Share

CINTA DALAM DUSTA : AKU BUKAN WANITA LEMAH
CINTA DALAM DUSTA : AKU BUKAN WANITA LEMAH
Author: HANA PUSPARINI

UANG ATAU AKU?

"Mas, aku sudah kerja capek. Tetapi mas tidak mau meminjam uang untuk aku berobat. Aku malah diperhatikan dengan CEO di kantorku, dibanding mas sendiri mabuk dan berjudi. Mau mas sendiri apa? Sakit tahu, aku menderita tumor di perut. Orang mengira kita hamil kembar, tetapi aku tidak mau berpikiran bahwa orang sok tahu." Wanita itu marah-marah di kursi roda karena suami mengambil uang. Alinta yang masih di kursi roda dan memakai tabung oksigen dengan selang infus tidak bisa berpikir dan melawan karena masih lemah akibat penyakit yang sering kambuh. Usia Alinta masih muda, wanita yang duduk di kursi roda ini hanya bisa pasrah dan menunggu perceraian setelah surat cerai datang.

Saat ini, Alinta melamun membayangkan pertengkaran dengan mantan suami. Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh wanita itu. Alinta yang mengingat bagaimana mantan suaminya membuang uang demi berjudi saat sedang menipis perekonomian Alinta karena selama sebulan uangnya diminta suami yang berjudi.

Sang supir yang melihat penumpangnya melamun tidak tega mengganggu. Tetapi, tujuan ke kantor yang dituju Alinta sudah sampai. Mau tidak mau sang sopir menegur Alinta karena sudah di kantor.

"Non, sudah sampai. Sekarang saya bantu," ucap Supir taksi itu. Supir taksi itu membantu Alinta yang sedang menderita tumor di rahimnya sehingga perutnya membesar.

"Makasih pak," ucap Alinta dengan sopan.  Berapa lama lagi aku akan hidup bahagia? jika begini terus kapan aku punya penghasilan? pikir Alinta. Kemudian ia turun dari taksi dan perlahan-lahan berjalan. Pak sopir yang membantu merasa kasihan melihat wanita itu. Alinta setelah turun dari taksi mengeluarkan ponsel dan membayar supir taksi dengan uang elektronik.

"Pak uangnya saya sudah transfer pakai dompet elektronik," ucap Alinta dengan lemah lembut. Meski ia sakit dan kesusahan untuk berjalan. Wanita yang bernama Alinta ini tidak patah semangat ia mencari uang untuk kesehatan kakak kandungnya yang menderita ayan seperti dirinya.

"Oh, ya makasih."

Saat di kantor dan di depan, sahabat Alinta datang dan berteriak. Ia berlari menuju Alinta yang sedang berdiri dan menunggu kursi roda.

"Mbak Alinta, biar saya bantu."

Kesedihan itu sirna sudah, Alinta ditolong oleh Delia bagian pengelola keuangan perusahaan level menengah. Alinta hidup kini hanya dengan kakak kandungnya, sekarang ia kerja dengan keadaan difable dan tumor yang belum bisa dioperasi karena masalah biaya.

"Makasih, mbak Delia. Maaf kemarin merepotkan karena aku kumat penyakitnya."

Tiba-tiba Alinta mengingat masa lalu saat berusia 17 tahun, kakaknya yang bernama Zera Kio seorang pengusaha baju batik dan baju sulam mengidap penyakit yang sama, yaitu epilepsi. Kakak Alinta pernah berpesan dengan Alinta.

"Alinta, kamu harus cari suami. Jangan seperti kakak yang hidup sendiri. Hidup sendiri sulit dan kalau sakit hanya bisa sabar karena menunggu pertolongan."

Delia kemudian mengantarkan Alinta ke tempat kerjanya. 

"Alinta, kamu harus istirahat ketika tumormu mulai berulah. Karena CEO kita menyuruhmu untuk istirahat," ucap Delia.

"Aku tidak bisa santai, Del. Kakakku sakit keras juga dan uang yang dulu habis karena ulah mantan suamiku. Aku kerja dan menabung sampai terkumpul dua juta saat kami masih belum bercerai. Kau tahu apa yang mantan suamiku bilang. Dia tidak punya perasaan Del. Dia berkata penyakitku urusanku. Dan gajiku adalah hakku. Padahal suami kan tanggung jawab menafkahi keluarganya atau istrinya. Ia malah membuatku banyak hutang karena berjudi. Jika aku dahulu punya uang dan kakak tidak harus kerja sama dengan mantan suamiku. Pasti aku tidak akan menikah," ucap Alinta dan air matanya berlinang. 

"Baiklah, kamu kerja dulu. Aku tidak bisa melihat sahabatku menangis dan kesusahan," ucap Delia. Ia sebenarnya tidak tega membuat Alinta sedih. Tetapi, Delia juga menginginkan sahabatnya itu punya uang untuk berobat dan bisa hidup normal. 

Saat Delia pergi, Alinta kemudian mengeluarkan dokumen dan menyalakan komputer. Dengan tangannya yang lemah dan gemetar ia mengetik perlahan-lahan. Namun, Alinta malah fokus dengan foto kakaknya. Ia yang duduk di kursi roda tidak bisa memegang komputer karena menangis. Saat itu Ia pegang foto kakak kandungnya.

Alinta yang memegang foto kakak kandungnya, wanita itu kemudian menaruh foto kakak kandungnya dan  saat mengetik di komputer air matanya tiba-tiba menetes deras di pipi yang cantik. Berharap wanita itu segera mendapat kekasih pengganti, karena suami Alinta yang sudah menceraikan membuatnya harus hidup dari nol.

Keyword ditulis dengan cepat, tangannya mengetik sampai tidak melihat huruf-huruf di tombol. Ia menulis dengan sangat mahir, salah seorang teman Alinta memberikan sebuah minuman pahit untuk Alinta. Ia tidak ingin lagi menunda pekerjaan. Meski pun air mata berlinang, hatinya tetap konsisten untuk tidak menyerah.  

Delia datang membawa secangkir minuman dan ia menuju ke Alinta. Ia yang tadi melihat Alinta sedih kepikiran dan menolongnya.

"Minum pahit, supaya kamu seger. Aku tidak bisa memberikan makanan sembarangan." 

Hasrat untuk memiliki seorang suami sudah terwujud, tetapi suami Alinta tidak pernah mau tidur dengannya. Sekarang Alinta hanya fokus ke laporan keuangan, semua tentang pernikahan sudah ia hapus dari daftar catatan masa depan. Yang dipikirkan adalah mencari uang untuk berobat dengan kondisi sakit keras. Aku hanya ingin membahagiakan kakakku dan mengobati penyakit kami berdua. Pikirannya bercampur aduk.

Saat memikirkan masa lalu, turun hujan yang deras di luar. Alinta hanya berharap hujan bisa menghapus kesedihan. Di kantor Alinta sekarang ada jam break time jam 10 sampai jam 10.30 dan jam 1 sampai 2 istirahat lalu jam kerja berikutnya dari jam 3 siang sampai jam 4 sore.

"Dokter bilang, aku punya penyakit persis dengan kakakku. Bukan hanya tumor rahim saja. Jadi aku pakai kursi roda. Oh, iya aku ke WC sebentar," ucap Alinta. Delia membantu Alinta menuju ke WC, Alinta tersenyum. Delia adalah sahabat Alinta yang baik dan selalu menolong Alinta saat kesusahan.

"Makasih, aku jadi merepotkan kalian semua."

"Alinta, di perusahaan sudah ada persayaratan untuk difabel. Jadi kamu jangan sungkan."

Perusahaan tempat Alinta kerja memang sejak lama menerima pegawai difabel dan non difabel. Mereka semua bekerja tidak membeda-bedakan pekerjanya, sementara Alinta yang difabel diusia 26 tahun ini masih agak canggung karena merepotkan teman-teman kantor.

Alinta dan Delia sudah di WC jarak antara WC dan ruang kerja tidak jauh.

"Aku ke WC dulu, kamu tunggu aku ya."

Alinta masuk di wc, ia berjalan dengan pincang dan berpegangan tangan di WC khusus difabel. Ia teringat dengan ucapan mantan suaminya.

"Aku tidak mau lagi bersama kamu. Semenjak kamu cacat dengan tumor, perusahaanku menjadi kacau karena menanggung biaya rumah sakit."

Mantan Suami Alinta hanya mementingkan wajah Alinta saat cantik dan menawan, sekarang Alinta harus menanggung penyakit sendiri. Di WC, Alinta berpegangan pada pegangan khusus difabel untuk menghilangkan semua kenangan buruk. Ia tidak bisa melamun di toilet karena harus mengetik dokumen keuangan dan audit perusahaan. 

KemudianAlinta mengeluarkan kapsul epilepsi di saku baju, ia memakan untuk menghindari ayan. Penyakitnya sering kambuh bila tertekan atau banyak pikiran. 

Saat kerja kemarin, Alinta kejang-kejang karena memikirkan lust atau pikiran romantis bersama mantan suaminya. Ia dahulu sangat menikmati tapi kini, mana ada yang mau menrima dia. Toh, tubuh cacat cuma bisa membuat lelaki manapun sama persis dengan suaminya.

Beberapa saat kemudian Alinta sudah selesai, namun saat keluar ada CEO yang menjaga di pintu wc difabel. 

"Pak Arga, maaf membuat anda menunggu." Alinta merasa bersalah dan tidak enak. Kenapa bosnya yang malah menemaninya? Alinta tidak ingin merepotkan Pak Arga yang sudah baik mau menerima Alinta di kantor.

Dua jam sebelum Alinta ke kantor, Pak Arga sudah menelepon Delia untuk menyuruh sahabat Alinta kembali bekerja.

"Del, kalau Alinta kamu yang anter dikiranya kamu bagaimana. Biar saya yang antar kalau dia butuh apa-apa. Karena kamu kan sesama cewek, mungkin dia tidak enak sama kamu minta bantuan."

Percakapan Delia dan Pak Arga semakin mendalam tentang Alinta. Delia yang menerima telepon dan berbicara di kantornya itu berbicara terus terang.

"Oke pak, saya paham. Oh, iya pak. Kemarin saya sebagai pengganti wali Alinta di rumah sakit. Dokter bilang dia terkena Epilepsi, saya ingin bertanya tapi tidak enak jika saat kerja."

Pak Arga kemudian menyambung dan memberi informasi lebih lanjut tentang Alinta. Karena Alinta dan Arga pernah pergi bersama dan Alinta curhat ke Arga.

"Alinta punya saudara yang sakit seperti dia, terus suaminya menceraikan saat Alinta sakit tumor. Dia jangan diganggu dulu, pikirannya lagi kacau. Biar saya yang urusin, kecuali kalau dia berkata duluan tentang penyakit epilepsi yang dideritanya."

Delia yang mendengarkan ucapan bosnya kemudian meminta tolong untuk membantu Alinta yang masih di wc. Arga mengangguk dan kemudian pamit lalu menekan tombol off di ponsel. 

Hari ini, akhirnya Arga sudah bisa menolong Arlinta karena kemarin saat Alinta sakit Arga sedang berada di Jakarta untuk rapat keuangan di kantor pajak. Arga yang mempunyai perusahaan besar harus sibuk, setiap ada jadwal untuk bersama Alinta selalu mendapat email dari kantor pajak dan kantor limbah untuk menangani kerjaan yang sedang ia jalankan bersama karyawan dan karyawati. Sekarang hal ini terpikirkan oleh Arga bernapas lega.

Alin kamu seharusnya berterus terang karena masih ada utang atau biaya perawatan di rumah sakit. Tetapi, kamu malah tersenyum saat itu. Dan sekrang kamu malah merasa canggung karena aku yang menolong.

"Alin, kamu harusnya istirahat. Kalau seperti ini kamu jadi sering telat makan."

"Saya tinggal di panti khusus difabel. Uang saya juga buat anak-anak difabel, pak. Saya dan kakak kandung membangun panti, kakak saya tidak bisa kerja lagi karena penyakitnya semakin parah."

Alinta sering melihat kakak kandungnya kejang-kejang dan mengompol saat istirahat, kerjaan kakak kandungnya sering terbngkalai dan Alinta yang menjahit pakaian batik dan busana-busana yang dipesan oleh ibu-ibu darma wanita.

Melihat Alinta yang masih nekat, Arga kemudian menyerah.

"Alin, istirahat dulu kamu belum sarapan kan. Saya suapin, biar kamu tidak kerepotan."

Alinta dan kakak kandungnya hanya ingin kerja demi adik-adik panti yang mereka berdua rawat. Adik-adik dari adopsi dianggap Alinta sebagai adik kandung karena Arlinta berniat ingin merawat anak-anak setelah mengetahui penyakit tumor yang membuat rahim Alinta lemah. Ia bersyukur meski pun rahim nya tidak bisa 

Alinta kini mengingat pesan dokter. Di ruang yang berbau obat-obatan itu dokter menanyakan tentang kesehatan Alinta dengan sopan.

"Alinta, kamu pernah mengalami kejang-kejang saat tidur?"

"Pernah, dok. Kemarin saya anggap sebagai kejang karena step akibat tumor."

"Maaf Alinta, ini bukan step melainkan infeksi di otakmu. Dan membuat kamu sakit Ayan. Kamu harus dijaga kesehatannya. Karena kondisimu yang memburuk dan motoriknya semakin melemah, dibandingkan kakakmu yang kuat tapi lambat laun melemah. Kamu karena kerja keras banyak bergerak dan jadi kamu kelelahan."

Saat Alinta melamun, Arga memijat bahu Alinta. Ia yang paling peduli dengan wanita yang dicintainya.  Arga juga pernah bertanya Alinta tentang tumor rahim yang dialami Alinta. Alinta bilang bahwa tumornya ini tidak ada gejala sama sekali. Bahkan Alinta mengira ia hamil . Namun, saat sedang ke toilet ia sering mengalami pendarahan. Waktu itu mantan suaminya saja sedang kerja dan ia diam-diam memeriksa kandungannya. Tetapi, mantan suaminya mengetahui dan menyuruh untuk periksa lagi. Lama kelamaan usaha mantan suaminya bangkrut karena uang habis untuk dia berjudi. Saat itu Alinta dimarahi habis-habisan karena uang mantan suaminya habis buat berjudi. Dan Alasannya bukan karena uang judi tetapi karena habis buat berobat. Untung saja, Alinta saat ini sudah cerai dan ia banyak yang menolong terutama pak Arga. Sampai-sampai pak Arga banyak membantu.

Alinta kemudian dibawa Arga ke ruang kerjanya. Arga begitu perhatian. Sesampai di meja kerja, Arga mengeluarkan tas plastik yang berisi sayur-sayuran segar dan organik.

"Ini, aku bawakan sayur-sayuran dari rumah. Kamu makan dulu."

Arga menyuapin Alinta persis seperti Alinta itu adalah istri sah Arga. Ia sekarang bertanggung jawab untuk karyawati yang difabel. Alinta mengusap mata, air mata tidak menetes lagi karena rasa sedih sudah terobati. Sekarang, di kantor Arlinta hanya memikirkan bisa kerja dan mendapat uang yang cukup untuk biaya berobat.

"Pak, ini daftar keuangan sudah saya simpan di flashdisk," ucap Arlinta. Ia menyerahkan data dengan tangan gemetar. 

Maafkan saya Pak Arga, mungkin saya belum bisa kasih jawaban karena Saya belum siap untuk nikah secara kewarganegaraan. Saya hanya bisa nikah dengan anda nikah sirih dulu. Batin Alinta sedikit bahagia namun sedikit menyesal belum bisa menikah secara kewarganegaraan karena Alinta masih trauma masa lalu.

"Bu Ai, tolong ambilkan oksigen untuk Alinta."

Arga atau yang dipanggil dengan sebutan Pak Arga melihat Alinta tiba-tiba kejang. Alinta kejang-kejang di kursi roda, Arga sempat panik namun ia menghilangkan rasa cemas demi Alinta yang ia sayangi.

"Alin, kamu tidak apa-apa?" tanya Arga, ia mengangkat Alinta dan memindahkan ke lantai. Alinta seketika kejang-kejang. Jam waktu istirahat pukul sepuluh sudah habis, namun kondisi Alinta semakin memburuk dan membuat Arga khawatir bila wanita yang ia cintai kesakitan.

Pernah terpikirkan bahwa kerjaan hanyalah untuk menghilangkan rasa kecewa Alinta, selama ia belum bisa menyembuhkan kakak kandung dan mengangkat tumor. Alinta tidak lagi memikirkan nafsu akan memiliki seorang suami. Yang dipikirkan hanyalah uang untuk bertahan hidup.

Arga yang memakai jas kerja melepaskan dan membuat bantal untuk Alinta. Dengan wajah tampan di hati Arga terdapat hati yang baik.

"Alinta, kumohon jangan seperti ini. Aku mohon sadarlah."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Lubna Wery Hilwah
alinta wanita kuat
goodnovel comment avatar
Bun say
bahasa belepotan, gk rapi, pov ancur, heran penulisnya......
goodnovel comment avatar
Little Casper
kuat banget jadi Alinta.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status