Share

BAB 3 SAUDARA*

"Tumben sudah bangun pagi-pagi?" heran Bang Nugie melihat adik perempuanya mau bangun pagi, sudah mandi, dan segar. Padahal kalau sekolahnya masuk siang biasanya jam begini Alex masih pilih meluk guling.

"Sekarang Alex punya pekerjaan Bang." Alex bicara sambil mengikat tali sepatu di depan undakan pintu.

"Pekerjaan apa?" Bang Nugie menyesap kopinya di kursi teras.

"Ngasih makan kucing tapi digaji!"

"Siapa mau gaji orang cuma ngasih makan kucing?" Bang nugie menahan tawa sepele sambil menelan sisa kopinya.

"Yang jelas bukan Abang!" ketus Alex sekalian nyindir abangnya.

Bang Nugie cuma mengerutkan dahi tidak percaya, tapi kelihatanya Alex serius karena mamang tidak biasanya dia mau bangun pagi kayak gini.

"Di mana kerjanya?" iseng Bang Nugie meski masih tidak terlalu yakin.

"Di rumah gedong paling gede yang dekat pos satpan itu, Bang."

"Memang itu rumah ada penghuninya?"

Setahu mereka memang pintu gerbangnya jarang dibuka, rumahnya sangat besar, bahkan mungkin yang paling besar di komplek perumahan elit yang juga tidak jauh dari perkampungan mereka itu.

"Aku kenal sama satpam yang bekerja di situ, itu bapaknya temanku dan tiap bulan bapaknya digaji, jadi pastilah ada orangnya bukan jin."

Sejak dulu anak-anak sering bergosip jika rumah gedong yang kelihatan jarang ditempati adalah rumahnya setan dan jin.

"Jadi serius lo kerja buat ngasih makan kucing?" Bang Nugie memastikan lagi.

"Ya, Bang! Orang kaya super sibuk jarang di rumah apa lagi buat ngasih makan kucing. Aku cuma diberi tugas ngasih makan kucingnya dua kali sehari jam tujuh pagi dan jam empat sore."

Bang Nugie baru agak percaya jika adiknya benar-benar mau bekerja, padahal biasanya disuruh bantu mengerjakan tugas rumah saja dia harus diomelin dulu.

"Memangnya untuk apa kau mau kerja jadi pengasuh kucing segala?"

"Bulan depan Jerfy ulang tahun, duitku masih kurang buat beliin dia kado."

"Sayang betul kau sama anak manja itu, abangmu saja belum pernah kau belikan kado!"

"Nanti kalau aku sudah gajian kado buat Bang Nugie aku rapel!"

"Hiss!" desis Bang Nugie. "Memang berapa gaji pengasuh kucing sudah sombong banget!"

"Percaya gak Bang?" Alex sudag berdiri menegakkan bahunya jambil menjentikkan tiga jari. "Gajinya tiga juta sebulan!"

"Ah, paling juga tiga ratus ribu kamu salah dengar!" Bang Nugie gak percaya sama sekali, dia malah mengibaskan tangan.

"Aku serius, lihat saja kalau nanti aku gajian bakal kupamerin!"

Alex segera kabur keluar mengambil sepedah yang juga langsung dia ayun keluar gang. Rumah Alex kebetulan agak masuk gang sempit di area rumah kampung yang juga bersebalehan dengan kawasan hunia elite tempatnya akan bekerja sebagai pengasuh kucing. Pekerjaan aneh tapi nyata, Alex terus tersenyum berbunga-bunga sambil mengayuh sepedahnya.

Usia Alex sekarang sudah hampir tujuh belas tahun tapi Bang Nugie masih belum mengijinkan adik perempuannya naik mator, jadi kemana-mana dalam jarak dekat Alex masih mengunakan spedah merah cabe yang juga sudah setia dia pakai sejak jaman SD. Alex tidak pernah malu walaupun semua teman seusianya rata-rata sudah punya motor sendiri. Untuk pergi ke sekolah biasanya Alex diantar jemput Jefry, meski sekarang mereka beda sekolah Jefry tetap setia.

Ketika mulai melewati rumah-rumah gedong berpagar tinggi di sebrang pemukiman kampungnya itu, Alex sempat berhayal bagaiman jika sutu hari nanti dia juga bisa tinggal di rumah seperti itu. Baru juga Alex berhayal indah tiba-tiba seekor anjing mengonggong padanya dari dalam pagar.

"Uh! menggangu saja kau!" kesal Alex balas memelototi anjing herder galak yang sudah meringis padanya.

"Anjing saja bisa tinggal di rumah gedong masak aku tidak bisa." Alex mengayuh sepedahnya sambil mengacungkan jari tengah pada anjing galak yang masih terus menggonggong padanya.

Sampailah Alex di depan rumah gedong paling besar yang dari pagarnya saja sudah kelihatan paling mewah. Alex juga tidak pernah melihat siapa penghuni rumah tersebut. Dulu waktu Alex masih anak-anak dan masih suka main hujan-hujanan dia juga sering berteduh di depan pintu gerbang rumah itu jika sudah menggigil kedinginan dan sedang takut petir. Dari sejak Alex masih suka ikutan anak laki-laki bermain gundu samapi sekarang dia bisa membedakan anak laki-laki ganteng, Alex belum pernah sekalipun melihat pintu gerbang baja itu terbuka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
~kho~
seruuuuu.....keren iih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status