika aku memberitahukan ke

  • CINDERELLA MILIK CASANOVA   SEBUAH TRAGEDI

    Suara brankar menggema. Raina terkapar tidak berdaya diatas brankar. Devano tidak bisa membendung rasa bersalahnya kenapa dia harus menyuruh Raina menceburkan diri di kolam renang. Perasaan bersalah menyelimutinya. Raina masuk kedalam UGD dan mereka diharap menunggu di ruang tunggu. Devano memukul tembok dengan tangannya, dia tidak bisa membendung rasa bersalahnya. Roland melihat Devano langsung menghampirinya.“Sudahlah, kakak di setiap cinta pasti ada pengorbanan. Kau harus tahu itu. Aku senang akhirnya kau bisa mengingat semuanya, tetapi mau bagaimana lagi Raina jadi korbannya, dia memang dari dulu tidak bisa berenang. Kak, ini adalah bentuk perjuanganmu. Raina sudah berusaha.” Roland masih menenangkan Devano. Baju pernikahannya masih basah. Roland hanya bisa menghela nafas panjang.“Jujur aku kecewa dengan diriku sendiri, tidak pantas aku melakukan ini. Roland, Kau tahu aku sangat menderita jika Raina mendapat kesusahan. Ini aku seakan memberikan hal yang bodoh dalam hidupku.” De

  • CINDERELLA MILIK CASANOVA   PERNIKAHAN DEVANO DAN PELAKOR part 3

    Devano geram dengan Raina yang tidak mau pulang dan dia tidak mau mengambil kalungnya di kolam renang. Devano berfikir masa dia harus mengambil kalung disana. Bajunya basah dan dia akan segera menikah. Devano melihat kearah Raina. Gadis ini memang benar-benar keras kepala.“Aku sudah bilang kepadamu. Jika kalung itu berharga ambillah dan aku tidak mau mengambilnya. Kau fikir aku siapa? Aku ingin menikah jangan mengganggu pernikahanku saat ini. Kalau perlu pergilah dari dunia ini. Aku baru sadar jika kau memang wanita murahan dan kenapa aku bisa terpesona denganmu.” Kata Devano dingin.“Sebegitu marah dan hina aku di depanmu, Mr Devano yang terhormat. Asal kau tahu saja. Jika aku tidak hamil anakmu. Aku tidak akan mengemis cinta di hadapanmu. Ucapanmu membuatku sakit hati.” Kataku lirih. “Karena kau sangat keras kepala. Aku tidak suka wanita seperti itu. Aku sangat membencimu. Maaf ... aku tidak akan meladeni orang gila sepertimu. Aku mau mempersiapkan pernikahanku.” Devano melangkah p

  • CINDERELLA MILIK CASANOVA   PERNIKAHAN DEVANO DAN PELAKOR part 2

    mata kami saling adu. Devano menatapku penuh dengan tatapan sinis. Amarahnya seperti memuncak. Aku memalingkan wajahku. Suara langkahnya mengarah kepadaku dan benar ada sebuah tangan mencengkalku.Devano memejamkan matanya sejenak, lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan kekarnya masih mencekal Raina, dia ingin memarahi gadis yang ada di depannya ini kenapa dia menghadiri undangan pernikahannya. “Miss Raina, Tak ada yang menarik dariku. Cepat pulang dan jangan melihat upacara pernikahanku. Aku tidak mau kau sedih dan sakit hati." Pria itu membuka suara. Sambil menatap tajam wajah Raina. Tatapannya yang dingin dan sikap cueknya membuat Raina yakin jika Devano memang tidak bisa mengingatnya.Aku yakin , di balik suara itu ada nada enggan untuk berbicara ada sebutir cinta yang masih tersimpan karena aku yakin dia masih mencintaiku dan tidak mau kehilangan aku. Jadi aku memutuskan untuk tetap stay di sini. Aku hanya sekedar penasaran karena Devano orang yang sangat sulit di tebak. I

  • CINDERELLA MILIK CASANOVA   PERNIKAHAN DEVANO DAN PELAKOR part 1

    Aku bercermin dan melihat wajahku. Hari ini tepat pernikahan Devano Cristopher. Sebenarnya aku bahagia dia menikah asalkan menikah denganku tapi semuanya sudah berakhir. Aku melihat perutku yang semakin membesar. Tanteku marah dan sekarang aku sekarang baginya adalah sampah atau aib keluarga. Down rasanya dengan kehidupan ini.“Raina, kau sudah siap?” Jessie langsung masuk kedalam kamarku, dia sedang berlibur ke Paris karena acara prewedding dengan Roland. Terkadang merasa iri dengan mereka. ”Kenapa belum siap-siap, belum make up. Kamu jadi atau tidak ke pernikahan si Casanova tersebut?” Jessie sedikit kesal. Aku mengangguk tidak tahu mau kesana atau tidak? Yang jelas aku bingung, malas dan down. Apakah bisa aku melihat pernikahan dia? Hatiku rasanya sakit sekali dengan situasi saat ini.“Entahlah Jessie. Aku dilema saat ini.” Aku hanya bisa melihat wajahku di cermin. Malang sekali nasibku ini.“Ibu hamilku ini memang ada-ada saja. Kamu harus segera bersiap-siap. Jangan sampai momen i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status