Wanita itu melenggang masuk rumah induk dengan santai, sepertinya sudah terbiasa dengan kediaman Amar Mea Malawi. Mary Aram juga melangkah masuk ke rumah induk melalui pintu dapur, langsung menuju ruang makan.Di ruang keluarga, suaminya sedang membaca surat kabar sambil menikmati teh buah Lou Han seduhan Mary Aram."Amar Mea Malawi, bagaimana kabarmu?" Wanita itu langsung memeluk leher Amar Mea Malawi , dengan manja ia mengecup bibir pria itu."Baik," Amar Mea Malawi melipat surat kabar pagi, lalu bangkit hendak beranjak menuju ruang makan. "Apakah kau, sudah sarapan?""Belum! Aku dari bandara langsung menuju kemari, hendak mengajak dirimu sarapan di sungai induk," suara manja wanita itu terdengar hingga ke ruang makan."Sebaiknya bergabunglah sarapan," Amar Mea bangkit langsung menuju ruang makan."Amar Mea, kita sarapan di sungai induk saja. Aku ingin makan sup ketam," wanita itu bergelayut manja pada lengan Amar Mea Malawi."Tidak, juru masak telah memasak sarapan, aku harus mengha
"Ah! Amar Mea, Aku sudah kenyang. Aku akan menemuimu di kantor saat istirahat siang nanti," Miriam Aram meninggalkan meja makan dengan kesal tanpa berpamitan pada Mary Aram. Hati Miriam Aram sangat panas! 'Bagaimana bisa Ama Mea Malawi mengenal Mary Aram? Dan sialnya, adik sepupunya itu tumbuh sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari Meina Aram!'Dalam suasana sarapan yang mesra, meskipun di dalam hati bertanya-tanya penasaran, Mary Aram tidak membahas perihal hubungan Amar Mea dengan Miriam Aram di meja makan. Ia tidak ingin merusak suasana sarapan pagi."Kau tidak cemburu?" Amar Mea memindahkan sepotong daging asap ke mulut istrinya. Mary Aram menyungging senyum, mengunyah daging asap."Mendapati gambar diri Mary Aram tanpa busana di dinding kamar, sepertinya Mary Aram tidak perlu gundah dengan kehadiran wanita lain?" Senyuman di wajahnya menyiratkan bahwa ia pasrah dengan apa yang terjadi di dalam hidupnya."Kau tidak cemas apabila suamimu berselingkuh?" Amar Mea heran dengan sikap
"Aku tidak terima Amar Mea Malawi! Bertahun-tahun kita bersama, kau menikahi si dungu Mary Aram!" Suara Miriam Aram begitu gusar hingga terdengar dari luar kantor."Tidak terima? Apakah kita pernah bersetubuh? Apa hakmu marah dan tidak terima jika aku menikah?" Tawa santai Amar Mea Malawi menanggapi kemarahan Miriam Aram. "Bukankah kau mengejar Abee Bong Moja orang Muara Mua hingga ke Macao? Mengapa kau sekarang menuntut pernikahan padaku?"Mary Aram tersentak mendengar nama tunangannya di sebut, jantungnya gemuruh berpacu. Dengan hati-hati Mary Aram meletakkan anggur dan kismisnya, lalu duduk di kursi tamu."Kau tumpang tindih bersama Abee Bong Moja di atas tempat tidur, mengapa menuntut pernikahan padaku?" Amar Mea Malawi duduk dengan santai menikmati Wine di gelasnya. Nada suaranya sedikit melunak. "Apakah Abee Bong Moja membuangmu, karena tidak sanggup mengimbangi gaya hidupmu yang mahal itu?"Hati Mary Aram sangat sakit mendengarnya, "Benarkah Abee Bong Moja seperti itu? Tid
"Kau keterlaluan!" Mary Aram berbalik meninggalkan dokter Adam Mizeaz."Nona maafkan aku!" dokter Adam Mizeaz menahan tangan Mary Aram."Lepaskan Aku! Tidak ada gunanya permintaan maaf, karena tidak akan memulihkan kesucianku!" Mary Aram menyentakkan tangannya penuh amarah.Namun tangan dokter Adam Mizeaz lebih kuat menggenggam, "Maafkan aku!"Mary Aram menangis memalingkan wajah, menghindari tatapan mata dokter Adam Mizeaz."Aku cinta padamu! Jika kau menderita karena diriku, aku akan membebaskan dirimu dari tangan Amar Mea Malawi," dokter Adam Mizeaz menatap mata Mary Aram dengan sungguh-sungguh.Mary Aram hanya tertawa sinis, mendengar ucapan dokter Adam Mizeaz. "Keterlaluan!" Ujarnya geram.Aku cinta padamu! Jika kau tidak bahagia bersama Amar Mea Malawi, aku membantumu lepas dari pria itu. Dan aku segera menikahimu!" Adam Mizeaz mengulang perkataannya, ia membungkuk memberi hormat pada Mary Aram."Kau anggap apa aku ini?" Kemarahan Mary Aram sangat menyesakkan. Ia bertambah gusar,
"Menurut kabar, Abee Bong Moja berada di Cina daratan," pemuda itu menunjukkan surat kabar berbahasa Cina.Di sana ada berita tentang Abee Bong Moja sedang berjabat tangan dalam suatu acara. Mary Aram tidak mengerti bahasa Cina, ia tidak tahu berita tentang apakah itu?"Terimakasih Kakak!" Mary Aram menerima semua surat yang kembali dengan sangat kecewa.Tanpa mencari Amar Mea Malawi suaminya, ia membawa pulang semua surat-surat untuk Abee Bong Moja ke kediaman Mea Malawi menggunakan kereta kuda. Sesampai di kediaman Mea Malawi, Mary Aram mengurung diri di kamar.Hati Mary Aram sangat gundah mendapati surat-suratnya kembali. "Abee Bong Moja, mengapa kau tidak mengabariku jika pindah ke Cina? Apakah Miriam Aram membutakan pikiranmu?" Semangatnya menjadi lenyap, ia hanya berbaring di tempat tidur berusaha mengusir kekecewaan."Istriku, kau marah kepadaku?" Amar Mea Malawi masuk ke dalam kamar, ia langsung menghampiri Mary Aram dan mengecup keningnya. "Ayahmu telah kembali ke Muara Mua,
Pada tengah malam, Amar Mea mendatangi paviliun tempat Mary Aram berada. Paman Sanif lupa, jika Amar Mea Malawi memiliki kunci cadangan. Jadi dengan mudah pria itu mendatangi istrinya.Hembusan napas hangat beraroma wine menguasai hidung Mary Aram. Saat benar-benar sadar, tubuh berat Amar Mea telah menindihnya. Dalam sekejap pria itu telah menguasai diri Mary Aram.Pagutan kasar tepat pada bibir Mary Aram yang luka, membuat Mary Aram berteriak kesakitan. Semakin Mary Aram berteriak kesakitan, semakin pula Amar Mea bersemangat melampiaskan kekesalan.Hasratnya penuh dengan kemarahan, merobek pakaian tidur Mary Aram. Dan menusuk menghujam diri Mary Aram hingga ke dasar sumur. Sangat kasar!Hal itu membuat napas Mary Aram nyaris putus, "Amar Mea kau kasar dan menyakiti aku," desis Mary Aram berusaha melepaskan diri.Semakin Mary Aram memberontak, semakin dalam Amar Mea terbenam dalam sumur. Memagut, mengecup, menggigit! Benar-benar kasar."Keterlaluan! Betapa malang diriku, jatuh ke tang
"Bibi, oleskan obat pada lukanya. Sementara ia harus makan bubur dan buah pepaya. Aku akan melapor ke forum adat," dokter Mizeaz menghela napas panjang, prihatin akan kondisi Mary Aram.Pria itu merasa bersalah atas hal buruk yang menimpa Mary Aram. Paling tidak, penderitaan Mary Aram berawal dari ulahnya. Andaikan ia tidak membawa Mary Aram ke kediaman Mea Malawi, tentunya ia tidak akan tragis di tangan Amar Mea Malawi.Penyesalan Adam Mizeaz, membuat pria itu bertekad diam-diam melindungi Mary aram. Ia melaporkan penemuan Mary Aram pada perangkat adat setempat. Dan memanggil dua wanita Mua Mua Untuk membantu merawat Mary Aram. Masyarakat Mua Mua membantu merahasiakan keberadaan Mary Aram.Tidur seharian menjadikan Mary Aram sedikit lebih baik, “Dimana aku? apakah hanyut sampai ke laut?”“Bagaimana perasaanmu? Apakah jauh lebih baik?” dokter Mizeaz tersenyum menggenggam telapak tangan Mary Aram.“Dimana Aku? Bagaimana aku bisa sampai kemari?” Mary Aram memalingkan wajah menghindari ta
Amar Mea Malawi sangat gusar, ia tidak ingin kehilangan kendali menghajar pelayannya. Dengan kesal ia segera menuju sungai, mengikuti anjuran nona Patrice. Amar Mea tahu sifat setia pelayannya itu, jadi Amar Mea Malawi tidak mempermasalahkannya.Dari arah sungai terdengar suara bambu dipukul bertalu-talu. Tukang kebun menemukan alas kaki serta mantel Mary Aram tersangkut akar pohon di pinggir sungai.Amar Mea Malawi berlari turun ke sungai. Di dalam sungai sudah ada paman Sanif yang sedang menyusuri sungai dengan perahu. Tukang kebun menyerahkan temuannya kepada Amar Mea Malawi."Mary Aram, kau benar-benar kabur dariku?" Amar Mea Malawi mengecup mantel wangi istrinya. Dan alas kaki yang berlumuran darah membuat Amar Mea diam-diam menangis penuh penyesalan.Di klinik apung dokter Mizeaz, Mary Aram merenung dengan keadaan yang menimpa dirinya. Sebelum datang ke St Martin, hidupnya sangat bahagia. Ayahnya selalu tersenyum dan lembut penuh kasih padanya.Abee Bong Moja adalah teman semasa