Share

CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN
CINDERELLAH DIANTARA DUA PANGERAN
Author: Pone Syam

DUNIA SINTA YANG JUNGKIR BALIK

“Mari kita pisah” ucap Mario tepat diacara makan malamnya dengan Sinta untuk memperingati hari jadian mereka yang ke 10 tahun. Sejak kelas satu SMU, Mario jatuh cinta pada Sinta. Gadis biasa yang selalu tersenyum meski sedang dihukum saat ospek dulu. Sinta tetap tersenyum memamerkan lesung pipinya dan menjadi pusat perhatian semua siswa baru yang menhundang rasa jengkel pada semua kakak seniornya. Tidak jarang Sinta kena marah dan hukum hanya karena dia selalu tersenyum,namun hal itu yang membuat Mario jatuh cinta.

Mario lelaki tampan, kaya dan cerdas sejak awal dibentuk untuk menjadi pewaris perusahaan kontraktor terbesar di Indonesia. Karena itu sejak SMP Mario sudah terlibat dalam urusan remeh temeh perusahaan tersebut. sama seperti saat Mario masih menjadi siswa baru.

Tepat setelah acara ospek selesai, Mario mengaja Sinta untuk makan malam di sebuah restourant mewah yang tepat berhadapan dengan sebuah gedung yang sedang dibangunnya. Gedung tersebut baru setengah jadi, dengan sikap romantisnya Mario meminta para pekerjanya untuk memasang layar yang bisa dilihat lewat kaca pada restourant tempatnya makan malam. Dalam layar tersebut bertuliskan ajakan Mario untuk menjalin hubungan dengan Sinta. Mario ingin pacaran selama 15 tahun, saat dunia dalam genggamannya, Mario berjanji untuk menikah dengan Sinta.

Gadis murah senyum itu tentu saja terkejut dengan pernyataan cinta Mario. Apalagi Mario berlutut dengan cinci couple bertuliskan isial nama mereka.

Aku mau jadi pacarmu,” jawab Sinta penuh haru. Mario sangat bahagia saat itu. Sejak saat itu Mario mengatur kehidupan Sinta, tidak boleh dandan saat bepergian. Tidak boleh keluar rumah tanpa izin Mario dan lebih parahnya Mario meminta agar Sinta tidak kuliah.

“Kau tidak perlu kuliah. Kau cukup cerdas untuk menjadi nyonya Mario. Dan untuk urusan yang lain biar menjadi tanggung jawabku,” tegas Mario saat Sinta ingin kuliah. Sebab cinta yang terlalu besar pada Mario, maka Sinta bersedia mengikuti semua perintah Mario.

Sinta sangat yakin dengan semua janji Mario toh selama pacaran Mario tidak pernah selingkuh, tidak sekalipun Mario menyakitinya bahkan menjaganya dengan penuh cinta. Mario tidak pernah menyentuhnya secara berlebihan, sekesar mencium, merangkul dan Sinta merasa terjaga disisi Mario.

Dan saat ini, Sinta tentu saja tidak percaya saat Mario menngatakan bahwa dian ingin pisah. Sinta mengingat betul kalau malam ini malam anniversarry mereka. Bisa saja Mario hanya ingin menggodanya. Lagi-lagi Sinta mengirimkan sebuah senyuman meski terlihat begitu aneh di hadapan Mario. Sinta bukan perempuan penuntut, dia tidak akan memaksa Mario untuk tetap disisinya karena itu Sinta hanya diam meski Mario kembali mengucapkan kalimat yang sama. Sinta hanya tersenyum kemudian meraih jemari Mario yang ada diatas meja, digenggamnya dengan erat namun Mario dengan tega menghempaskan tangannya. Tentu saja Sinta hanya tersenyum menanggapi tindakan Mario tersebut meski mata Sinta mulai berkaca-kaca.

Gedung diseberang restourant mewah itu kini menjadi gedung pengcakar langit dilapisi dengan kaca dan kerlap-kerlip lampu indah di malam hari. Tepat digedung yang sama, lampu itu berubah menjadi tulisan yang meminta pisah dengan Sinta. Tentu saja itu menjadi pusat perhatian semua orang yang sedang makan malam di restourant tersebut. dan dengan adegan yang sama, Mario melepaskan cincin couple mereka dan meletakkannya diatas meja, tanpa sepatah katapun Mario bangkit meninggalkan Sinta yang tersenyum aneh. Sebisa mungkin Sinta menyembunyikan air matanya. Sinta bangkit dari duduknya, meraih cincin yang Mario letakkan diatas meja. Menarik nafas berat lalu menghembuskannya lewat mulut. Dia menarik paksa bibirnya untuk bisa mengukirkan senyum meski terlihat sangat aneh. Sinta berusaha melangkah sangat anggun, melewati ratusan mata yang menatapnya penuh iba.

Tidak ada rasa benci untuk Mario. Sinta yakin Mario punya alasan yang jelas untuk keputusannya namun tidak bisa Sinta pungkiri ada sesak yang menyerang dadanya. Terasa begitu berat mengakhiri hubungan selama sepuluh tahun dimana tidak seharipun mereka lewatkan kecuali dengan kebersamaan.

Tangis Sinta pecah saat dia berhasil keluar dari restourant mewah tersebut. sinta tidak peduli dengan tatapan aneh orang lalu lalang. Sinta memutuskan untuk menumpahkan rasa sakit itu lewat air mata. Sinta dengan gaun warna pink sebatas lutut dengan rambut disanggul dan sepatu hak tinggi memutuskan untuk berjalan dibawah sinar lampu ibu kota. Bukan karena Sinta tidak punya uang untuk pulang. Bahkan Sinta punya tabungan yang cukup, uang yang selama ini Mario kirimkan ke rekeningnya. Sinta hanya butuh pelampiasan atas apa yang kini menimpanya.

“Dia hanya bosan,” kata Sinta menyakinkan hatinya. Kemudian berusaha tersenyum meski air mata terus mengalir di pelupuk matanya.

“Aku akan bertahan dan menunggunya, sampai rasa bosan itu hilang berganti cinta yang tumbuh kembali,” kata Sinta kemudian menyapu air matanya. Kini ada rasa tenang dibalik dadanya. Sinta bahkan bisa tersenyum manis.

Terlalu banyak kenangan yang mereka lalui. Sepuluh tahun Sinta seperti ratu yang selalu dimanjakan oleh pangerannya. Bahkan selama sepuluh tahun tersebut hidup Sinta hanya seputaran Mario. Buat Sinta Mario adalah cinta pertama dan terakhir dalam hidupnya.

Untuk pertama kalinya, Sinta merasa bahagia terlahir sebagai Sinta yang tumbuh di panti asuhan. Tepat setelah mereka jadian, Mario meminta Sinta untuk tinggal di sebuah apartemen. Hidup mandiri tanpa harus menyusuhkan pengurus panti. Bahkan Mario menjadi donatur tetap di panti asuhan tersebut.

Sinta hanya gadis biasa. Dia tidak cantik. Hanya saja selalu tersenyum dan itu menenangkan hati Mario.

Sejak dulu ribuan mata gadis cantik memandangnya remeh, menganggap Sinta melet Mario hingga Mario tergila-gila padanya. Dan Sinta tahu bahwa Mario mencintainya dengan tulus.

Tiba-tiba Sinta tersentak. Saat mengingat semua kejadian selama sebulan terakhir. Mario bersikap biasa saja, tetap memanjakannya dan mencintanya dengan tulus.

“Apa dia memiliki masalah?” tanya Sinta pada diri sendiri. Langkah Sinta terhenti tiba-tiba sehingga penjalan kaki dibelakangnya langsung menabrak tubuh mungilnya. Sinta jatuh tersungkur, bukannya meringis kesakitan malah Sinta tersenyum meminta maaf.

“Kau baik-baik saja?” tanya Nino. Pemuda itu berjongkok di depan Sinta yang sedang meniup lututnya yang lecet.

“Kau terluka,” Nino berusaha untuk membantu Sinta, namun Sinta menepis tangan Nino dan malah tersenyum ke arah Nino. Nino sendiri berusaha untuk menyembunyikan tawanya meski Sinta curiga dan memicingkan mata pada Nino.

“Sini aku bantu,” kata Nino dan selang beberapa detik, Nino mengangkat tubuh Sinta dan mendudukkannya disebuah bangku tidak jauh dari tempat Sinta terjatuh. Tentu saja Sinta terkejut dengan aksi Nino. Sinta meronta mendapat perlakuan manis dari pemuda yang baru ditemuinya. Belum lagi beberapa pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan heran. Sinta sangat malu namun senjata ampuhnya selalu dia keluarkan, senyuman aneh.

*******#$###****

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status