Share

PERIHNYA SEBUAH LUKA

Sudah seminggu Mario tidak menemui Sinta sejak insiden di restourant tersebut. Sinta ingin memberikan waktu pada Mario untuk berfikir. Sinta yakin Mario hanya sedang bosan dengan hubungan mereka.

Tetapi Sinta tidak ingin benar-benar dilupakan oleh Mario. Dia tidak ingin menyerah pada hubungan mereka. Karena itu Sinta memutuskan seminggu sekali Sinta akan menemui Mario, sebagai pengobat rindu diantara mereka.

Seperti hari ini, Sinta memutuskan untuk menemui Mario di kantornya.

“Anda mau kemana?”cegat seorang security saat Sinta memasuki gedung pencakar langit tempat Mario bekerja. Sinta memperlihatkan sebuah kotak makan.

“Aku akan membawa makanan Pak Mario,” kata Sinta. Security yang selama ini mengenal Sinta sebagai pembawa makanan untuk Mario mengizinkan Sinta menemui Mario. Semua orang di perusahaan Mario hanya mengenal Sinta sebagai pembawa makanan meski tidak memakai seragam. Dandanan Sinta yang terlihat ndeso lebih dipercaya sebagai tukang antar makanan ketimbang menjadi kekasih Mario.

Langkah Sinta terhenti tepat di depan ruangan Mario. Sinta menarik nafas berat kemudian menghembuskannya lewat mulut. Sinta memberanikan diri untuk memutar handle pintu kantor Mario tanpa ketukan. Sinta ingin memberikan kejutan, namun ternyata Sinta dikejutkan oleh adegan yang terjadi di kantor Mario.

Anggun, gadis yang sejak SMP mengejar cinta Mario kini duduk di meja kerja Mario sambil berciuman mesra dengan Mario. Sinta tidak mengalihkan tatapannya. Dia terus menatap Mario.

“Ciuman nafsu, bukan cinta,” gumam Sinta yang membuat Mario dan Anggun menghentikan ciuman mereka. Anggun berbalik menatap Sinta, tersenyum meremehkan.

“Karena kau tidak pernah mampu memberinya kepuasan,” kata Anggun dan malah duduk di pangkuan Mario. Sinta tersenyum kemudian meletakkan makan siang di meja Mario.

“Kau hanya selingan saat dia merasa bosan,” kata Sinta penuh percaya diri.

“Aku memang bosan padamu, karena itu aku mengakhiri hubungan kita,” kata Mario mematahkan kepercayaan diri Sinta. Sinta gelagapan, namun dia tidak ingin kalah di hadapan Anggun.

“Tidak semudah itu mengakhiri hubungan yang berlangsung selama sepuluh tahun,” kata Sinta.

“Apa yang kau harapkan? Menuntutku bertanggung jawab? Toh semua telah aku penuhi. Bahkan kehidupanmu jauh lebih baik saat bersamaku ketimbang tinggal di panti asuhan,” jelas Mario yang membuat Sinta tersentak. Ada rasa ngilu merayap masuk ke relung hatinya. Untuk pertama kalinya Mario menegaskan siapa Sinta dalam kehidupannya.

“Aku bahkan menjaga keperawanannya yang seharusnya menjadi imbalan atas apa yang aku berikan,” kata Mario lagi menyayat hati. Dan lagi-lagi Sinta hanya hanya bisa tersenyum. Sinta tertunduk menyembunyikan lukanya. Menarik nafas agar tidak menangis di hadapan Anggun dan Mario.

“Seperti itu hubungan kita?” tanya Sinta.

“Tentu saja. Harapanmu terlalu tinggi untuk menjadi nyonya Mario,” kata Mario dengan senyum meremehkan.

“Akulah yang pantas menjadi nyonya Mario,” kata Anggun dengan senyum kemenangan.

“Dia pintar, berpendidikan dan tentu saja sepadang dengan diriku,” tegas Mario namun tetap saja membuat Sinta bersikukuh ingin mempertahankan hubungannya dengan Mario.

“Dan kau terlihat sangat membosankan,” kata Anggun.

Sinta menatap Anggun. Dia memang cantik, sejak SMU Sinta tahu bahwa Anggun perempuan sempurna, kaya, cantik dan cerdas. Banyak lelaki yang mengejar cintanya. Namun Anggun selalu menolak dengan alasan sudah bertungan sejak kecil dengan Mario.

Anggun juga selalu menjadi penghalang hubungan Mario dengan Sinta namun Mario selalu berhasil yakinkan Sinta bahwa cintanya hanya untuk Sinta. Lalu apa yang terjadi sebenarnya? Apakah pernikahan mereka hanya sebagai bisnis? Tiba-tiba Sinta tersenyum, dia memiliki keberanian untuk menatap Mario dan Anggun bergantian. Sinta tersenyum kemenangan saat mendapati tatapan kerinduan Mario terhadapnya. Sinta lalu berbalik meninggalkan kantor Mario.

“Aku bersedia menjadi kekasih Mario sesungguhnya meski Mario harus menikah dengan Anggun demi meningkatkan saham Mario,” kata Sinta.

Tentu saja itu keputusan bodoh. Tetapi Sinta yakin kalau perusahaan Mario dalam masalah dan hanya pernikahan dengan Anggun yang bisa menyelesaikan masalah mereka. Pernikahan bisnis. Yang Sinta yakini tidak akan pernah mengalahkan cinta yang berlangsung selama sepuluh tahun.

Sinta bertekad akan menemui Mario saat Anggun tidak bersamanya. Selama berhari-hari Sinta memperhatikan Mario dari cafe seberang jalan, Sinta memperhatikan gedung pencakar langit tersebut. mencari tahu kapan Anggun tidak bersama Mario. Namun Anggun seperti lem yang begitu lengket mengikuti kemanapun Mario pergi.

Sinta terkesima. Sinta ingat setiap bulan Mario harus keluar negeri. Sinta memutuskan untuk mencegat Mario di bandara. Sinta yakin jika Mario tidak mencintai Anggun maka perjalanan tersebut tidak perlu ada Anggun, beda dengan dirinya yang selama ini selalu bersama Mario meski Mario harus melakukan perjalanan keluar negeri.

Sayangnya aksi Sinta tidak berlangsung mulus. Selama dibandara Anggun selalu mengekori Mario sampai Mario jengah dan memutuskan untuk ke toilet. Saat itulah Sinta gunakan kesempatan sebaik mungkin. Sinta tidak peduli harus menerobos masuk ke toilet laki-laki hanya untuk bertemu dengan Mario.

“Aku bisa berbagi dengan Anggun,” kata Sinta membuat Mario terkejut.

“Kita tidak perlu pisah. Aku bisa menjadi istri simpananmu,” lanjut Sinta.

“sebegitu putus asanyakah dirimu? Atau kau tidak bisa hidup tanpa uangku?” hargadiri Sinta tercabik-cabik saat mendengar kata-kata Mario namun kembali Sinta membangun kepercayaan dirinya. Sinta yakin kalau Mario melakukan itu semua untuk membuatnya terluka. Hanya untuk membuat Sinta meninggalkan Mario.

“Aku mencintaimu,” kata Sinta.

“Apa yang harus aku lakukan untuk bisa lepas darimu,” bentak Mario. Sinta terkejut namun tetap berusaha bertahan. Mario lalu meninggalkan Sinta.

******#$###***

Lagi-lagi Sinta memutuskan untuk jalan. Dia ingin lelah dan melupakan kepenatan hidup yang kini dia alami. Sinta yakin bahwa Mario sangat mencintainya, Sinta hanya belum tahu apa yang dialami oleh Mario sampai tega memutuskan hubungan dengan Sinta.

Sinta lelah dan memutuskan untuk istirahat di sebuah bangku. Sinta istirahat sambil memijit tumitnya yang sedang sakit. Tiba-tiba seseorang berdiri di hadapannya sambil menjulurkan es cream cokelat kesukaannya. Sinta sangat berharap itu Mario namun saat dia mendongak dia mendapati orang lain. Lelaki yang sama yang menolongnya kemarin. Sinta tersenyum.

“Terima kasih,” kata Sinta kemudian menerima es cream tersebut.

Nino duduk di samping Sinta dan melahap es cream. Sinta tersenyum kemudian membersihkan es cream yang belepotan di wajah Nino.

“kita terlalu sering bertemu,” kata Sinta. Nino mengangguk menyetujui.

“Siapa namamu?” tanya Sinta.

“Nino,” jawab Nino singkat.

“Usiamu?” Sinta penasaran.

“17 tahun,” jawab Nino. Sinta melongo mendengarnya. Sinta memperhatikan Nino dari samping, wajahnya yang tirus, hidungnya yang mancung, tatapannya yang lembuh dan bibirnya yang seksi. Tiba-tiba saja Sinta merasa kalau Nino itu mirip Mario. Mario versi remaja. Atau karena Sinta terlalu mencintai Mario sehingga semua lelaki dianggap mirip dengannya.

******#$###***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status